Selamat Datang di Website Romo Selamat Suwito
Selamat Datang dan Selamat Menikmati Blog Ini

Bangun Keshalihan Sosial

Minggu, 11 Januari 20090 komentar

Bangun Keshalihan Sosial
Ada cara memandang peran diri yang bisa kita renungkan.
Aku diri : pemahaman diri yang efeknya memberikan ketenangan karena kita memahami diri kita.
Aku sosial : memberikan rasa penerimaan, apakah kita diterima dalam kehidupan sosial atau tidak.
Aku ideal : bagaimana kita menjadi benar.
(Anis Matta, Model Manusia Muslim)

“Manakala nilai hidup ini hanya untuk diri kita, maka akan tampak bagi kita bahwa kehidupan kecil dan singkat. Yang dimulai sejak kita memahami arti hidup dan berakhir hingga batas umur kita. Tetapi apabila kita hidup juga untuk orang lain maka jadilah hidup ini bermakna panjang dan dalam. Bermula dari adanya kemanusiaan itu sendiri dan berlanjut sampai kita meniggalkan dunia ini.”
(Sayyid Quthub, Afraah Ar Ruuh)
Belajar menjadi “Aku Sosial”
Mari kita simak nasihat Ustadz KH Rahmat Abdullah Allahu yarham tentang solusi atas permasalahan yang sering dikeluhkan: sulitnya berprestasi, sulitnya berdakwah, melakukan rekrutmen orang pada kebaikan, rumitnya masalah nikah, keluarga, kompleknya problem juru dakwah dan berbagai masalah yang terus ada tak ada habisnya. Kuncinya adalah memandang dengan cara berbeda.
Kuncinya adalah optimalisasi waktu
Sering kita berapologi dengan kesibukan untuk menghindari beban, mencari alasan untuk pembenaran kesalahan dan bermalas-malasan untuk perubahan karena sulitnya keadaan dan minimnya kemampuan. Mari kita lanjutkan kontemplasi surat Al Ashr, yaitu pada bagian “…watawaa shaubilhaq watawa shau bish-shabr…saling menasihati dalam kebenaran dan saling menasihati dalam kesabaran.”
Bila pada ayat sebelumnya iman dan amal shalih sebagai kapasitas internal atau keshalihan pribadi, maka pada ayat berikutnya menunjukkan kapasitas eksternal atau keshalihan sosial.



Keshalihan sosial adalah energi untuk memberi. Sebagai air, ia suci lagi mensucikan. Sebagai pahlawan ia mujahid sejati yang menggerakkan dan mengobarkan semangat jihad. Sebagai dai ia orator dan teladan. Sebagai hartawan ia entrepreneur juga dermawan. Sebagai pejabat ia jujur dan budiman. Begitulah Islam mengajarkan, menjadi pribadi shalih dengan memberikan manfaat, seperti air yang thahurun muthahharun. Suci lagi mesucikan. Suci bagi dirinya bermanfaat bagi yang lainnya.

Rasulullah meraih keberkahan waktu beliau dengan banyak berjihad di jalan Allah. Interval waktu bagi Rasul adalah jihad sepanjang hayat. Tiga belas tahun di Makkah dengan penderitaan yang tak ada habisnya. Lalu hijrah ke Madinah, tapi prestasinya luar biasa. Memimpin 35 ghazwah ‘peperangan besar yang beliau ada di dalamnya’ dan mengirim 27 sariyah ‘peperangan kecil yang beliau menyusun strateginya.’

Lalu bagaimana dengan kita, orang biasa agar mampu meraih keberkahan waktu? Inilah rahasia yang mesti di gali. Rasulullah mencontohkan dengan mengaktualisasikan semua potensi untuk berkhidmah, melayani dan memimpin.
Karena itu penting membangun prestasi dengan ketulusan bukan ketenaran. Prestasi bukanlah popularitas. Popularitas bukanlah prestasi. Karena orang-orang yang dikagumi, disanjung belum tentu dibela. Karena itu dibutuhkan selalu keikhlasan.

Seseorang menjadi luar biasa apabila keshalihannya bisa di transformasikan dalam ranah sosial. Pribadinya hidup dan mampu menghidupkan hati yang mati, menggugah jiwa yang terlelap, membangun motifasi yang beku, mencairkan komunikasi yang kaku dan puncaknya mampu membuka pintu-pintu kebaikan bagi dirinya maupun orang di sekitarnya. Ia bukan hanya hidup untuk dirinya sendiri tetapi memberikannya kepada orang lain.
Tujuh kata kunci
KH Rahmat Abdullah menyampaikan mudzakiratnya tentang tujuh kata kunci untuk mendahsyatkan potensi diri meraih prestasi luar biasa. Kata kunci ini sekaligus otokritik dan instropeksi diri, sudahkah kita melangkah kesana dan memiliki? Tujuh kata kunci itulah inspirasi yang mestinya selalu memenuhi ruang hati para pahlawan sejati, mujahid rabbani.
1. Atsbatuhum mauqiifan
Merekalah yang paling kokoh atau tsabat sikapnya. Menjadi shalih secara sosial berarti harus kokoh dan mandiri. Artinya memiliki keteguhan prinsip dan kekokohan sikap. Sebab bila tidak, maka kepahlawanan tidak akan tegak. Bagaimana bisa membantu orang lain kalau berdiri saja tidak tegak? Bagaimana menolong orang yang akan tenggelam kalau berenang saja tak mampu.
2. Arhabuhum shadran
Merekalah yang paling lapang dadanya. Sikap paling menonjol dari Nabi saw adalah lapang dada, selalu ridha, optimis, berpikir positif, memiliki obsesi besar, tidak mempersulit diri dan orang lain, memudahkan, menggembirakan, membuka diri, menebar kebaikan dan senyuman. Itulah keshalihan sosial yang kekuatannya luar biasa.
3. A’maquhum fikran
Merekalah yang paling dalam pemikirannya. Orang-orang sukses, berprestasi luar biasa karena kedalaman pemikirannya mengambil pelajaran dan ibrah dari sekitarnya. Saat menyalakan api yang menyala, ingatlah kengerian neraka dengan api siksanya yang menyala-nyala. Bila menyaksikan semut yang bergotong-royong, bandingkan dengan perilaku manusia sekarang yang saling egois. Bila menyaksikan perputaran alam semesta, jadikan ia mimbarbelajar untuk mengantarkan pribadi menjadi besar. Inilah kepahaman yang mendalam, al fahmu ad daqiq. Kepahaman ini akan melembutkan jiwa, memiliki khauf dan raja’, rasa takut dan harap secar proporsional.
4. Ausa’uhum nazharan
Merekalah yang paling luas cara pandangnya. Dalam sebuah riwayat disebutkan, “Hati-hatilah dengan firasat orang mukmin, karena ia melihatnya dengan nur Allah.
Imam syafi’i suatu ketika mengadu kepada Waki’, gurunya tentang buruknya hafalannya saat itu. Kemudian dikatakan kepada Imam syafi’i, “ilmu itu nur Allah dan nur Allah tidak akan diberikan kepada pelaku maksiat.”
5. Ansyatuhum ‘amalan
Merekalah yang paling rajin amal-amalnya. Rasulullah mengatakan, “Sesungguhnya amal yang dicintai Allah yang berkelanjutan, meski itu sedikit.” Kata Nabi saw, “Jangan engkau seperti si fulan, dulu rajin shalat malam kini meninggalkannya.”
6. Aslabuhum tanzhiman
Merekalah yang paling solid penataan organisasinya. Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (QS. Ash Shaff: 4)
“Al haq bilaa nizham yaghlibuhul baathil bin nizham…kebenaran yang tak terorganisir akan terkalahkan oleh kebatilan yang terorganisir.” (Ali bin Abi Thalib)
7. Aktsaruhum naf’an
Merekalah yang paling banyak manfaatnya. Karena “apabila kita hidup juga untuk orang lain maka jadilah hidup ini bermakna panjang dan dalam…” (Sayyid Quthub)
“Sebaik-baik orang diantara kamu adalah orang yang mengingatkanmu kepada Allah dengan sekedar melihatnya.” (HR. Ahmad)

Coba renungkan, wahai saudaraku, betapa dahsyatnya pribadi mukmin. Baru melihat tampilannya saja sudah memberikan manfaat. Apalagi bila menasihati, menggerakkan potensi, tentu lahir energi lebih dahsyat lagi. Inilah heroisme seorang pahlawan.

Karenanya, mari kita koreksi apa peran kita dalam hidup. Sudah berartikah hidup kita? Sudah bermaknakah langkah kita? Sudah optimalkah potensi kita? Sudah bermanfaatkah waktu kita? Sudahkah kita berada dalam shaf yang rapi untuk melejitkan potensi? Mari kita mengaca diri, apakah keberjamaahan kita sekedar menambah jumlah atau bikin masalah?
Tugas kita sekarang adalah bagaimana berperan sebaik-baiknya dan memberikan kontribusi sebanyak-banyaknya serta beramal yang sebesar-besarnya.

Kalau dulu kita start from zero dalam “mihwar jahili” atau era kejahiliyahan, mari kita bersihkan diri dengan fikrah ‘pola pemikiran’, akhlak dan amal islami. Kita benar-benar hijrah seperti hijrahnya umar bin Khatab maupun Khalid bin Walid. Semua potensi terbaik di mihwar jahili, mari kita kembangkan, tumbuhkan dan ledakkan dalam amal Islami.
“Khiyarukum fil jahiliyah, khiyarukum fil Islam.”
Sebaik-baik kamu di masa jahiliyah, maka sebaik-baik pula di masa Islam.

Milikilah Allah dengan selalu dekat dengan-Nya. Milikilah Rasulullah dengan mentaati dan meneladaninya. Milikilah syafa’at Al Quran dengan membaca (tilawah), merenungkan (tadabbur), manghafalkan (tahfidz), mengamalkan dan mendakwahkannya.
Miliki dengan memberi. Lalu jadilah engkau pribadi biasa dengan prestasi yang luar biasa. Semoga.
Silahkan share artikel ini : :
 
Web ini dikembangkan oleh PUSAT MULTIMEDIA
Template Created by Creating Website Modify by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger