Ibnu KhaldunPeletak dasar ilmu sosiologi modern pertama di dunia Seorang sarjana sosiologi dari Italia, Gumplowiez, melalui penelitiannya yang cukup panjang berpendapat. "Kami ingin membuktikan bahwa sebelum Auguste Comte (1798-1857 M), dan Giovani Batista Vico (1668-1744),... telah datang seorang muslim yang tunduk pada ajaran agamnya. Dia telah mempelajari gejala-geejala sosial dengan akalnya yang cemerlang. Apa yang ditulisnya itulah yang kini kita sebut sosiologi. (Gumplowicz, Ibnu Khaldun ein, arabischersoziologe des 14 Jahrundert. Dalam 'Sociologigsche Essays', pp.201-202). Abdurrhaman Abu Zaid Waliuddin Bin Khaldun atau lebih dikenal Ibnu Khaldun, adalah seorang cendikiawan besar di zamannya. Dialah pencipta ilmu sosiologi modern, sebelum ilmuwan Eropa mengenal sosiologi, lewat bukunya yang terkenal Muqaddimah. Ilmu Khaldun juga seorang politisi ulung. Di antaranya ia pernah menduduki kursi perdana menteri.
Muqaddimah Ibnu Khaldun tentu sudah sangat ketinggalan jika disamakan dengan karya-karya sosiologi termodern di penghujung abad ini. Namun jika dirunut kapan Muqaddimah lahir, tentu banyak orang akan terkesima. Siapa sangka karya ilmiah yang mampu menggambarkan persoalan-persoalan serta gejala masyarakat seperti yang telah dilakukan oleh ilmuwan masa kini semisal Durkheim melalui karyanya Les regles de la Methode Sociologigue itu, nyatanya sudah pernah ditulis Ibnu Khaldun seratus tahun yang lalu?
Bayangkan, satu abad yang lalu Ibnu Khaldun telah mampu memilah-milah ciri-ciri khas persoalan yang ada di masyarakat. Hal lain yang telah mampu dilakukannya adalah aturan-aturan tentang politik. Mencakup masalah pemerintahan, mengikat kesatuan kedaulatannya, serta ciri khas yang dimiliki oleh kedaulatan, hak-hak, kewajiban serta bagaimana diplomasi terhadap antar negara dan seterusnya. Studi Ibnu Khaldun juga telah membahas pengaruh geografis. Bahkan di Muqaddimah-nya Ibnu Khaldun membahas letak geografis beserta pengaruhnya. Menurutnya, tidak satupun dari gejala sosial yang tidak ditempatkannya dalam hubungan dengan letak bumi dalam bentuk tertentu. Menurut Ibnu Khaldun, letak geografis merupakan faktor penyebab timbulnya perbedaan warna kulit, bentuk tubuh, kecenderungan, aktivitasnya, perbedaan adat, ilmu pengetahuan serta akhlaknya. Baginya, letak geografis tadi mempunyai pengaruh terhadap tradisi, kebiasaan, adat, ekonomi, ilmu pengetahuan, politik, ekonomi dan seluruh watak kesatuan sosial. (Muqaddimah, hal 275-344). Barangkali karena disiplin studi ini masih sangat baru dan langka, sehingga banyak ilmuwan terkenal yang kemudian menirunya. Di antaranya adalah ilmuwan Prancis Montesquieu (1689-1755 M).
Melalui bukunya yang terkenal L'Esprit des Lois, dia menulis secara berlebihan tentang pengaruh letak bumi pada ihwal manusia.Ibnu Khaldun juga meneliti tentang pengaruh pimpinan terhadap perkembangan sosial masyarakat. Dalam Muqaddimah dia menyatakan bahwa penyebab masyarakat berkembang karena perbedaan peraturan pemerintah dan suksesi kepemimpinan yang ada. Teorinya ini dianggap mendekati teori yang dilakukan psokolog dan sosiolog modern seperti Maqdogal dari Inggris dan Tard dari Prancis. Dari kecanggihan ilmunya itulah sampai detik ini orang mengakuinya sebagai peletak dasar ilmu sosiologi modern pertama di dunia melalui pendekatan pragmatis.
Ibnu Khaldun dilahirkan di Tunisia pada awal Ramadhan tahun 732 H atau pada 27 Mei tahun 1333. Terlahir dengan nama lengkap Abdurrhaman Abu Zaid Waliuddin Bin Khaldun. Abdurrhaman adalah nama panggilan keluarganya dan Abu Zaid adalah gelarnya. Sedang Waliuddin adalah nama populernya. Lantas jika ia lebih dikenal dengan nama Ibnu Kaldun, karena dihubungkan dengan garis kakeknya yang kesembilan yaitu Khalid bin Ustman. Dialah orang pertama dari marga ini yang memasuki Andalusia bersama para penakluk dari bangsa Arab.
Keluarganya berasal dari Hadramaut (kini Yaman) dan silsilahnya sampai kepada seorang sahabat Nabi saw bernama Wail Hujr dari Kabilah Kindah. Salah seorang cucu Wail, Khalid bin Usman, memasuki darah Andalusia bersama orang-orang Arab penakluk pada awal abad ke-3 H (ke-9 M). Kemudian anak cucu Khalid bin Usman membentuk satu keluarga besar dengan nama Bani Khaldun. Dari bani inilah asal nama Ibnu Khaldun. Bani lahir dan berkembang di kota Qarmunah (kini Carmona) di Andalusia (Spanyol) sebelum hijrah ke kota Isybilia (Sevila). Di kota yang terakhir ini Bani Khaldun berhasil menduduki beberapa jabatan penting.
Sewaktu kecil Ibnu Kaldun sudah menghapal al-Quran dan mempelajari tajwid. Gurunya yang pertama adalah ayahnya sendiri. Waktu itu Tunisia menjadi pusat hijrahnya para ulama dan sastrawan dari negara-negara Maghrib. Andalusia yang mengalami kekacauan akibat perebutan kekuasaan. Disamping belajar al-Quran pada ayahnya sendiri, Ibnu Khaldun belajar dari guru-gurunya mendalami qiraat Yaa'kub, ilmu syariat, tafsir, hadist, ushul, tauhid dan fiqih bermazhabkan Imam Maliki. Disamping itu dia juga mempelajari ilmu-ilmu bahasa, seperti bahasa nahwu, sharaf, balaghah, dan kesusastraan. Mempelajari logika, filsafat, serta ilmu-ilmu fisika dan matematika.Dalam berbagai bidang ilmunya itu Ibnu Khaldun selalu membuat takjub guru-gurunya. Di antara gurunya yang banyak membentuk watak Ibnu Khaldun adalah Muhammad bin Abdil Muhaimin bin Abdi l-Muhaimin al-Hadlrami. Saking cerdasnya Ibnu Khaldun, sampai-sampai setiap apa yang dipelajarinya selalu mendapat nilai yang sangat memuaskan dari guru-gurunya.
Tahun 749 H studinya terhenti akibat terjangkitnya penyakit pes di sebagaian besar belahan dunia bagian timur dan bagian barat, meliputi negara-negara Islam di Samarkand, Maghribi hingga Italia. Sebagain besar negara-negara Eropa dan Andalus. Banyak korban akibat dari penyakit yang sedang melanda itu. Disebutkan, di Tunis, negeri dimana Ibnu Khaldun bertempat, ketika itu hampir seribu dua ratus jiwa rata-rata meninggal. Di tempat ini dia kehilangan gurunya Abnu Abdil Muhaimin. Dari kejadian ini banyak di antara guru dan syeikh-syikhnya yang lari menyelamatkan diri menuju Maghrib Jauh (Maroko) bersama Sultannya Abul Hasan, penguasa daulah Bani Maryin waktu itu (750). Dari kejadian ini menyebabkan Ibnu Khaldun tidak mampu melanjutkan studinya. Dan kondisi merubah segala-galanya. Karena situasinya berubah, guru-gurunya sudah lari satu persatu, yang ada cuma sepi. Maka jalan yang bisa ditempuh Ibnu Khaldun tidak lain adalah mencari kesibukan kerja serta mengikuti jejak kakeknya untuk terjun ke dunia politik. Berkat komunikasinya dengan tokoh-tokoh dan ulama terkemuka setempat telah banyak membantunya mencapai jabatan tinggi.
TERJUN KE DUNIA POLITIK. Kesibukan menjadi pejabat dimulai tahun 750 H (1350 M), setelah terjangkitnya penyakit pes. Di usianya yang baru 21 tahun, Ibnu Khaldun diangkat sebagai sekretaris kesultanan Dinasti Hafs, al-Fadl di Tunisia. Tetapi kemudian dia berhenti karena penguasa yang didukungnya itu kalah perang pada tahun 753 H. Lalu dia pun hijrah di Baskarah, sebuah kota di Maghrib Tengah (Aljazair). Dari sana ia berusaha bertemu dengan Sultan Abu Anan, penguasa Bani Marin yang sedang berada di Tilmisan (ibu kota Maghrib Tengah) dan berusaha untuk menarik simpati dari Sultan. Tahun 755 H, baru kemudian dia diangkat menjadi anggota Majelis Ilmu Pengetahuan dan setahun kemudian menjadi sekretaris Sultan. Dengan dua kali diselingi pemenjaraannya, jabatan itu didudukinya sampai tahun 763 H (1316-1362 M), ketika Wazir Umar bin Abdillah murka kepadanya dan memerintahkannya untuk meninggalkan negeri itu.
Pada tahun 764 H, ia berangkat ke Granada. Oleh Sultan Bani Ahmar, ia diberi tugas menjadi duta negara di Castilla (sebuah kerajaan berpenduduk Kristen yang berpusat di Sevilla) yang membuahkan hasil dengan gemilang. Akan tetapi setelah itu hubungannya dengan Sultan agak retak. Selanjutnya tahun 766 H (1364 M) dia pergi ke Bijayah (pesisir Laut Tengah di Al Jazair) atas undangan penguasa Bani Hafs, Abu Abdillah Muhammad, yang kemudian mengangkatnya menjadi perdana menteri dan khatib. Setahun kemudian Bijayah jatuh pada Sultan Abul Abbas Ahmad, Gubernur Qasanthinah (sebuah kota di Aljazair). Pada penguasa baru ini Ibnu Khaldun menduduki pada jabatan yang sama, namun tidak lama setelah itu dia pergi ke Baskarah.
Dari Baskarah ia berkirim surat kepada Abu Hammu, Sultan Tilmisan dari Bani Abdil Wad. Kepada Sultan ia menjanjikan dukungan. Oleh Sultan kemudian dia diberi jabatan sangat penting namun ditolaknya. Sebab, dia ingin melanjutkan studi yang telah lama terhenti. Tetapi ia bersedia kampanye mendukung Abu Hammu. Setelah berhasil ia baru berangkat ke Tilmisan. Tatkala Abu Hammu ditaklukkan Sultan Abul Aziz (Bani Marin), Ibnu Khaldun beralih berpihak kepada Abdul Aziz dan tinggal di Baskarah. Namun dalam waktu singkat, Tilmisan kembali direbut Abu Hammu. Maka Ibnu Khaldun menyelamatkan diri ke Fez (774 H). Ketika Fez direbut Sultan Abul Abbas Ahmad (776 H), Ibnu Khaldun pergi ke Granada untuk kedua kalinya. Tetapi Sultan Abul Abbas Ahmad melarangnya tinggal di daerah kekuasaannya. Akhirnya Ibnu Khaldun kembali ke Tilmisan. Sesampai di Tilmisan dia masih diterima dengan baik oleh Abu Hammu, meskipun ia sudah pernah bersalah pada penguasa Tilmisan itu. Ia berjanji untuk tidak terjun lagi pada dunia politik. Akhirnya Ibnu Khaldun menyepi di Qal'at Ibnu Salamah dan menetap di sana sampai 780 H (1378 M). Di sinilah dia memulai aktif dalam dunia mengarang.
MENGHASILKAN KARYA-KARYA LEGENDARIS. Ibnu Khaldun memulai karyanya menumental yang pertama, Kitab al-Ibar wa Diwan al-Mubtada' wa al-Khabar fi Ayyam al-Arab wa al-Ajam wa al-Barbar, atau kitab al-'Ibar (sejarah umum) yang berisi 7 jilid. Terbitan Cairo di tahun 1284. Saat itu usiannya mencapai 40 tahun. Kitab legendaris itu didahului oleh sebuah pembahasan tentang masalah-masalah sosial menusia, yang kemudian dikenal dengan Muqaddimah Ibnu Khaldun, yang terdiri dari pengantar sepanjang tujuh halaman dan sebuah pendahuluan kecil yang dinamai Ibnu Khaldun:Pendahuluan tentang Keutamaan Ilmu Sejarah sepanjang tiga puluh halaman.
Muqaddimah berisi tentang jalan menuju pembahasan ilmu-ilmu sosial. Oleh karena itu dalam sejarah Islam, Ibnu Khaldun dipandang sebagai peletak dasar ilmu-ilmu sosial dan politik Islam. Menurut pendapatnya politik tidak dapat dipisah dengan kebudayaan, dan masyarakat. Bahkan pada saat itu Ibnu Khaldun sudah mampu melakukan klafisikasi masyarakat seperti ilmu sosiologi modern (saat ini). Menurutnya masyarakat itu dibedakan antara masyarakat kota (badawah) dan masyarakat desa (hadarah).
Ibnu Khaldun juga melakukan spesialisasi ilmu. Menurutnya Studi Islam itu terdiri dari 'ulum tabi'yyah (meliputi mantiq atau logika, hisab, aritmatika, geometri atau handasah, astronomi atau alhaia, kedokteran atau tib, pertanian atau al-falahah) dan 'ulum naqliyah(meliputi agama dan syariat, Al-Qur'an, fikih, kalam atau teologi, serta tasawuf) .
Tahun 780 H (1378 M), Ibnu Khaldun kembali ke tanah airnya, Tunisia untu studi pustaka. Dengan menelah beberapa kitab sebagai bahan koreksi atas bukunya al-Ibar. Tahun 784 H dia berangkat ke Cairo. Di sana kedatangannya disambut para ulama dan penduduk setempat dengan rasa suka cita. Setelah itu di Al-Azhar dia membentuk sebuah halaqah, memberi ceramah ilmiah dan memberi kuliah. Dua tahun setelah itu raja menunjukkan menjadi dosen dalam ilmu fikih Mazhab Maliki di Madrasah al-Qamhiyah. Selanjutnya dia diangkat menjadi pengadilan kerajaan. Tetapi setahun kemudian keluarganya mendapat musibah. Kapal yang membawa istri dan anak-anaknya tenggelam setelah merapat di Iskandariah. Maka dia mengundurkan diri dari jabatannya, tetapi raja mengangkatnya kembali menjadi dosen di beberapa madrasah termasuk di Khanqah Beibers, semacam tarekat.
Tahun 789 (1387 M) dia menunaikan ibadah haji lalu kembali ke Cairo. Setahun berikutnya raja mengangkatnya sebagai ketua penga- dilan namun tidak lama setelah itu dia mengundurkan diri. Tahun 803 H (1401 M) ia ikut menemani Sultan ke Damascus dalam satu pasukan untuk menahan serangan pasukan Timur Lenk, penguasa Mogul. Setelah kembali ke Cairo dia kembali ditunjuk untuk mendu- duki jabatan ketua pengadilan kerajaan, dan tetap dalam jabatan itu sampai ia dipanggil ke rahmatullah.