Selamat Datang di Website Romo Selamat Suwito
Selamat Datang dan Selamat Menikmati Blog Ini

Pilar-pilar Kebangkitan Umat

Kamis, 04 April 20130 komentar















Thaqah Najati Al Hadharah Al Islamiyah
Potensi Kegemilangan Hadharah Islamiyah


Dalam perputaran waktu di hari ini telah banyak paparan orang yang merindukan hadirnya kembali peradaban manusia yang sesungguhnya. Sebab selama ini mereka telah kehilangan cita rasa untuk menikmati sandiwara dunia. Malah yang terjadi adalah rasa muak dan momok akan lakon dunia. Akhirnya muncullah angan-angan dan keinginan bernostalgia pada masa-masa lalu. Bahkan kemudian membanggakan peradaban Romawi ataupun Yunani. Padahal sebenarnya dua peradaban itu telah membuktikan bahwa ia tidak mampu bertahan lama karena bertentangan dengan fitrah umat manusia.


Ketidak bertahanannya peradaban itu menunjukkan bahwa harapan besar itu kepada peradaban Islam. Seorang sosiolog memaparkan bahwa sebenarnya peradaban manusia dalam sepanjang sejarah modern ini berhutang budi pada peradaban Islam. Telah banyak jasa yang diberikan Islam dan kaum muslimin pada kemajuan dunia. Karenanya tidak bisa diputuskan hubungan antara modernisasi dengan kejayaan Islam. Bahkan Islam dan kaum muslimin sebagai peletak pondasi peradaban umat manusia. Seorang pujangga muslim menyampaikan bait-bait syairnya:


Sehamparan tanah ini hijau membentang


Sejengkal bumi dipijak mengalirkan kekayaan


Sebening curahan air menawarkan kesegaran


Sejernih birunya angkasa menyajikan kedamaian


Tiada yang dapat menunantaskannya


Karna semua itu berada di setiap jengkal yang disebut asma Sang Perkasa


Allahu Rabbul ‘Alamin.


Potensi yang menjadi inspirasi dan sebagai kekuatan untuk memunculkan kembali kejayaan Islam sudah ada di tangan kaum muslimin. Potensi tersebut diantaranya:


1. Syari’ah Islam (At Tasyri’ Al Islamy)


Umat Islam memiliki warisan yang amat mahal. Karena warisan ini tidak pernah usang dan lapuk karena zaman. Ia adalah syari’ah yang diberikan Allah dan Rasul-Nya. Warisan ini memberikan jaminan akan keselamatan dari kesesatan dan kealpaan. Bahkan ia tetap abadi sepanjang zaman. Karena itu ia tidak akan pernah terkotori oleh pikiran dan hawa nafsu manusia sekalipun pemuka agamanya. Tidak seperti ajaran lain di dunia ini yang telah banyak terlumuri oleh hawa nafsu pemimpin agamanya.


Disamping itu ajaran Islam diberikan Allah SWT. karena kesesuaian dengan fitrah umat manusia. Ini berarti bahwa syari’ah Islam tidak akan bertentangan dengan naluri dan watak kemanusiaan. Dan akan menjadi sumber aspirasi untuk memenuhi kebutuhannya. Karenanya ajaran Islam merupakan satu-satunya alternatif untuk memberikan solusi atas berbagai problematika yang dihadapi umat manusia dari berbagai kurun waktu.


“Dan Kami telah turunkan kepadamu al-Qur'an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu”. (QS. Al Maidah, 5:48)


Bila hal dipahami oleh seluruh kaum muslimin sebagai sebuah potensi besar untuk mengembalikan zaman keemasan peradaban ini. Maka mereka sepatutnya memahami dengan benar sumber ajarannya. Yang selama ini dipahami dengan sebelah mata yang penuh kecurigaan dan kekeliruan. Sehingga tidak sedikit kaum muslimin yang buta akan Islam. Yang membuatnya ragu-ragu terhadap Islam. Bahkan ada pula yang mencibirkannya. Memang musuh-musuh dakwah ini tidak merasa senang terhadap kemajuan berpikir umat. Terlebih pada ajaran yang telah dipeluknya semenjak turun temurun. Para musuh dakwah itu telah mengaburkan pemahaman Islam dan diubahnya sebagai ajaran usang yang penuh kekejian dan kekejaman. Sehingga program besar mereka tidak lain adalah membuat kaum muslimin meninggalkannya.


Padahal apa yang mereka takutkan sebenarnya tidak terdapat dalam ajaran Islam. Malah justru sebaliknya yang selama ini mereka perjuangkan berkoar-koar untuk peradaban dan kejayaan. Ternyata mereka mengadopsinya dari ajaran Islam. Mereka serukan peradaban yang mereka namakan civil society. Ternyata justru itulah yang pernah dibangun oleh Islam dan kaum muslimin pada masa yang lalu. Dan kaum muslimin telah membuktikan keberhasilannya mengangkat harkat dunia.


2. Jumlah Kaum Muslimin (Kammiyatul Muslimin)


Pada saat ini data statistik menyebutkan bahwa jumlah kaum muslimin berkisar antara satu milyaran. Artinya bahwa kaum muslimin merupakan seperlima penduduk dunia. Ia menjadi sumber kekuatan yang sangat diperhitungkan oleh pihak-pihak musuh. Kekuatan dari sisi jumlah ini tidak mungkin dipandang remeh oleh mereka. Apalagi hingga diabaikan. Diberbagai tempat, banyak kita dapati bahwa kaum muslimin mendapatkan tekanan dan penindasan. Akan tetapi jumlah mereka tidak pernah berkurang. Bahkan seorang ulama Palestina mengatakan sambil tersenyum. ‘Selama ini kami telah terisolir oleh kekuatan musuh. Tidak bisa keluar pergi belajar, bekerja mencari nafkah, mengajari umat di mesjid-mesjid. Seluruh akses kami keluar mereka tutup. Maka apalagi yang akan kami lakukan kalau bukan berkumpul bersama keluarga di rumah. Sambil menikmati penganan kecil bersama anggota keluarga lainnya. Oleh karena itu anak-anak kami semakin bertambah, sekalipun banyak anggota keluarga kami telah syahid di medan juang ini’.


Kekuatan jumlah yang begitu besar dianjurkan junjungan Nabi. Sebagai bentuk kebanggaan akan pengikutnya yang lebih banyak dari Nabi lainnya. Anjuran beliau tertuang dalam Hadits, ‘Nikahilah wanita yang penuh cinta kasih dan subur. Aku akan berbangga hati dengan jumlah pengikut yang banyak di hadapan para Nabi di hari kiamat’. Dan akan sangat menyulitkan musuh-musuh dakwah manakala kaum muslimin pun memiliki tingkat kualitas yang tinggi. Sebagaimana arahan Islam yang tertuang dalam doa yang diucapkan sehari-hari. ‘Ya Rabb Tuhan kami limpahkanlah dari pasangan kami keturunan yang menyedapkan pandangan mata dan jadikanlah mereka pemimpin orang-orang yang bertaqwa’.


Menyadari akan modal kekuatan besar ini musuh-musuh dakwah mencanangkan program agar jumlah kaum muslimin terbatasi ditambah dengan kondisi kualitas yang sangat minim. Sehingga peran serta umat Islam untuk bisa mencerah panggung dunia sangat kecil. Dikarenakan kualitasnya yang kurang memadai, kapabilitasnya tidak memenuhi syarat serta jumlahnya yang amat sedikit. Akhirnya kita mengalami kondisi qillatur rijal wa katsratul a’ba’. Dan kondisi ini terus melingkupi wajah dunia Islam. Dan menjadi problematika yang tak pernah selesai.


3. Kekayan Alam (Ma’adin fi Wilayati ummatil Islami)


Kekayaan alam di seantero umat Islam berdiam, seluas itu pula kekayaan alam yang tersedia. Kekayaan alam yang amat banyak tidak pernah berkurang bahkan untuk beberapa generasi. Kecintaan Allah SWT. kepada umat Islam untuk dapat mewarisi kepemimpinan dunia. Allah SWT. Telah melimpahkan anugerah kekayaan yang tak kan pernah habis untuk generasi umat Islam sepanjang zaman. Hampir seluruh keragaman kekayaan di muka bumi ini dimiliki oleh umat ini. Kekayaan yang diatas tanah maupun yang didalam tanah atau kekayaan yang terpendam di lautan lepas. Begitu amat melimpah ruah.


