leadership sulaiman
Bagaimanakah Sulaiman dapat menjadi pribadi unggul yang mempesonakan? Setidaknya ada lima belas pilar yang dipaparkan Al-Qur’an dalam surat ini.Kelimabelas pilar itu dapat diringkas dalam empat kategori, yakni:
A. Modal Dasar
Pilar Pertama, tradisi keilmuan yang kuat
Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu pada Daud dan Sulaiman (15). Awal dari setiap keunggulan adalah tradisi ilmiah. Bahkan para pahlawan mukmin sejati selalu menyenandungkan kalimat indah ini: Bahwa di setiap kebangkitan peradaban
selalu diawali dari kebangkitan pengetahuan. Demikianlah al-Qur’an merekam fakta kebenaran itu melalui sikap mereka terhadap karunia berharga yang Allah berikan ini pada mereka: “Segala puji bagi Allah yang telah melebihkan kami dari kebanyakan hamba- hamba-Nya yang beriman.”
Pilar Kedua, tradisi berguru dan pewarisan
Dan Sulaiman mewarisi keunggulan Daud (16). Perhatikanlah bagaimana susunan i’rab al-Qur’an-nya, Sulaiman menjadi fa’il atas Daud,bukan Daud yang serta merta menurunkan segala kehebatannya pada Sulaiman. Artinya Sulaiman sebagai generasi muda lebih proaktif untuk meningkatkan kapasitas dirinya untuk menyamai bahkan melebihi keunggulan generasi sebelumnya. Semangat yang dibangun Sulaiman inilah menjadi contoh berharga bagi kita sebagai generasi muda untuk memantik tradisi berguru pada orang-orang terbaik yang hidup di zaman kita, bahkan mempelajari khazanah Islam dan bangsa-bangsa yang ditinggalkan generasi sebelumnya dan yang paling mutakhir.
Pilar Ketiga, penguasaan bahasa asing
Dan dia berkata: “Hai manusia kami telah diberi pengertian bahasa burung (16). Keunggulan sebuah peradaban terletak kemampuannya menguasai bahasa bangsa lain. Dengannya bargaining position dirinya dapat meningkatkan reputasinya di kancah pergaulan global, dan karenanya pula ia tidak mudah ditertawakan atau direndahkan bangsa asing lainnya.
Karena itu pula seakan ayat ini mengisyaratkan kita agar perlu dirancang program pengentasan buta bahasa asing di kalangan umat Islam, terlebih bahasa arab, bahasa induknya, bahasa al-Qur’an.
Pilar Keempat, kepemilikan asset dan sumber daya
Dan kami diberi segala sesuatu (16). Keberadaan sumber daya (resourches) dapat membuat diri kita dan bangsa ini tentunya memiliki kepercayaan diri untuk setara dengan bangsa-bangsa lainnya.
Tradisi menjaga asset dan sumber daya perlu digalakkan dari mulai hal kecil seperti program menabung hingga kebijakan menjaga asset bangsa agar tidak dieksploitasi pihak asing yang membuat negeri ini sengsara.
B. Kompetensi Dasar
Pilar Kelima, manajemenship yang canggih
Dan dihimpun oleh Sulaiman, tentaranya dari jin, manusia dan burung, lalu mereka itu diatur dengan tertib (17).
Sulaiman tidak sekedar unggul untuk pribadinya, melainkan juga mampu memimpin yang lainnya. Salah satu skill leadership itu adalah kemampuannya mengorganisir. Sulaiman bekerja secara professional dan benar-benar eksis memimpin bukan sekedar menjabat. Terbukti ia mampu mengorganisir anggota- anggotanya yang berbeda-beda potensi, tingkat kecepatan, dan kapasitasnya dengan rapi.
