Ibnu Sina Bapak Kedokteran Dunia Tgl. publikasi: 14/8/2000 18:25 WIB eramoslemcom Avicenna, begitu orang-orang Barat memanggil dan menyebut Ibnu Sina, seorang tokoh Islam abad ke 10 yang terkenal dengan ilmu medis dan kedokterannya.
Jika orang-orang Barat mau jujur, tak lengkap referensi mereka tanpa menyebut Ibnu Sina. Ibnu Sina telah menjadi bagian tak terpisahkan dari perkembangan ilmu kedokteran dunia.
Ibnu Sina pernah menulis sebuah buku dengan judul, Al Qanun fi al Tibb. Sebuah buku tentang ilmu kedokteran yang menjadi rujukan banyak ilmuwan. Orang Barat menyebut buku ini dengan sebutan "The Canon", entah karena kehebatan buku ini atau pindahan kata dari Al Qanun, tapi yang jelas, buku ini sangat dahsyat pada zamannya.
Abu Ali al Husain ibn Abdallah ibn Sina, itulah nama lengkap Ibnu Sina. Ia lahir di Afsana, sebuah kota kecil dekat dengan kota Bukhara, tempat asal ahli hadits ternama Bukhari, pada tahun 981. Ibnu Sina, saat berumur sepuluh tahun, ia sudah hafal AL Qur'an dan sudah pula belajar tentang ilmu kedokteran. Entah kenapa, banyak tokoh Islam ternama berhasil menghapalkan Al Qur'an saat usianya sepuluh tahun. Mungkin bagi mereka umur 10 tahun lebih penting posisinya ketimbang 17 tahun seperti saat ini. Karena saat sepuluh tahun itulah angka umur mereka bertambah satu digit lagi. mungkin sampai wafat nanti, umur mereka tak sampai bertambah satu digit lagi.
Tak hanya belajar ilmu kedokteran, di usianya yang masih sangat belia itu ia juga belajar tentang logika dari gurunya Abu Abdallah Natili, seorang filosof terkenal zaman itu. Ibnu Sina benar-benar mengagumkan, sangat muda, tapi sangat berbakat. Ia menunjukkan minat dan keahliannya di bidang-bidang yang ia tekuni. Seorang remaja dengan pengetahuan kedokteran yang tinggi serta kedalaman ilmu agama, begitu kalangan sekitar mengenal Ibnu Sina.
Pada saat usianya menginjak tujuh belas tahun, Allah memberinya jalan yang tak pernah ia duga sebelumnya. Ibnu Sina berhasil menyembuhkan penyakit raja Bukhara saat itu, Nooh ibn Mansoor. Ini benar-benar karomah Allah, sebab banyak tabib dan ahli tak berhasil meyembuhkan penyakit sang raja sebelumnya.
Sebagai penghargaan sang raja meminta Ibnu Sina menetap di istana, paling tidak untuk sementara selama sang raja dalam proses penyembuhan. Tapi Ibnu Sina menolaknya dengan halus, sebagai gantinya ia hanya meminta izin untuk mengunjungi sebuah perpustakaan kerajaan yang kuno dan antik. Siapa sangka, dari sanalah ilmunya yang luas ditambah lagi.
Ibnu Sina selain terkenal sebagai orang yang ahli dalam ilmu agama dan kedokteran, ia juga ahli matematika. Tak hanya itu, ia pun seorang filosof sekaligus ahli di bidang astronomi, juga seorang pustakawan dan psikater yang handal.
Ibnu Sina juga terkenal sebagai seorang pengembara. Setelah kematian ayahnya ia mulai berkelana, menyebarkan ilmu dan mencari ilmu yang baru. Tempat pertama yang menjadi tujuannya setelah hari duka itu adalah Jurjan, sebuah kota di Timur Tengah. Di sinilah ia bertemu dengan seorang sastrawan dan ulama besar Abu Raihan Al Biruni. Al Biruni, adalah guru baru dengan ilmu yang baru pula bagi Ibnu Sina.
Setelah Jurjan dan Al Biruni, tak lama Ibnu Sina melanjutkan lagi Tour of Dutynya. Rayy dan Hamadan adalah kota selanjutnya, sebuah kota dimana karyanya yang spektakular The Canon mulai dituliskan. Di tempat ini pula Ibnu Sina banyak berjasa, terutama pada raja Hamadan. Seakan tak pernah lelah, ia melanjutkan lagi pengembaraannya, kali ini daerah Iran menjadi tujuannya. Di sepanjang jalan yang dilaluinya itu, banyak lahir karya-karya besar yang memberikan manfaat besar pada dunia ilmu kedokteran khususnya.
Tak berlebihan sebetulnya Ibnu Sina mendapat julukan Bapak Kedokteran Dunia. Karena selain perkembang dunia medis awal tak bisa terlepas dari nama besar Ibnu Sina, ia juga banyak menyumbangkan karya-karya orisinal dalam dunia kedokteran. Dalam The Canon misalnya, ia menulis eksiklopedi dengan jumlah jutaan item tentang pengobatan dan obat-obatan. Ia juga adalah orang yang memperkenalkan penyembuhan secara sistematis serta kontinyu, dan ini dijadikan rujukan selama tujuh abad lamanya. Begitulah contoh jika ilmu-ilmu Allah dipelajari dan diamalkan dengan benar.
Ibnu Sina pula yang mencatat dan menggambarkan anatomi tubuh manusia secara lengkap untuk pertema kalinya. Dan dari sana ia berkesimpulan bahwa, setiap bagian tubuh manusia, dari ujung rambut hingga ujung kaki kuku saling berhubungan. Lebih khusus lagi, ia mengenalkan dunia kedokteran pada ilmu yang sekarang diberi nama pathology dan farma, yang menjadi bagian penting dari ilmu kedokteran.
Subhanallah, Ibnu Sina benar-benar luar biasa. Selain ilmu dan karya yang telah disebutkan di atas ternyata masih banyak lagi yang tersisa, dan semuanya penting serta vital pula. Ia adalah orang yang pertama kali merumuskan, bahwa kesehatan fisik dan kesehatan jiwa ada kaitan dan saling mendukung. Ia juga orang yang pertama kali mengatakan dan memisah-misah seluruh bagian dari mata. Maka kalau kita sekarang mengenal kornea, pupil, retina, lensa optik dan setiap bagian dari mata, seharusnya kita berterima kasih pada Ibnu Sina. Pendeknya, karya Ibnu Sina, The Canon telah menjadi "kitab suci" dalam dunia kedokteran sampai saat ini.
Selain The Canon, ada satu lagi kitab karya Ibnu Sina yang tak kalah dahsyatnya pula. Ibnu Sina's Kitab As Sifa, begitu judulnya. Sebuah kitab tentang cara-cara pengobatan sekaligus obatnya. Kita ini di dunia ilmu kedokteran menjadi semacam ensiklopedia filosopi dunia kedokteran. Dalam bahasan latin, kitab iin di kenal dengan nama "Sanatio".
Kini hampir sepuluh abad sudah Ibnu Sina meninggalkan kita, tapi ilmu dan karyanya sampai sekarang masih berguna. Kita generasi muda Islam, tak cukup hanya bangga mempunyai Ibnu Sina, tapi bagaimana kita menjadi Ibnu Sina muda yang jadi acuan dunia dan meninggikan kalimat ilahi.
Ibnu Sina memang telah meninggalkan kita sejak tahun 1073 lalu, di kota yang dicintainya, Hamadan. Tapi sebenarnya ia masih menemani dan membimbing kita, khususnya orang-orang yang menekuni dunia kedokteran. Kelak jika kita diberi kesempatan Allah berkunjung ke Paris, pasti kita akan temui foto Ibnu Sina terpampang dengan gagah di gedung fakultas kedokteran yang megah. Semoga Allah merahmatinya.