PERUBAHAN
BEBERAPA SIFAT FISIS DAN KIMIA PASTA GAMBIR SELAMA PENYIMPANAN
Anwar
Kasim, Yoli Sub’han dan Netty Sri Indeswari
Fakultas
Pertanian Universitas Andalas Padang
ABSTRACT
Studying about the change of physical and
chemical properties Gambir paste during 28 days was conducted in order to know
the change primarily the chemical content and physical properties as storage
consequences. Experimental design was used completely randomized design for 4,
8, 12, 16, 20, 24, and 28 days storage periods. Replication was two and as a
control was used paste non treatment. F-test and T-Dunnet test were applicated
for statistical analysis. The result indicated that treatment can not change
physical properties but change the chemical properties gambir paste. The initial
water contents of gambir paste was 72.26% and after 28 days storage 71.68%.
Color of gambir paste was still yellow during storage. The initial non water
soluble substance was 6.96% and after 28 days storage 4.69%. The initial non
alcohol soluble substance was 14.83% and after 28 days storage 13.15%. The
initial chatechin contents was 72.22%
and after 28 days storage 65.38%. The initial tannin contents 38.68% and after
28 days storage 35.12%. Total ash content of gambir paste was 2.72%.
Keywords :
gambir, paste, storage, change, properties.
PENDAHULUAN
Gambir adalah salah satu komoditas hasil
pertanian yang dapat digunakan sebagai bahan baku dalam industri farmasi, kosmetik, cat,
penyamakan kulit dan digunakan juga sebagai campuran bahan pelengkap makan
sirih[1].
Dari hasil survey pendahuluan yang
dilakukan pada salah satu sentra pengolahan gambir Sumatera Barat, yaitu Pesisir
Selatan, proses pencetakan dari pasta gambir dan pengeringannya berlangsung
sekitar 15-30 hari. Pada musim hujan akan semakin lama lagi sebab pengeringan
dengan sinar matahari sulit dilakukan. Biasanya, bila tidak bisa dijemur dengan
sinar matahari, pasta gambir tersebut dicetak dan dikeringkan di atas tungku
perebusan.
Harga gambir sering tidak stabil di pasaran, akibatnya petani banyak tidak
mengolah gambir kalau harganya murah dan sebaliknya petani akan mengolah gambir
kalau harganya mulai meningkat. Penumpukan pasta gambir bisa terjadi saat harga
gambir naik karena produksi pasta gambir dari petani meningkat, sedangkan
pencetakan dan pengeringannya tidak dapat berlangsung cepat. Hasil survey pada
daerah produksi Kabupaten Lima Puluh Kota, ketika harga gambir mahal pedagang
ada kalanya membeli gambir dalam bentuk pasta, lalu mencetak dan
mengeringkannya sendiri. Jadi telah terjadi perubahan bentuk pemasaran gambir
dari biasanya, dimana telah ada permintaan terhadap pasta gambir oleh pedagang[2].
Pada pedagang perantara ditemukan adanya usaha
untuk menghilangkan atau mengurangi kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing yang
menyebabkan turunnya mutu gambir. Proses itu dilakukan dengan cara memberikan
perlakuan tertentu terhadap pasta gambir ataupun gambir kering. Salah satu cara yang
dilakukan adalah gambir dicuci dengan air panas dan air dingin[3,4].
Dengan begitu berarti pasta gambir tidak mutlak dikeringkan.
Hanya saja kandungan air
yang masih tinggi dan banyaknya komponen kimia yang ada pada pasta gambir
memungkinkan terjadinya berbagai macam reaksi di dalamnya apabila dilakukan
penyimpanan. Reaksi yang akan terjadi mungkin akan menaikkan atau menurunkan
jumlah salah satu komponen pasta gambir, merubah ikatan kimia dan memodifikasi
bentuknya. Sehubungan dengan hal itu, dilakukan penelitian untuk mengetahui
sejauh mana perubahan yang terjadi selama penyimpanan pasta gambir selama 28
hari.