Pilar Keenam, kepekaan social yang tinggi
Sulaiman sebagai pemimpin, tidak mengatur di belakang meja dengan duduk manis betopang dagu. Ia adalah pemimpin sejati yang sangat peka terhadap rakyatnya. Ia membiasakan dirinya dan melatih bawahannya
untuk selalu ‘turba’ (turun ke bawah) melihat kondisi riil masyarakatnya, diriwayatkan perjalanannya hingga ke tempat-tempat yang tandus, “hingga ketika mereka sampai di lembah semut, berkatalah seekor semut,
“Wahai semut-semut! Masuklah kalian ke sarang-sarangmu agar kamu tidak diinjak-injak oleh Sulaiman dan tentara-tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.” Inilah yang harus dilakukan bagi mereka yang ingin unggul: mereka adalah orang-orang yang memiliki kepekaan sosial yang tinggi dan mampu memadukannya dengan kearifan pada bahasa lokal yang dia temui.
Pilar Ketujuh, verifikatif dan investigatif
Mungkin kita sering mendapat masukan dan informasi mengenai banyak hal. Dalam menghadapi hal seperti itu, kita harus mampu melakukan verifikasi dan investigasi atas akurasi dan kebenarannya.
Begitulah yang terjadi pada Sulaiman ketika ia mendapat informasi dari Hud-hud yang mengabarkan adanya kerajaan lain yang belum tersentuh dakwah dan mereka menyembah matahari. Maka Sulaiman menugaskan balik dengan memberikan surat ajakan agar masuk Islam dengan menyuruh Hudhud melontarkan surat itu yang sekaligus menguji akurasi dan kebenaran informasi Hudhud:
Dia (Sulaiman) berkata, “Akan kami lihat, apa kamu benar atau termasuk yang berdusta (27). Pergilah dengan membawa suratku ini, lalu jatuhkan kepada mereka, kemudian berpalinglah dari mereka, lalu perhatikan apa yang mereka bicarakan (28).”
Pilar Kedelapan, kreatif dan inovatif
Skill dasar lain yang harus dimiliki oleh orang yang menginginkan dirinya unggul adalah kemampuannya untuk kreatif dan tidak anti perubahan. Itulah yang dilakukan oleh Sulaiman ketika singgasanaBalqis telah dipindahkan ke hadapan kerajaannya dengan cara memodifikasi bentuk kerajaannya.
Dan Sulaiman berkata, “Ubahlah untuknya bentuk singgasananya; kita akan melihat apakah ia (Balqis) mengenalnya ataukah sudah tidak mengenalnya lagi.”
Pilar Kesembilan, kemampuan diplomasi
Sebagus apapun gagasan yang dimiliki seseorang tidak dapat dipahami audiens atau stakeholder jika tidak memiliki kemampuan komunikasi yang baik dan mempengaruhi, baik berupa komunikasi massa maupun diplomasi. Terlebih jika ia adalah seorang pemimpin, maka kemampuan diplomasi menjadi syarat mutlak yang harus dikuasai.
Perhatikanlah dialog diplomatic yang dilakukan antar dua pemimpin Negara berikut ini: Maka ketika dia (Balqis) datang ditanyakanlah (kepadanya),“Serupa inikah singgahsanamu?” Agar ia tidak jatuh harga dirinya karena keterpukauannya pada kemampuan Sulaiman menduplikasi kerajaan serupa dengan mirip, Ia (Balqis) berkata, “seakan-akan itulah dia.” (42).Jawaban ini menunjukkan keraguan dan keheranan Balqis atas apa yang terjadi di hadapannya. Ia tidak percaya kalau singgahsananya yang baru ia tinggalkan sudah ada di lingkungan kerajaan Sulaiman.
