Ibnu Abbas, Profil Ulama Pencinta Ilmu Tgl. publikasi: 16/2/2001 15:46 WIB eramuslim - Saya yakin nama Ibnu Abbas bukanlah nama asing di telinga umat Islam. Dia adalah sahabat Rasulullah sekaligus keluarga dekat yang menguasai Al-Qur`an dan maknanya. Dia menguasai Al-Qur`an sampai ke dasar-dasarnya.
Nama sebenarnya adalah Abdullah bin Abbas, putra paman Rasulullah Saw., Abbas bin Abdul Muthalib. Dia lahir tiga tahun sebelum hijrah. Ketika Rasulullah Saw. wafat, Ibnu Abbas baru berumur 13 tahun. Dalam usia remaja itu, dia telah mampu menghafal 1660 hadits. Hadits-hadits itulah yang mengikat hati-hati kaum Muslimin menjadi satu ikatan hingga kini. Hadits-hadits Rasulullah Saw. yang dihafal Ibnu Abbas banyak dicatat oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dalam kitab shahih mereka.
Sejak usia enam tahun, Ibnu Abbas telah tinggal bersama Rasulullah. Dia menyediakan air wudhu beliau bila hendak shalat. Ibnu Abbas juga selalu shalat di belakang Rasulullah. Kemana pun Rasulullah Saw. pergi, Ibnu Abbas hampir selalu menyertainya. Segala peristiwa yang dialami Nabi Saw. direkam dalam hati dan pikirannya.
Suatu hari, ketika Rasulullah Saw. hendak melaksanakan shalat, Ibnu Abbas seperti biasa menyediakan air wudhu buat beliau. Rasulullah amat senang. Tatkala hendak memulai shalat, beliau memberi isyarat agar Ibnu Abbas berdiri di sampingnya. Tapi Ibnu Abbas berdiri di belakangnya. Usai shalat, beliau menoleh dan bertanya kepada Ibnu Abbas, "Mengapa engkau tidak berdiri disampingku." Ibnu Abbas menjawab, "Anda sangat tinggi dalam pandanganku dan amat mulia. Tak pantas aku berdiri disamping anda." Lalu Rasulullah Saw. berdoa, "Ya Allah, berilah dia hikmah."
Allah mengabulkan doa Rasulallah, dan memberi Ibnu Abbas hikmah. Ilmu hikmah yang dikuasai Ibnu Abbas melebihi para ahli hikmah yang ada saat itu. Dengan kedalaman ilmunya itu, Ibnu Abbas berhasil mengembalikan sekitar 20.000 kaum Muslimin yang sebelumnya memusuhi Ali bin Abi Thalib.
Meski telah diberikan ilmu hikmah, Ibnu Abbas tak pernah berhenti menuntut ilmu. Bila seseorang menyampaikan sebuah hadits yang diterima dari salah seorang sahabat, maka ia mendatangi orang itu ke rumahnya untuk menanyakan hal itu. Ibnu Abbas berprinsip, "ilmu harus didatangi, bukan ilmu yang mendatangi".
Kedalaman ilmu Ibnu Abbas diakui oleh beberapa ulama besar. Masruq bin Ajda, seorang ulama Tabi'in berkata, "Wajah Ibnu Abbas sangat elok. Bila berbicara sangat fasih. Dan bila menyampaikan hadits, dia sangat ahli dalam bidang itu."
Untuk mengamalkan ilmunya itu, Ibnu Abbas menjadikan rumahnya sebagai majelis ilmu kaum Muslimin. Setiap orang yang mau mempelajari Al-Qur`an diundangnya masuk. Begitu pun dengan ilmu-ilmu lainnya, seperti Tafsir Al-Qur`an dan Ta'wilnya, ilmu Fara`id, Sastra Arab, Ilmu Fiqih, dan lain-lain. Setiap pertanyaan dijawab secara detil, lengkap dengan dalil-dalilnya. (sh)