Benarlah firman Allah SWT. Bahwa limpahan keberkahan itu tidak pernah habis. Keberkahan dari langit, di atas muka bumi hingga yang di dalamnya. Semua itu sebagai modal untuk menjadi khalifah Allah di muka bumi. Dan kembali memegang kendali dunia sebagaimana generasi masa lalu yang telah mencetak keunggulannya di muka bumi ini. “Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi)”, (QS. Al Qashash, 28: 5).


Akan tetapi persoalannya saat ini adalah ketidak mampuan untuk memberdayakan kekayaan tersebut. Sehingga kekayaan yang begitu banyak dikeruk oleh orang-orang asing bahkan dilakukan terus menerus. Malah sambil kaum muslimin membayar mereka dengan mahal. Padahal orang-orang asing itu telah mencuri kepemilikan umat. Dampaknya adalah kehabisan sumber daya alam. Padahal bila umat ini mampu mengelolanya dapat membuat orang asing itu ketergantungan dengan kaum muslimin.


4. Sejarah Emas Umat Islam (Tarikhul ali lil muslimin)


Umat Islam telah membuktikan diri sebagai generasi yang berjaya di panggung peradaban dunia ini. Memegang kendali kepemimpinan dunia selama tujuh abad lebih. Sedang peradaban baratpun baru berumur 450 tahunan. Hal ini tentu menimbulkan keyakinan bahwa umat Islam dapat berjaya kembali sebagaimana generasi yang telah lalu.


“Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya:"Hai kaumku, ingatlah nikmat Allah atasmu ketika Dia mengangkat nabi-nabi diantaramu, dan jadikan-Nya kamu orang-orang merdeka, dan diberikan-Nya kepadamu apa yang belum pernah diberikan-Nya kepada seorangpun diantara umat-umat yang lain". (QS. Al Maidah, 5:20)


Sejarah telah mengabadikan peran umat Islam dalam membangun peradaban ini. Dimana pusat-pusat ilmu pengetahuan saat ini adalah warisan sejarah umat Islam. Dan telah banyak dicatat sejarah bahwa kegemilangan dunia ini dari tangan tokoh Islam yang telah menemukan berbagai keajaiban dunia. Dan menjadi teori umum yang dipakai dunia. Dari perjalanan sejarah tersebut juga telah diabadikan menjadi peninggalan-peninggalan bersejarah yang amat mahal harganya. Begitu pula penataan administrasi kemasyarakatan di dunia banyak berasal dari sejarah umat Islam.


5. Janji Allah Akan Kemenangan (Wa’dun minallahi alat Tamkin)


Janji Allah merupakan kebenaran mutlak. Ia tidak pernah ingkar sedikitpun. Bahwa Allah SWT. Akan memberikan kegemilangan kepada umat Islam untuk tampil ke muka bumi. Sebab misi sebanarnya dari manusia yang beriman kepada Allah SWT. adalah untuk memimpin dunia. Agar orang-orang berimanlah yang memakmurkan dunia dan mensejahterakannya. Janji Allah SWT inipun telah nyata pada sejarah umat manusia. Ini akan dibuktikan manakala umat Islam mampu menunaikan prasyaratnya. Sebagaimana firman Allah SWT.