Jika ia mengatakan “Benar itu kerajaanku” berarti menunjukkan kekalahannya. Sebaliknya, jika ia menjawab “itu bukan singgahsanaku” dia telah berdusta, dan dia tidak kuasa memungkiri kemiripan singgasananya, hingga ia melanjutkan jawabannya dengan perkataan: “Kami telah diberikan pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).” (42)
C. Sikap Dasar
Pilar Kesepuluh, disiplin dan ketegasan
Pribadi unggul adalah orang yang memiliki disiplin. Ia memiliki jadwal-jadwal yang ditepatinya dalam waktu, amanah, dan berbagai aktivitas kesehariannya. Sebagaimana Sulaiman memberikan pelajaran berharga dalam sikap disiplin ini, ketika semua agendanya sudah terjadwal: Dan dia memeriksa burung-burung, lalu berkata,“Mengapa aku tidak melihat Hudhud, apakah ia termasuk yang tidak hadir?” Di samping itu juga ia seorang yang tegas atas perlakuan yang indisipliner jika ada pelanggaran yang terjadi. “Pasti akan kuhukum ia dengan hukuman yang berat, atau kusembelih, kecuali jika dia datang padaku dengan alas an yang jelas.” Dalam bahasa manajemennya: akan aku beri punishment atau aku pecat.
Pilar Kesebelas, loyalitas pada misi gerakan dakwah
Sikap dasar keunggulan pribadi seorang aktivis dan da’i adalah ketika 24 jam kehidupannya dalam koridor menjalankan misi dakwah. Hal inilah yang terjadi dalam diri Hudhud, walau ia meninggalkan rapat koordinasi di istana Sulaiman, perjalanannya ke luar negeri adalah dalam upaya perluasan dakwah. Terbukti komitmennya ketika ia menginformasikan fakta-fakta yang ada dan menganulir hal-hal yang diagungkan itu dengan membesarkan hanya Allah saja yang Maha Agung.
Pilar Keduabelas, mendahulukan musyawarah
Seorang pribadi unggul adalah mereka yang terlibat dalam amal jama’i dan memutuskan persoalan-persoalannya dengan musyawarah. Segalanya dipertimbangkan atas dasar mencapai kebaikan bersama, tidak mengedepankan ego atau semata menampilkan eksistensi diri. Inilah yang dilakukan Ratu Saba’ Balqis, ia memusyawarahkan persoalan krusial yang menyangkut eksistensi negaranya dalam hubungan internasional akibat tindakan dakwah Sulaiman. Begitu juga Sulaiman tidak serta merta menyerang Negara yang tidak menerima ajakan dakwahnya, tapi memusyawarahkannya di lingkungan kerajaan secara cermat dan bijak.
Pilar Ketigabelas, Rabbaniyah
Dari seluruh sikap yang ditampilkan, hal yang paling mendasar bagi keunggulan pribadi seorang pemimpin adalah sikap Rabbaniyah-nya yang menonjol. Ia tidak pragmatis dan bukan tipe materialis sama sekali. Ia lebih mengedepankan sisi Rabbaniyah sebagai hiasan akhlak dan perilakunya.
Itulah yang dikedepankan Sulaiman ketika ia diberi hadiah kekayaan material oleh Balqis, bahwa apa yang diberikan manusia tidak seberapa jika dibandingkan dengan karunia yang Allah berikan padanya.
D. Daya Dukung
Pilar Keempatbelas, kecepatan dan teknologi yang canggih
Dalam kancah global, pribadi unggul tidak cukup hanya memiliki kepribadian yang istimewa, ia perlu dilengkapi dengan daya dukung iptek yang tentunya akan berdampak positif bagi perkembangan dakwah.
Sulaiman pun demikian, perpindahan singgahsana Balqis dari Yaman ke Palestina dalam sekejap mata (qabla an yartadda ilaika tharfuka—sebelum engkau mengedipkan mata) menunjukkan adanya daya dukung kecepatan dan teknologi yang canggih.