METODOLOGI
Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan
adalah timbangan analitis, termometer, labu ukur 500 mL, alat titrasi,
pengaduk, spektrofotometer, plastik dan tabung plastik, gelas ukur, gelas
piala, krusgooch, asbes, pemanas air, desikator, pompa vakum dan cawan
porselen.
Bahan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pasta gambir yang diperoleh dari Burung-burung Balantai,
Tarusan Pesisir selatan, akuades, alkohol, chatechin
standar, etil asetat, ferrous tartat, buffer fosfat (pH 7,5) dan etil galat.
Prosedur
Pasta gambir yang
digunakan sejumlah 16 kg dan diaduk rata dan kemudian ditimbang masing-masing 1
kg dan dimasukkan ke dalam kemasan plastik yang dapat ditutup rapat. Sampel
tersebut disimpan sesuai dengan lama perlakuan penyimpanan. Kondisi ruang
penyimpanan adalah ruang biasa dimana tidak ada modifikasi suhu dan udara
penyimpanan.
Penelitian dilakukan
dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 8 perlakuan lama
penyimpanan dan 2 ulangan setiap perlakuan. Kemudian dilanjutkan uji
perbandingan T-Dunnet pada taraf nyata 5%.
Pengamatan yang dilakukan
terhadap sifat fisis, meliputi kadar air, warna pasta gambir yang pastanya
disimpan dengan sifat kimia meliputi kadar bahan yang tidak larut dalam air dan
dalam alkohol, kadar chatechin, kadar
tanin, kadar abu, dan bentuk spektrum ultraviolet larutan gambir[5,6].
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar Air Pasta Gambir
Hasil analisis sidik
ragam terhadap kadar air pasta gambir selama penyimpanan menunjukkan perbedaan
yang tidak nyata pada uji taraf 5%, sehingga uji larut dengan analisis T-Dunnet
tidak dilakukan. Berikut ditampilkan pada Tabel 1 rata-rata kadar air pasta
gambir yang disimpan sesuai perlakuan lama penyimpanan. Jadi dapat disimpulkan
bahwa terjadi perubahan kadar air pasta gambir yang disimpan selama 28 hari.
Perubahan Warna Pasta Gambir dan Gambir Keringnya
Warna pasta gambir selama
penyimpanan tidak mengalami perubahan yaitu tetap kuning tapi bila pasta yang
telah mengalami penyimpanan tersebut dikeringkan maka warna gambir keringnya
yang berupa bubuk berubah mulai dari warna kuning, coklat sampai coklat
kehitam-hitaman. Jadi warna gambir kering tersebut menjadi lebih gelap dengan
makin lamanya penyimpanan pasta gambir.
Terlihat bahwa warna
pasta gambir tidak berubah walaupun telah disimpan 28 hari namun warna gambir
keringnya memperlihatkan perbedaan warna akibat penyimpanan, dimana makin lama
penyimpanan pasta mengakibatkan warna gambir keringnya cenderung berubah
menjadi gelap. Perubahan ini diperkirakan akibat berlangsungnya reaksi oksidasi
selama penyimpanan pasta.
Tabel 1. Rata-rata Kadar Air Pasta Gambir pada Berbagai
Penyimpanan
Lama Penyimpanan
Pasta Gambir (hari)
|
Kadar Air (b/b)%
|
0
4
8
12
16
20
24
28
|
73,26
72,23
72,47
72,30
72,65
73,57
72,78
71,68
|
Bahan Tidak Larut Air dan Alkohol dari Gambir
Analisis sidik ragam
terhadap bahan tidak larut dalam air dan alkohol menunjukkan bahwa penyimpanan
pasta gambir selama 28 hari tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar
bahan tidak larut air dan alkohol. Pada Tabel 3 ditampilkan kadar-kadar bahan
tersebut.