“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan merobah (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa.Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku.Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang yang fasik”. (QS. An Nur, 24: 55)


Begitu banyaknya potensi untuk meraih kembali kegemilangan umat ini yang telah melekat dan diberikan Allah SWT. Akan tetapi betapapun potensi itu ada di tangan umat ini. Namun tidak ada upaya untuk mendayagunakannya maka potensi itu tidak ada gunanya. Oleh karenanya potensi itu mesti diimbangi dengan meningkat upaya diri untuk mencapainya. Adapun kiat untuk ke arah tersebut, diantaranya sebagai berikut:


Pertama, Mengokohkan tarbiyah nukhbawiyah dan jamahiriyah secara integral. Tarbiyah merupakan upaya penyiapan masa depan untuk mengembalikan kejayaan umat ini. Dengan membina SDM-SDM yang terampil dan cakap dengan kesiapan memikul amanah tugas besar. Tarbiyah untuk menghantarkan kepada cita-cita luhur tersebut diperlukan penempaan yang integral dan komprehensif. Sehingga mereka-mereka yang terbina dapat berperan pada bidang-bidang yang sangat memerlukan tenaga dan perannya.


Kedua, Memberdayakan seluruh potensi yang dimiliki. Potensi yang telah diberikan Allah SWT. sebagai kekayaan yang amat mahal ini harus dapat diberdayakan secara optimal. Tentu dengan penyiapan tenaga yang memang memiliki kemampuan untuk tujuan tersebut. Agar potensi itu tidak sia-sia di tangan kaum muslimin. Semua umat harus diberikan kepahaman akan potensi tersebut dan memberikan penyadaran akan fungsinya bagi kegemilangan islam dan umatnya. Ibnu Khaldun menyatakan bahwa umat Islam ini bagaikan raksasa yang sedang tidur. Ia perlu dibangunkan dan disadarkan akan kekuatan yang ada di tangan agar dapat melawan musuh-musuhnya.


Ketiga, Membangkitkan semangat/keghairahan dalam berislam dan komitmen kepadanya. Semangat keislaman harus merata ke seluruh umat ini. Dan tidak boleh hanya dimiliki sebagian kalangan kaum muslimin saja. Agar perasaan sense of belonging menumbuhkan pembelaannya kepada Islam. Ghairah keislaman bila hidup ia akan sangat perhatian terhadap ajarannya. Apakah sedang naik atau turun. Apakah sedang terancam atau sedang jaya. Dengan perhatian yang amat besar ini umat dapat mengikuti gerak laju yang sedang dialami oleh Islam dan dapat mewujudkan perintah sang Junjungan, berputarlah bersama Islam bagaimana pun putarannya.


Keempat, Menjalin kekuatan umat yang berserakan. Sebenarnya umat ini dapat menjadi kekuatan besar. Manakala dapat menghimpun potensi yang bertebaran dimana-mana. Untuk menjalinnya diawali dengan melakukan dialog kepada seluruh simpul umat. Dari dialog yang dilandasi kebersihan hati dan kepahaman diri dapat menjadi kekuatan besar. Sebagaimana yang dilakukan Rasulullah saat pertama kali menginjakkan kaki di Madinah. Beliau menyatukan simpul-simpul umat antara Muhajirin dan Anshar, antara Aus dan Khajraj dan lain-lainnya. Bila simpul ini saling berhubungan ia akan menjadi jalinan syarat yang sangat kuat dan ampuh untuk menyamakan kesatuan langkah. Karenanya sumbatan-sumbatan itu harus dikikiskan hingga benar-benar habis.


Kelima, Meyakini akan janji Allah SWT. akan kemenangan dan siap untuk menerimanya. Bagi seorang muslim yakin akan pertolongan Allah SWT. tidaklah boleh berkurang sekecil apapun. Sebab sikap seperti ini adalah ideologi keislaman. Dan keyakinan tersebut menjadi insiprasi dan sekaligus motivasi untuk mengembangkan potensi tersebut. Bahkan keyakinan itu berfungsi sebagai mana’akh I’tiqadiyah. Imunitas ideologi. Oleh karena kewajiban umat ini adalah senantiasa menyuburkan rasa yakinnya agar selalu tumbuh subur dan dapat menghilangkan keragu-raguan di dalam hati. Wallahu ‘alam bishshawwab.


“Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebaikan, mendirikanshalat, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah, (QS. Al Anbiya’ 21:73)









Silahkan share artikel ini : :
 
Web ini dikembangkan oleh PUSAT MULTIMEDIA
Template Created by Creating Website Modify by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger