Pertempuran Legendaris Tarik Ibn Ziyad dan Awal Penaklukan Andalusia (Spanyol)
(Ditulis oleh Hariyadi di Cordoba, Andalusia, Spanyol, Desember 2003)
Pendahuluan
Sejarah
kejayaan Islam di Andalusia (Spanyol Selatan) dari abad 8 – 15 M
merupakan sejarah besar dunia karena dari sanalah pintu gerbang ilmu dan
peradaban Eropa modern dan dunia dibangun. Selain itu sejarah tersebut
membuktikan bahwa sistem tatanan Islami telah dapat memberikan nuansa
masyarakat yang penuh rahmat bagi dunia tanpa pandang bangsa, agama dan
ras sebagaimana pada waktu itu umat Islam, Kristen dan Yahudi dapat
hidup rukun secara bersama-sama membangun masyarakat yang beradab, suatu
fenomena yang sangat sulit dapat dirasakan di jaman sekarang. Sejarah
awal penaklukan Andalusia tidak bisa lepas dari keberhasilan pasukan
bangsa Berber dari Afrika Utara yang dipimpin oleh Jendral Tarik Ibn
Ziyad (Tariq ben Ziyad) yang berhasil mengalahkan pasukan Raja Spanyol
pada waktu itu yang bernama Roderic dalam pertempuran efektif selama 8
(delapan) hari, suatu waktu yang sangat singkat serta merupakan sejarah
pertempuran legendaris karena jumlah pasukan musuh 6 hingga 8 kali lipat
lebih banyak. Di samping itu kekalahan bangsa Eropa oleh bangsa Afrika
Islam tersebut merupakan sejarah penting yang dapat dipakai sebagai
rujukan bahwa Eropa / Barat pernah dikalahkan sekaligus dalam perjalan
panjangnya kekuatan yang dimiliki Eropa dapat mengalahkan negara-negara
Islam. Untuk itu dalam artikel ini akan dibahas peperangan yang
dilakukan oleh Tarik Ibn Ziyad yang telah membawa kemenangan gemilang
untuk selanjutnya membuka pintu gerbang kejayaan Islam untuk masa waktu 8
abad lamanya. Tidak banyak sejarah yang menguak mengenai tokoh Tarik
sebenarnya serta peran penting bangsa Berber dalam sejarah penaklukan
tersebut meskipun banyak sejarah bercerita tentang jaman kejayaan Islam
di bumi Andalusia.
Sehingga dalam artikel ini keterbatasan ulasan juga disebabkan
keterbatasan sumber rujukan. Namun demikian tokoh seperti Tarik dapat
menjadi contoh bahwa kombinasi kekuatan keimanan, keberanian, kecerdikan
dan ketulusan seorang Muslim dapat memberikan kontribusi yang besar
dalam mengantarkan dunia pada peradaban tinggi umat manusia. Sejarah
peperangan yang sangat singkat telah mampu menancapkan tonggak sejarah
Islam dan peradaban manusia untuk waktu yang lama.
Bangsa Berber atau Moro
Bangsa
Berber adalah bangsa Afrika utara (non Arab) yang banyak mendiami
kawasan utara Maroko, Aljazair yang dulu merupakan bagian dari wilayah
Mauritania. Mereka merupakan bangsa nomaden yang hidup berpindah-pindah.
Sebelum Islam datang bangsa Berber banyak yang menganut aliran
animisme, selain ada yang menganut agama Yahudi. Bangsa Berber memiliki
banyak suku seperti : Jarawa, Sanhaja, Lamtuna, Jazula, Zenata, Masmuda, Botr, Beranes [1].
Dalam sejarah Andalusia hingga sekarang dikenal istilah bangsa Moor
yang tak lain adalah bangsa Berber itu sendiri yang telah memeluk agama
Islam. Istilah Moor berasal dari bahasa Yunani yaitu “Maures” yang
berarti hitam atau gelap sebagaimana warna kulit bangsa Afrika [2].
Sedangkan istilah Moor dalam bahasa Spanyol menjadi Moro sebagaimana
istilah ini digunakan dalam bahasa Indonesia. Bangsa Berber (Moro) asal
usulnya dari Mauretania yang sekarang meliputi wilayah Maroko dan
Aljazair bagian Barat. Sebagai informasi bahwa bangsa Moro (Berber) ini
tidak sama dengan bangsa atau orang Moro di wilayah Mindanao, Filipina,
meskipun istilah Moro kemudian juga diberikan oleh bangsa Spanyol
setelah menguasai Filipina. Pada tahun 708 M, Islam di bawah kekuasaan
dinasti Umayah yang berpusat di Damaskus, Syria menyebarkan Islam dan
akhirnya menguasai kawasan Afrika Utara dimana bangsa Berber banyak
berada. Sedangkan ajaran Islam pada waktu itu dibawa oleh da’i dari
orang-orang Arab yang jumlahnya sedikit [3]. Dalam perkembangannya, bangsa Berber setelah memeluk Islam meskipun belum lama menjadi sangat fanatik.
Penaklukan Andalusia
Spanyol
jatuh ke kekuasaan bangsa barbarian / vandal Visigoth dari kekuasaan
Romawi pada abad 5 M. Nama Al-Andalus yang merupakan bagian dari wilayah
Spanyol berarti “tanah orang-orang Vandal”. Istilah ini digunakan
setelah wilayah tersebut ditaklukkan oleh pasukan Islam. Sebelum orang
Islam datang, pada waktu itu yang menjadi raja Spanyol waktu itu adalah
Roderic. Roderic merupakan Raja terakhir dari dinasti Visigoth yang
silsilahnya berasal dari Jerman. Meskipun mereka menganut agama Kristen,
namun perangainya sangat menyimpang dari ajarannya. Sejarah bermula
ketika Julian gubernur Ceuta
(yang wilayahnya menyatu dengan daratan Maroko) yang di bawah kekuasaan
Spanyol memendam kebencian kepada pimpinannya yaitu Raja Roderic yang
telah memperkosa atau menghamili anak perempuannya, Florinda yang
dikirim olehnya untuk menuntut ilmu kepadanya. Florinda merahasiakan
masalah ini dan mengirim surat
kepada bapaknya. Setelah bapaknya (Julian) mendapat kabar dari putrinya
seketika itu marahnya luar biasa, dia tidak lagi setia pada Rajanya,
namun kebencian tersebut tidak mungkin dilampiaskan begitu saja ke sang
Raja mengingat kekuasaan dan kekuatan Julian sangat terbatas. Sehingga
sewaktu Julian menjemput Florinda untuk diajak pulang, Roderic meminta
Julian untuk datang membawa burung elang khusus untuk keperluan berburu.
Kemudian dijawab oleh Julian dengan kata-kata tersembunyi yaitu Julian
nantinya akan membawa kepadanya burung elang yang istimewa yang belum
pernah dia lihat (maksudnya adalah akan dipanggil pasukan dari Afrika
Utara untuk mengalahkan Roderic) [4].
Oleh karena itu untuk merealisasikan keinginannya membalas kebrutalan Roderic, setelah sampai di Ceuta
dia segera mendatangi gubernur Tangier yaitu Jendral Tarik Ibn Ziyad.
Tarik waktu itu ditunjuk oleh gubernur Musa ibn Nusair dari penguasa
dinasti Umayyah untuk kawasan kawasan Afrika Utara. Tarik sebagai
gubernur Tangier memang menjaga hubungan baik dengan Julian sehingga
tidak ada permusuhan diantara kedua belah pihak. Tarik merupakan orang
Berber yang mendapat pangkat tertinggi dalam karir militer. Pada waktu
itu Tarik berada di Tlemsen (kawasan Aljazair bagian utara) sedangkan
Musa ada di Al-Qairwan (wilayah Tunis bagian utara) [5].
Pada Tarik Julian membujuk dia untuk memerangi Roderic dan menaklukkan
Spanyol sedangkan dia akan membantu serta menunjukkan jalan untuk misi
tersebut. Dari raut muka Julian, Tarik dapat melihat kebencian yang
sangat pada Julian terhadap Roderic. Diceritakannya bahwa kawasan
Spanyol memiliki sumber alam yang melimpah dan tanahnya subur. Tawaran
tersebut ditanggapi Tarik dengan sangat hati-hati. Sebagai langkah awal
pada 710 M Tarik mengutus anak buahnya yaitu Tarif ibn Malik dengan
membawa 400 tentara untuk mengadakan survei ke Andalusia. Sedangkan
Julian membantu menyediakan 4 buah kapal untuk menyeberangi selat.
Tempat dimana pasukan Tarif mendarat di Spanyol di kemudian hari hingga
sekarang dinamakan Tarifa yang berada di ujung selatan Spanyol
berhadapan dengan wilayah Maroko dipisahkan oleh selat.
Setelah
kepulangan ekspedisi Tarif ke Maroko dan membawa kabar bahwa apa yang
diceritakan Julian adalah benar, Tarik semakin bersemangat untuk segera
membawa pasukannya ke Spanyol untuk menghadapi pasukan Roderic. Tarik
dikenal sebagai orang yang berani dan tentara yang handal [6].
Dengan salah satu strategi pada waktu itu bahwa Roderic sedang sibuk
mengurusi kekuasaannya di wilayah Spanyol Utara yang sedang muncul
pemberontakan oleh kelompok Basque, Tarik segera memulai misinya.
Perjalanan pasukan Tarik dimulai dari wilayah Ceuta kemudian
menyeberangi selat yang di kemudian hari hingga sekarang diberi nama
selat Jabal-el-Tarik atau Gibraltar dan mendarat di suatu bukit karang
pada musim semi tepatnya pada 30 April 711 M [7].
Di tempat tersebut yaitu di kaki bukit Mount Calpe, untuk beberapa
waktu Tarik dan pasukan membuat tempat sementara (camp) untuk persiapan
sebelum melakukan penyerangan sambil menyusun strategi. Di kemudian hari
hingga sekarang bukit tersebut dinamakan Gibraltar (Jabal-el-Tarik,
bukit Tarik) yang sekarang merupakan wilayah otonomi negara Inggris yang
berada di kawasan semenanjung Iberia
(Spanyol) demikian juga selat yang memisahkan antara daratan Maroko dan
Spanyol. Pada waktu itu Tarik membawa pasukan berjumlah 7.000 orang
dari bangsa Berber dan kemudian mendapat tambahan lagi berjumlah 5.000
orang sehingga jumlah keseluruhan adalah 12.000 orang [4, 8].
Kedatangan
pasukan Tarik tersebut setelah beberapa lama akhirnya diketahui oleh
gubernur wilayah yang berdekatan dengan kawasan Gibraltar
yang bernama Edeco yang segera memberitahu kepada Raja Roderic di
Toledo. Mendengar berita itu, Roderic sangat marah dan mengirimkan
pasukan untuk menghadang pasukan Tarik [6]. Mendengar invasi
pasukan Tarik, Roderic segera menghadangnya dengan jumlah pasukan yang
jauh lebih banyak yaitu enam kali lipat banyak [3, 4] bahkan lebih hingga sampai 100.000 pasukan [9]. Peperangan terjadi di mulut sungai kecil bernama Rio Barbate [8], dekat Guadalete [4]
yang terletak di sebelah selatan kota Cadiz. Aliran Rio Barbate berasal
dari sungai Guadalete yang mengalir ke laut Atlantik dari tanjung
Trafalgar di semenanjung Iberia [4, 9]. Sehingga tempat
pertempuran berlangsung disebutkan oleh banyak penulis sejarah berada di
aliran Rio Barbate atau Guadalete atau di kota Medina Shedonia dimana
semua wilayah tersebut berdekatan satu sama lain dan dapat dipahami
bahwa wilayah pertempuran tidak bertumpu di satu tempat saja. Dalam
menghadapi musuh yang jumlahnya sangat banyak dan tidak berimbang
tersebut cukup, pasukan Tarik pun awal mulanya gemetar, apalagi pasukan
Roderic dilengkapi senjata berat, kemudian Tarik berucap lantang kepada
pasukannya dengan kata-kata sebagai berikut :
Saudara-saudaraku,
musuh ada di depanmu sedangkan laut ada di belakangmu. Kemana kamu akan
lari ?( Mereka berseru : “Kami akan mengikutimu, Tarik”). Kita hanya
ada satu pilihan yaitu menang !.[4, 8]
Seketika
itu juga semangat pasukan Tarik membara dan maju untuk berperang
berhadap-hadapan dengan pasukan Roderik. Pertempuran berlangsung sekitar
satu minggu tanpa henti sehingga berakhir dengan kekalahan pasukan
Roderic. Peperangan terjadi mulai tanggal 11 Juli 711 M, tiga hari
pertama peperangan berdarah terjadi dan korban berjatuhan di kedua belah
pihak khususnya di pihak Roderic. Mulai hari keempat peperangan terjadi
secara besar-besaran dan berlangsung terus tanpa henti hingga akhirnya
pada 19 Juli 711 M (atau 28 Ramadhan 92 H) pasukan Roderik mulai kalah
dan banyak yang tewas dan Roderic melarikan diri dengan menaiki kudanya
meninggalkan pasukannya yang kocar-kacir serta serakan mayat-mayat
pasukannya yang jumlahnya mencapai 16.000 orang [6]. Sehari
setelah pertempuran usai, kuda, sandal, dan mahkota Roderic ditemukan di
tepi sungai namun jasadnya tidak ditemukan, dipercayai jasadnya terbawa
arus sungai dan tenggelam di laut [4]. Dengan demikian pertempuran penentuan secara efektif hanya memakan waktu 8 hari, suatu rentang waku yang teramat singkat.
Setelah
berhasil mengalahkan pasukan Roderic di Rio Barbate, Tarik kemudian
membagi pasukannya menjadi 3 kesatuan pasukan untuk terus menyebar ke
beberapa penjuru semenanjung. Tarik dan pasukan terus melanjutkan
penaklukan ke Toledo yang menjadi pusat kerajaan Roderic, sedangkan
Mughith al-Rumi (Mugheyath Errumi) yang memimpin kavaleri pasukan Tarik,
menuju Cordoba dengan membawa 700 pasukan berkuda. Setelah itu Tarik
kembali ke Cordoba dan menulis surat ke Musa ibn Nusair mengenai
keberhasilan penaklukan Andalusia, kemudian Musa memberitakannya ke
Kalifah Walid di Damaskus. Musa melukiskan suasana penaklukan /
kemenangan tersebut tidak seperti penaklukan yang biasa, namun
kemenangan itu sangat menakjubkan dan agung sebagaimana pertemuan antar
negara di hari Pembalasan. Kemudian Musa menulis surat ke Tarik agar
tidak meninggalkan Cordoba sebelum dia menyusul ke sana [5].
Namun Tarik dan pasukan meneruskan penaklukan ke wilayah lain. Setelah
kemenangan pasukan Tarik, berbondong-bondong bangsa Moro dari Afrika
Utara menyeberangi selat Gibraltar dan hidup di Andalusia yang kemudian
terjadi asimilasi dengan penduduk asli Spanyol.
Setelah
kemenangan pasukan Tarik yang di luar dugaan tersebut, gubernur Musa
ibn Nusair menyusulnya pada musim panas tahun 712 M dengan disertai
18.000 pasukan [4] untuk memperluas wilayah yang akan
ditaklukkan. Pertemuan antara Tarik dan Musa terjadi di Talavera dekat
Toledo. Pertemuan keduanya nampak tidak bersahabat, Tarik menerima
kedatangan Musa dengan penuh hormat sedangkan kecemburuan Musa terhadap
Tarik terlihat dengan sikap sebaliknya. Kepada Musa, Tarik berkata :
“Saya hanyalah hambamu / anak buahmu, penaklukan ini untuk mu” dan Tarik
memberikan semua barang rampasan ke Musa [5]. Tarik dan Musa
akhirnya bersama-sama melakukan penaklukan ke wilayah-wilayah
semenanjung Iberia lainnya hingga tahun 714 M. Namun demikian Kalifah
Walid di Damaskus, Syria mendengar berita tersebut dan menyuruh Musa
untuk kembali ke Damaskus, sedangkan Tarik dan pasukan diberi perintah
untuk tetap di Andalusia [4]. Penaklukan selanjutnya diteruskan
oleh pasukan Islam setelahnya. Wilayah yang ditaklukkan pasukan Islam
hingag tahun 721 meliputi seluruh semenanjung Iberia dan sebagian
wilayah Perancis bagian selatan. Hingga abad ke 10 M, wilayah kekeuasaan
Islam masih meliputi sekitar 4/5 semenanjung Iberia, kemudian dengan
adanya perlawanan dari kerajaan – kerajaan dibagian utara
Spanyol yang semakin agresif untuk memerangi kekuasaan pemerintahan
Islam, wilayah yang akhirnya dapat dipertahankan mencakup seluruh
wilayah Spanyol bagian selatan yang sekarang disebut Andalusia.
Kemenangan
pasukan Islam di sebagian besar semenanjung Iberia yang meliputi
wilayah Spanyol dan Portugal (kecuali di bagian utara Spanyol seperti
kerajaan Castile, Galicia, Aragon, yang masih berdiri kerajaan sendiri)
praktis masih dianggap bagian dari kekuasaan Umayyah yang berpusat di
Damaskus hingga kekuasaan dinasti Umayyah di Damaskus berakhir setelah
dikalahkan oleh dinasti Abassiyah pada tahun 750 M. Pada tahun 755 M
datanglah Abdurrahman I, satu-satunya keluarga penguasa dinasti Umayyah
yang lolos dari pembunuhan yang dilakukan oleh penguasa dinasti
Abassiyah. Sebelum datang ke Andalusia, selama 4 tahun Abdurrahman
terkatung-katung di kawasan Afrika Utara untuk meloloskan diri. Kemudian
oleh masyarakat Andalusia yang terdiri dari orang-orang Andalusia
(Spanyol) asli dan juga orang Moro yang banyak berdatangan dari Afrika
Utara, Aburrahman I ditunjuk sebagai pemimpin (Emir) di wilayah
tersebut. Dalam perkembangannya wilayah Andalusia akhirnya
memproklamirkan sebagai wilayah kekalifahan yang merdeka (independent), kemudian mulai
abad 11 M kekuasaan dikendalikan oleh penguasa Al-Marabout
(Almoravides) kemudian dilanjutkan oleh Almohad yang berasal dari bangsa
Berber Islam Afrika Utara hingga kejatuhannya pada abad 15 M yaitu
kejatuhan setelah istana Granada pada tahun 1492 M yang berarti
berakhirnya kekuasaan Islam di Andalusia, Spanyol (Eropa) diikuti dengan
pilihan yang diberlakukan oleh penguasa baru kerajaan Spanyol terhadap
umat Islam yaitu : pengusiran dari bumi Spanyol, atau berpindah agama,
atau dibunuh.
Andalusia di Jaman Kejayaan Islam dan sekarang
Dalam kurun waktu kejayaan Islam di Andalusia, Cordoba sebagai pusat kerajaan Andalusia menjadi kota
yang paling maju dan megah dibandingkan kota-kota di negara Eropa
lainnya. Sebagai suatu gambaran bahwa pada abad ke 10 M, jumlah penduduk
di Cordoba mencapai 500.000 orang. Jumlah perpustakaan umum di Cordoba
ada 70 buah, di sebuah perpustakaan di Córdoba memiliki koleksi buku
berjumlah lebih dari 600.000 buah. (Bandingkan dengan jumlah koleksi
buku perpustakaan di salah satu instansi / universitas besar di Indonesia pada abad sekarang !). Sedangan pada waktu itu di kawasan Andalusia ada universitas berjumlah 17 buah [10]
dengan keadaan semua penduduk dapat membaca dan menulis (tidak buta
huruf). Di Cordoba juga banyak dokter termasuk dokter wanita. Terdapat
600 mesjid, 50 rumah sakit, 900 kamar mandi umum, juga lampu penerangan
jalan sepanjang 15 km [4]. Sebagai perbandingan dengan keadaan di
kerajaan Eropa lainnya, pada waktu itu peradaban Eropa masih sangat
memprihatinkan (yang biasa disebut jaman Kegelapan) dengan belum
membudayanya mandi di bak, tingkat buta huruf yang sangat tinggi yaitu
sekitar 99% karena belum banyak sekolahan atau universitas, dan
jalan-jalan yang gelap. Dalam jaman kejayaan Islam yang berakhir pada
abad 15 M tersebut beberapa ilmuwan besar untuk berbagai bidang
ilmu seperti filsafat, kedokteran, biologi, hukum yang lahir atau pernah
mendapat pendidikan di kawasan tersebut antara lain : Averroes (Ibn
Rush), Avenzoar (Ibn Zuhr), Dreses (Al-Idrisi), Ibn Al-Baitar, Albucasis
(Abu Al-Qasim Al-Zahravi), Arzachel (Al-Zarqali), Al-Dinawari,
Al-Thahabi, Ibn Hazm, Ibn Jubair dan masih banyak yang lainnya. Di
samping itu pada masaitu banyak Raja-raja Kristen dari kerajaan Eropa
lainnya mengirimkan anaknya datang ke Andalusia
untuk menuntut ilmu. Sebagai suatu gambaran bahwa karya ilmiah dari
salah satu ilmuwan tersebut (Averroes) di bidang berbagai bidang seperti
filsafat, kedokteran, hukum dimasukkan dalam silabus di universitas
Paris dan sebagian besar universitas di Eropa selama 500 tahun lamanya
hingga abad ke 18 M [11]. Dalam bidang filsafat karya Averrors
telah mempengaruhi pikiran bangsa Eropa dari abad 12 hingga 16 M.
Karya-karyanya pada waktu itu telah diterjemahkan dalam bahasa Latin,
Inggris, Jerman dan Ibrani. Dengan melihat kualitas karya tersebut jika
dibandingkan dengan ilmuwan jaman sekarang tentu saja para ilmuwan
tersebut sebanding atau malah jauh lebih tinggi dengan kualitas ilmuwan
pemenang hadiah nobel.
Sekarang
ini Andalusia merupakan suatu daerah otoritas yang mencakup provinsi :
Cordoba, Sevilla, Granada, Malaga, Jaen, Almeria, Cadiz, Ceuta, dan
Huelva. Penduduk kota Cordoba sendiri sekarang berjumlah sekitar 300.000
orang. Hingga sekarang masjid bersejarah Cordoba masih berdiri tegak
dengan tambahan di bagian tengah masjid berupa katedral yang selalu
digunakan untuk acara ritual. Bangunan mighrab masih asli dan lengkap
yang dilindungi pagar besi untuk membatasi gerak wisatawan yang
berkunjung. Sedangkan menara masjid juga masih menjulang tinggi yang
tidak lagi terdengar adzan di setiap waktu tetapi sebagai gantinya akan
selalu berdentang lonceng Katedral. Di seberang jalan depan masjid
sampai sekarang masih terdapat sungai besar yang dulu bernama Wadi-al-Khabir sekarang namanya menjadi Quadalquivir yang airnya masih mengalir dengan jumlah yang relatif sedikit. Jembatan yang bernama Puente Roman
yang menghubungkan jalan depan masjid ke benteng di seberang sungai
masih ada dan masih dilalui oleh kendaraan umum. Sedangkan patung
Averroes dibangun agak jauh dari bangunan masjid. Nama Averroes juga
diabadikan menjadi salah satu nama aula di Universitas Cordoba,
Rabanales, Cordoba. Di tempat lain di Andalusia, istana Al-Hambra di
Granada masih berdiri megah dengan arsitektur kaligrafi yang indah dan
memiliki tingkat seni yang tinggi menghiasi dinding-dinding istana yang
sampai sekarang dijadikannya tempat wisata yang menarik di kawasan
Spanyol. Meskipun Islam pernah jaya selama berabad-abad, komunitas
muslim di Andalusia sangat sedikit, namun demikian arsitektur bangsa
Moro berupa bangunan pintu masuk dengan desain lengkung bagian atas
bergaris lorek selang-seling warna merah hati dan putih sampai sekarang
menjadi ciri kas arsitektur kawasan Andalusia.
Penutup
Beberapa
pelajaran penting yang dapat kita ambil dari sejarah Tarik Ibn Ziyad
dan penaklukan Andalusia antara lain adalah bahwa pasukan Tarik dari
Bangsa Moro Afrika Utara merupakan penakluk sesungguhnya wilayah
Andalusia Spanyol pada tahun 711 M. Pertempuran efektif yang memakan
waktu 8 hari di Rio Barbate melawan pasukan Eropa (Raja Spanyol)
dilanjutkan dengan penaklukan sisa-sisa kekuatan Roderic beberapa bulan
lamanya merupakan sejarah penting pembangunan kekuasaan Islam di
Andalusia, Spanyol sehingga Islam dapat membangun peradaban di wilayah
tersebut yang akhirnya merupakan pusat ilmu dan peradaban serta di
kemudian hari menjadi pintu gerbang utama terjadinya transfer peradaban
dan ilmu ke negara-negara Eropa lainnya. Dengan fenomena tersebut akar
kebudayaan Eropa dapat ditelusur pada Bangsa Moro yang memiliki
peradaban tidak hanya pada bidang seni, sains dan perdagangan, namun
juga pada sikap toleran yang luar biasa terhadap ras dan kebudayaan
lain. Selain itu sikap berani, cerdik dan rendah hati Jendral Tarik
menunjukkan pribadi Muslim yang dapat dijadikan i’tibar bagi kita. Sifat
rendah hati ini ditunjukkan oleh Tarik dengan memberikan atau
mempersembahkan kemenangannya serta semua yang diperoleh dari
kemenangannya termasuk rampasan perang kepada penguasa Islam pada waktu
itu (dinasti Umayyah). Beliau tidak mempunyai ambisi kekuasaan yang
dalam kalkulasi politik beliau sudah sepantasnya memperolehnya. Ini
mungkin suatu sikap yang sukar ditemui pada pribadi muslim jaman
sekarang sebagaimana sikap ini menjadi tuntunan ajarannya. Selanjutnya
Tarik meninggalkan Andalusia dan pensiun dari karir militer, kemudian
kembali menjadi orang biasa. Kekalahan Islam atas Spanyol (Barat) pada
masa lalu dampaknya berlangsung hingga kini di abad 21 M dengan fenomena
yang menyedihkan berupa penjajahan di bidang sains dan teknologi,
politik, ekonomi, budaya, dan lain-lain. Untuk mengembalikan kejayaan di
masa silam bukan suatu hal yang mudah, namun sebagian kata-kata Tarik
Ibn Ziyad mungkin dapat menjadi titik pemicu upaya tersebut yaitu “Kita hanya ada satu pilihan yaitu menang !”.
Rujukan :
1. David Nicolle, The Moors, The Islamic West 7th – 15th Centuries AD, Osprey Publishing Limited, Oxford, 2002.
2. Wayne B. Chandler, The Moors : Light of Europe’s dark Age. http://ri.essortment.com/whoweremoorsi_ogk.htm
3. W.E.B. Dubois, The World and Africa.
http://ri.essortment.com/whoweremoorsi_ogk.htm
4. Stanley Lane – Poole, The Story of The Moors in Spain, Black Classic Press, Baltimore, 1990.
5. Ibn Abd-el-Hakem, History of the Conquest of Spain
(diterjemahkan oleh John Harris Jones (Gottingen, W. Fr. Kaestner,
1858), pp : 18 – 22. http://www.fordham.edu/halsall/conqspain.html.
6. Edward Gibbon, The Decline and Fall of The Roman Empire, Chapter LI, part V. Spain.
http://www.ccel.org/g/gibbon/decline/volume2/chap515.htm
7. Runoko Rashidi, The Moorish Conquest of Spain, http : //www.cwo.com/~lucumi/moors2.html
8. Thomas J. Abercrombie, When the Moors Ruled Spain., National Geographic 174 (1), July 1988.
9. E. Levi-Provencal dan Emilio Garcia Gomez, Historia de Espana Vol IV. Espana Musulman (711 – 1031) octava edicion, Espasa Calpe S.A, Madrid, 1996.
10. John Henry Clarke & Phillip True, Jr., Moors in Spain di dalam An Overview of Black History, di-compile dan diedit oleh Philip True, Jr.
http://www.africawithin.com/black_history/overview_chapter18.html
11. Hamed A. Ead (ed.), Averroes as a Physician. http://www.frcu.eun.rg/www/universities/html/hamed2.htm.
12. Louis Bertrand and Charles Petrie, The History of Spain, Eyre & Spottiswood, London, 1945, p. 36.
13. Al-Andalus, the lost Pearl. http://www.alief.de/textfiles/andalusia.htm
14. Yvonne Clark, Moors and Arabs, http : //www.cwo.com/~lucumi/moor_arabs.html
* Penulis adalah direktur Andalusia Foundation Indonesia,
Yogyakarta dan juga doktor bidang Fisika Material dan Teknologi Sensor.
Alamat : Tromol Pos 64, Ngaglik, Sleman. Yogyakarta, E-mail :
andalusia4@lycos.com.
NB :
Abdurrahman III punya anak namanya Hakam II.
Hakam II kawin dengan wanita suku Basque (Spanyol) punya anak namanya Hisham II.
Tarik
pun tidak begitu percaya pada Julian sehingga Julian mengirimkan kedua
anak perempuannya ke Tarik untuk dijadikan semacam jaminan. Tarik
menjaga kedua anak tersebut dengan baik di Tlamsen.
4/5 wilayah semenanjung Iberia
telah dikuasai muslim [13] yang terdiri dari bangsa Berber, Arab,
Persi, dll. Bangsa Berber tidak puas dengan pembagian wilayah yang
dilakukan oleh penguasa dari dinasti Umayah di Damsukus, kemudian bangsa
Moor diberi wilayah yang akhirnya diberi nama Al-Andalus. [12]
Demi Allah, tidak ada tempat untuk berlari kuatkan keberanian dan tekadmu. Mereka berseru : Kami akan mengikutimu, Tarik.
Kemana
kamu akan lari ?Ikuti jendralmu (pimpinanmu), Aku diberi pilihan apakah
akan mati atau bertekuk lutut di depan raja Romawi. Kita hanya ada satu
pilihan yaitu menang !.
Setelah
mendarat Tarik membakar kapal-kapalnya serta berucap kepada pasukannya :
Di belakangmu terbentang lautan dan di depanmu berdiri musuh.