Dalam sebuah riwayat, yang menawarkan bantuan dengan kecepatan supersonic itu adalah manusia juga, bukan Ifrit yang menawarkan perpindahan singgasana itu sebelum Sulaiman berdiri dari tempat duduk (qabla an taquma min maqamika). Itu artinya sebuah peradaban akan tercipta bukan didasarkan pada kekuatan mistic bantuan jin melainkan kekuatan ilmu pengetahuan dan teknologi serta persandaran diri pada Allah.
Pilar Kelimabelas, staf ahli dan pembantu yang terlatih
Daya dukung lain adalah adanya pembantu yang terlatih. Mereka yang mengemban amanah besar berhak mendapatkan bantuan yang proporsional. Kebesaran kerajaan Sulaiman dapat menggertak kerajaan lain hingga merasa inferior (wa hum shaghirun) adalah karena didukung dengan kekuatan pertahanan militer yang solid, kokoh, dan terlatih dalam sebuah Negara.
Begitulah Sulaiman, Balqis datang tanpa dijemput. Ia terpesona oleh kebesaran dakwah dan kerajaan Rabbaniyyah-nya yang dibangun Sulaiman. Mengapa Sulaiman menjemput masa depan seperti itu? Tiada lain karena ia telah menyiapkan dirinya dengan berbagai unsur keunggulan dalam diri dan kompetensi organisasi kerajaannya yang teruji secara lintas peradaban.
Pilar Ketigabelas, Rabbaniyah
Dari seluruh sikap yang ditampilkan, hal yang paling mendasar bagi keunggulan pribadi seorang pemimpin adalah sikap Rabbaniyah-nya yang menonjol. Ia tidak pragmatis dan bukan tipe materialis sama sekali. Ia lebih mengedepankan sisi Rabbaniyah sebagai hiasan akhlak dan perilakunya.
Itulah yang dikedepankan Sulaiman ketika ia diberi hadiah kekayaan material oleh Balqis, bahwa apa yang diberikan manusia tidak seberapa jika dibandingkan dengan karunia yang Allah berikan padanya.
D. Daya Dukung
Pilar Keempatbelas, kecepatan dan teknologi yang canggih
Dalam kancah global, pribadi unggul tidak cukup hanya memiliki kepribadian yang istimewa, ia perlu dilengkapi dengan daya dukung iptek yang tentunya akan berdampak positif bagi perkembangan dakwah.
Sulaiman pun demikian, perpindahan singgahsana Balqis dari Yaman ke Palestina dalam sekejap mata (qabla an yartadda ilaika tharfuka—sebelum engkau mengedipkan mata) menunjukkan adanya daya dukung kecepatan dan teknologi yang canggih.
Dalam sebuah riwayat, yang menawarkan bantuan dengan kecepatan supersonic itu adalah manusia juga, bukan Ifrit yang menawarkan perpindahan singgasana itu sebelum Sulaiman berdiri dari tempat duduk (qabla an taquma min maqamika). Itu artinya sebuah peradaban akan tercipta bukan didasarkan pada kekuatan mistic bantuan jin melainkan kekuatan ilmu pengetahuan dan teknologi serta persandaran diri pada Allah.
Pilar Kelimabelas, staf ahli dan pembantu yang terlatih
Daya dukung lain adalah adanya pembantu yang terlatih. Mereka yang mengemban amanah besar berhak mendapatkan bantuan yang proporsional. Kebesaran kerajaan Sulaiman dapat menggertak kerajaan lain hingga merasa inferior (wa hum shaghirun) adalah karena didukung dengan kekuatan pertahanan militer yang solid, kokoh, dan terlatih dalam sebuah Negara.
Begitulah Sulaiman, Balqis datang tanpa dijemput. Ia terpesona oleh kebesaran dakwah dan kerajaan Rabbaniyyah-nya yang dibangun Sulaiman. Mengapa Sulaiman menjemput masa depan seperti itu? Tiada lain karena ia telah menyiapkan dirinya dengan berbagai unsur keunggulan dalam diri dan kompetensi organisasi kerajaannya yang teruji secara lintas peradaban.