Kadar Chatechin
dan Tanin
Kadar chatechin dari gambir yang pastanya
disimpan nilainya bervariasi menurut perlakuan lama penyimpanan. Kadar chatechin dari gambir yang pastanya
tidak disimpan 72,22% dan kadar chatechin
dari gambir yang pastanya disimpan selama 28 hari 65,39%. Analisis sidik ragam
terhadap kadar chatechin
memperlihatkan yang nyata, namun setelah diuji dengan T-Dunnet ternyata tidak
berbeda nyata antara kadar chatechin
gambir akibat perlakuan penyimpanan. Angka-angka yang terletak pada jalur yang
sama diikuti oleh huruf kecil yang sama tidak berbeda menurut uji T pada taraf
5%.
Kadar tanin dari gambir
yang pastanya tidak disimpan 38,68% sedangkan kadar tanin dari gambir yang pastanya
disimpan selama 28 hari 35,12%. Penyimpanan pasta mulai dari 4 hari sampai 28
hari memiliki kadar tanin gambir yang jauh lebih rendah dari pasta gambir yang
tidak disimpan. Walaupun terjadi kenaikan kadar tanin dalam selang penyimpanan
pasta gambir 4 hari sampai 28 hari namun tidak begitu besar.
Pengamatan Spektrum Ultra Violet (UV) Gambir
Pengamatan spektrum UV
dari gambir yang pastanya mendapat penyimpanan, bertujuan untuk mengetahui
apakah ada perubahan bentuk spektrum flavonoid gambir selama masa penyimpanan
pasta. Pengamatan spektrum UV terhadap flavonoid gambir yang pastanya telah
disimpan dilakukan dengan cara melarutkan gambir ke dalam pelarut etil asetat,
kemudian dilakukan pengamatan dengan spektrofotometer. Spektrum dari gambir
yang pastanya terlebih dahulu disimpan disajikan pada Gambar 1.
Tabel 2. Warna Pasta Gambir dan Warna
Gambir Kering yang Pastanya Disimpan
pada Berbagai Tingkat Lama Penyimpanan
Lama penyimpanan pada pasta
gambir (hari)
|
Warna pasta gambir
|
Warna gambir kering
|
0
4
8
12
16
20
24
28
|
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
|
Kuning
Kuning
Coklat
Coklat
Coklat kehitaman
Coklat kehitaman
Coklat kehitaman
Coklat kehitaman
|
Tabel 3. Kadar Bahan Tidak Larut Air dan Tidak Larut
Alkohol dari Gambir Kering yang Pastanya Disimpan pada Berbagai Tingkat Lama
Penyimpanan
Lama Penyimpanan pada Pasta
Gambir (hari)
|
Bahan tidak larut air (%)
|
Bahan tidak larut alkohol
|
0
4
8
12
16
20
24
28
|
6,96
5,63
6,87
6,78
3,38
5,93
4,55
4,69
|
14,83
14,98
14,83
17,70
16,35
13,67
13,15
13,15
|
Dari hasil uji T pada
taraf 5% diketahui bahwa panjang gelombang untuk nilai absorban maksimum
berbeda nyata antara gambir berbagai perlakuan. Panjang gelombang dimaksud berkisar antara 280,0 sampai 280,9.
nilai absorban maksimum untuk tiap panjang gelombang maksimum yang dimiliki
masing-masing gambir juga berbeda menurut uji T pada taraf 5%. Nilai absorban
berkisar antara 0,299 – 0,443. Nilai absorban maksimum chatechin standar 0,454 pada panjang gelombang 280,4.
Kadar Abu Pasta Gambir
Pengukuran kadar abu
hanya dilakukan terhadap pasta gambir penyimpanan 0 hari didapatkan kadar abu
sebesar 2,72%. Bila mengacu kepada SNI 01-3391-1991 maka kadar abu tersebut
masih di bawah nilai maksimal 5%.
Tabel 4.
Kadar Chatechin dan Tanin dari Gambir
Kering yang Pastanya Disimpan
pada Berbagai Tingkat Lama Penyimpanan
Lama penyimpanan pada
pasta gambir (hari)
|
Kadar chatechin (%)
|
Kadar Tannin (%)
|
0
4
8
12
16
20
24
28
|
72,22 a
79,73 a
80,64 a
62,19 a
51,71 a
65,39 a
34,19 a
65,38 a
|
38,68 a
35,11 a
34,28 a
34,04 a
33,46 a
32,81 a
34,19 a
35,12 a
|
Gambar 1. Spektrum ultra violet gambir dari pasta gambir yang
disimpan pada berbagai perlakuan lama penyimpanan.
KESIMPULAN
Dari pelaksanaan
penelitian dapat disimpulkan bahwa penyimpanan pasta gambir selama 28 hari
tidak merubah sifat fisiknya tetapi merubah kadar kandungan kimia utamanya.
Kadar air pasta gambir
sebelum disimpan 72,26% dan diakhir penyimpanan 71,26% namun tidak berbeda
nyata setelah dianalisa statistik. Warna pasta gambir selama penyimpanan tidak
berubah atau tetap berwarna kuning.
Kadar bahan tidak larut
dalam air dan bahan tidak larut dalam alkohol dari gambir yang pastanya
mendapat perlakuan perbedaan lama penyimpanan tidak mengalami perubahan yang
nyata secara statistik. Kadar bahan tidak larut dalam air dari gambir yang
pastanya tidak disimpan 6,96% sedangkan yang pastanya disimpan 28 hari 4,69%.
Bahan tidak larut alkohol dari gambir yang pastanya tidak disimpan 14,83% dan
yang pastanya disimpan 28 hari 13,15%.
Kadar chatechin dari gambir yang pastanya
mendapat perlakuan penyimpanan cenderung meningkat, namun tidak berlangsung
terus menerus selama penyimpanan tetapi cenderung naik terjadi diawal penyimpanan.
Kadar chatechin tertinggi terdapat
pada gambir yang pastanya disimpan selama 8 hari yaitu sebesar 80,64%,
sedangkan chatechin dari gambir yang
pastanya tidak disimpan sebesar 72,22% dan pastanya disimpan paling lama (28
hari) 65,38%.
Kadar tanin dari gambir
yang pastanya disimpan menurun dibandingkan dengan kadar tanin gambir yang
pastanya tidak disimpan. Dimana kadar tanin dari gambir yang pastanya disimpan
38,68%. Walaupun terjadi perubahan kadar tanin selama penyimpanan tapi itu
tidak terlalu besar dari kadar tanin yang pastanya tidak disimpan, kadar tanin
diakhir penyimpanan sebesar 35,12%.
Spektrum UV dari gambir
yang pastanya mendapat perlakuan penyimpanan menunjukkan bahwa penyimpanan
pasta tidak menyebabkan terjadinya perubahan spektrum. Sedikit perubahan
terjadi pada nilai absorban maksimum panjang gelombang dengan nilai absorban
maksimum. Kadar
pasta abu pasta gambir penelitian 2,72%.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Anonymous, Departemen Perdagangan Sumbar, 1993, Pedoman
Peningkatan Mutu Gambir, Kanwil Departemen Perdagangan Sumatra Barat.
2.
Nazir, N., 2000, Gambir, Budidaya, Pengolahan dan Prospek
Diversifikasinya. Yayasan Hutanku Sumatra Barat.
3. Muchtar, H., Yusmeiarti, 2000, Teknologi Pemurnian
Gambir sebagai Sumber Chatechin untuk
Bahan Industri, Bulletin BPID Vol II(1).
4.
Muctar, H., 2000, Teknologi Pemurnian Gambir, Makalah
Pada Seminar Nasional. Hasil-Hasil Pertanian dan Pengkajian Pertanian. BBPT Sukarami dan Peragi.
Padang.
5. Kasim, A., 2001, Analisis
Karbohidrat dan Abu dari Gambir, Majalah
STIGMA Volume IX No. 3, Fakultas Pertanian Universitas Andalas, Padang.
6. Markham, K. R., 1998, Cara Mengidentifikasi
Flavonoid, Penerbit ITB Bandung.