Selamat Datang di Website Romo Selamat Suwito
Selamat Datang dan Selamat Menikmati Blog Ini

TINGKAT PENERIMAAN PANELIS TERHADAP SIFAT ORGANOLEPTIK SABUN TRANSPARAN YANG DIFORMULASI DARI MINYAK SAWIT DENGAN PENAMBAHAN PEWARNA DAN PEWANGI

Selasa, 09 April 20130 komentar



SKRIPSI





TINGKAT PENERIMAAN PANELIS TERHADAP SIFAT ORGANOLEPTIK SABUN TRANSPARAN YANG DIFORMULASI DARI MINYAK SAWIT DENGAN PENAMBAHAN PEWARNA DAN PEWANGI





Oleh:





SUWITO

NIM. 0606113135


































PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2013



SKRIPSI





TINGKAT PENERIMAAN PANELIS TERHADAP SIFAT ORGANOLEPTIK SABUN TRANSPARAN YANG DIFORMULASI DARI MINYAK SAWIT DENGAN PENAMBAHAN PEWARNA DAN PEWANGI





Oleh:





SUWITO

NIM. 0606113135






















]





Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Teknologi Pertanian





PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2013

SKRIPSI







TINGKAT PENERIMAAN PANELIS TERHADAP SIFAT ORGANOLEPTIK SABUN TRANSPARAN YANG DIFORMULASI DARI MINYAK SAWIT DENGAN PENAMBAHAN PEWARNA DAN PEWANGI





Oleh:





SUWITO

NIM. 0606113135







Menyetujui,






Pembimbing I











Ir. Raswen Efendi,MS

NIP : 19610107 198702 1 002

Pembimbing II











Rahmayuni, SP, M.Sc

NIP : 198306032 00912 2 004


Mengetahui,


Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Riau











Prof. Dr. Ir. Usman Pato, MSc

Nip. 196601201990031001

Ketua Program Studi

Teknologi Hasil Pertanian











Dr. Yusmarini, SP, MP

NIP. 19690911 199903 2 001





Skripsi ini telah diuji dan dipertahankan di depan Tim Penguji Ujian Sarjana Teknologi Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Riau dan dinyatakan lulus pada tanggal 15 April 2013


No

Nama

Jabatan


1

Ir. Raswen Efendi,MS

Ketua


2

Rahmayuni, SP., MSc

Anggota


3

Dr. Ir. Fajar Restuhadi, MS

Anggota


4

Rudianda Sulaeman, Shut., MSi

Anggota


5

Shanti Fitriani, SP., MSc

Anggota







RIWAYAT HIDUP





Suwito dilahirkan di Desa Rempak, Kecamatan Sei Apit, Kabupaten Siak tanggal 02 Juli 1987. Lahir dari pasangan Bapak Selamat dan Ibu Tumi, yang merupakan anak Pertama dari keluarga tersebut.

Pada tahun 1995 masuk Sekolah Dasar di SD Negeri 013 Rempak, Kabupaten Bengkalis dan tamat pada tahun 2000. Tahun 2000 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Negeri 5 Bukit Batu. Tahun 2003 melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Sungai Apit, Kabupaten Siak dan tamat tahun 2006.

Pada tahun 2006 melalui jalur Seleksi (SPMB) diterima menjadi mahasiswa di Jurusan Budidaya Pertanian Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pada bulan Juli sampai September 2009 melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kecamatan Sungai Apit, Kabupaten Siak.

Selama masa perkuliahan pernah menjabat sebagai Ketua Bidang Asistensi UKMI Nurul Fallah, Ketua Komisi I Bidang Legislasi Badan Legislatif Mahasiswa (BLM) Fakultas Pertanian Universitas Riau.




EVALUTION ACCEPTANCE OF PANELIST TRANSPARENT SOAP FROM PALM OIL WITH ADDITIONS OF COLOURANTS AND DEODORANTS

By Suwito (0606113135)

Under Supervision of Ir. Raswen Efendi, MS and Rahmayuni, SP., M.Sc.



ABCTRACT

Transparent Soap is produced by reaction between natrium or potassium with oil vegetarian or oil animals, transparent soap manufacturing in Indonesia have not optimals and still difficult to find in the market. addition of Colour and deodorant aim to to more upgrade esthetics and assess to sell of society. One of reason of election of the deodorant and colour because more interesting and impress by experience. Existence soap in the middle of society of vital importance in assessment by organoleptik, cause of assessment of organoleptik can improve, repair product , looking after quality and know level of panelist identification. Intention of this research is acceptance of panelist to nature of organoleptik of transparent soap which formulation between palm oil with addition of colourant and deodorant.

The studies were conducted with organoleptic test. This research used Completely Randomized Design with six treatments and twenty replications. Data obtained were treated by the analysis of variance followed by duncan test. The test hedonik, addition of colour and aroma of transparent Soap give real influence to colour and perfume, but give influence is not real to a lot of spume, tekstur, and Assessment is Overall. Colour which prefer that is Red colour with trawberry perfume, perfume which prefer that is treatment blue colour green tea perfume.



Keyword: Transparent Soaps, colour Soap, perfume Soap, and vegetables oil soap

Suwito (0606113135) telah melaksanakan penelitian tentang “Tingkat Penerimaan Panelis Terhadap Sifat Organoleptik Sabun Transparan Yang Diformulasi Dari Minyak Sawit Dengan Penambahan Pewarna Dan Pewangi” dibawah bimbingan Ir. Raswen Efendi, M.S sebagai dosen pembimbingan I dan Rahmayuni SP, MSc sebagai dosen pembimbing II.



RINGKASAN

Pembuatan Sabun Transparan dengan penambahan pewarna dan pewangi di Indonesia masih belum optimal dan masih sedikit ditemui di pasaran sehingga perlu diolah lebih lanjut agar lebih diminati. Penambahan warna dan pewangi bertujuan untuk lebih meningkatkan mutu estetika dan nilai jualnya di masyarakat. Salah satu alasan pemilihan warna dan pewangi tersebut karena lebih menarik dan terkesan alami. Keberadaan sabun di tengah masyarakat sangat penting dalam penilaian secara organoleptik, sebab penilaian organoleptik dapat memperbaiki produk ,memelihara kualitas dan mengetahui tingkat kesukaan panelis. Tujuan dari penelitian ini penerimaan panelis terhadap sifat organoleptik sabun transparan yang diformulasi antara minyak sawit dengan penambahan pewarna dan pewangi.



Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam perlakuan dan dua puluh kali ulangan. Adapun yang menjadi perlakuan yaitu warna merah aroma stroberi, warna merah aroma mawar, warna kuning aroma jeruk, warna kuning aroma apel, warna biru aroma apel dan warna biru aroma teh hijau. Parameter yang analisi adalah uji hedonik meliputi penilaian warna, aroma tekstur, penilaian keseluruhan dan banyak busa. Data yang diperoleh diuji secara statistik non Parametrik dengan menggunakan Anova dan dilanjutkan dengan uji lanjutan Duncan’s Multiple Range Test pada taraf 5%.

Pada uji hedonik, penambahan warna dan aroma pada Sabun transparan memberikan pengaruh nyata (Fhitung>Ftabel) terhadap warna dan aroma, namun memberikan pengaruh tidak nyata terhadap banyak busa, tekstur, dan Penilaian Keseluruhan. Warna yang lebih disukai yaitu warna pada MS (warna merah aroma stroberi), Aroma yang lebih disukai yaitu aroma pada perlakuan BT (warna biru aroma teh hijau).




KATA PENGANTAR









Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Hasil Penelitian ini dengan judul Tingkat Penerimaan Panelis Terhadap Sifat Organoleptik Sabun Transparan yang Diformulasi Dari Minyak Sawit Dengan Penambahan Pewarna dan Pewangi.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Raswen Efendi,MS selaku dosen pembimbing I dan Ibu Rahmayuni, SP, M.Sc selaku dosen pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu, pemikiran dan arahan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Selanjutnya ucapan terima kasih kepada rekan-rekan seperjuangan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan motivasi sehingga Hasil Penelitian ini bisa terselesaikan. Tidak ada yang pantas diberikan, selain balasan dari Allah SWT untuk kemajuan kita semua dalam menghadapi masa depan nanti.

Penulis menyadari dalam Hasil Penelitian ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari dosen pembimbing dan rekan-rekan serta pembaca selalu penulis harapkan demi penyempurnaan selanjutnya. Atas perhatian dan kerjasamanya penulis ucapkan terima kasih.

Pekanbaru, maret 2013







Suwito

DAFTAR ISI







Halaman

KATA PENGANTAR................................................................................... iii

ABSTRAK .....................................................................................................

RINGKASAN.................................................................................................

DAFTAR ISI................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL.......................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR.....................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. vi



I. PENDAHULUAN.................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang................................................................................. 1

1.2. Tujuan Penelitian............................................................................. 3



II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 4

2.1. Sabun Transparan............................................................................. 4

2.2. Asam Lemak..................................................................................... 9

2.3. Asam Stearat..................................................................................... 10 2.4. Minyak Nabati 11

2.4.1 Minyak Sawit dan Minyak Goreng Curah...................................... 11

2.5. Bahan Aditif ................................................................................... 13

2.5.1. Pewangi......................................................................................... 13

2.5.2. Pewarna......................................................................................... 13

2.6. Komponen Lain Pembentuk Sabun.................................................. 14

2.6.1. Natrium Hidroksida (NaOH)......................................................... 14

2.6.2. Gliserin........................................................................................... 14

2.6.3. Etanol............................................................................................. 14

2.6.4. Glukosa.......................................................................................... 15

2.6.5. Dietanolamida................................................................................ 15

2.6.6.Natrium Klorida (NaCL)................................................................ 16



III. BAHAN DAN METODE...................................................................... 18

3.1. Tempat dan Waktu........................................................................... 18

3.2. Alat dan Bahan................................................................................. 18

3.3. Hasil Penelitian sebelumnya............................................................. 19

3.5. Metode Penelitian............................................................................. 20

3.6. Pelaksanaan Penelitian...................................................................... 21

3.6.1. Pembuatan Sabun Transparan berdasarkan kusuma (2004) yang dimodifikasi 21

3.7. Analisis Mutu Sabun Transparan...................................................... 21

3.7.1. Penilaian Organoleptik ................................................................. 21



IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Penerimaan Organoleptik................................................................... 22

4.1.1. Warna Sabun Transparan............................................................... 22

4.1.2. Aroma Sabun Transparan............................................................... 24

4.1.3. Tekstur Sabun Transparan.............................................................. 26

4.1.4. Banyak Busa Sabun Transparan.................................................... 27

4.1.5. Penerimaan Keseluruhan Sabun Transparan.................................. 29



V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulam...................................................................................... 30

5.2. Saran................................................................................................. 30



DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 31



LAMPIRAN.................................................................................................... 34




DAFTAR TABEL









Tabel Halaman

Tabel 1. Syarat Mutu Sabun Padat .................................................................. 7

Tabel 2. Formulasi Dasar Sabun Transparan .................................................... 9

Tabel 3. Pengaruh Jenis Asam Lemak Terhadap Sifat Sabun yang Dihasilkan. 10

Tabel 4. Sifat Fisiko-Kimia Olein Sawit........................................................... 12

Tabel 5. Formulasi Dasar Sabun Transparan Yang Akan Digunakan pada penelitian 19

Tabel 6. Hasil Penelitian Dengan Perlakuan Terbaik (Riki 2012)..................... 20

Tabel 7. Rata-rata penilaian uji organoleptik terhadap warna sabun transparan. 22

Tabel 8. Rata-rata penilaian uji organoleptik terhadap aroma sabun transparan 24

Tabel 9. Rata-rata penilaian uji organoleptik terhadap tektur sabun transparan 27

Tabel 10. Rata-rata penilaian uji organoleptik terhadap banyak busa sabun transparan 28

Tabel 11. Rata-rata penilaian uji organoleptik terhadap penerimaan keseluruhan sabun transparan 30










DAFTAR GAMBAR



Gambar Halaman

Gambar 1. Reaksi Hidrolisi Lemak atau minyak ............................................. 4

Gambar 2. Reaksi saponifikasi ......................................................................... 5

Gambar 3. Sabun transparan dengan ALB 11,26 (Riki 2012).......................... 23


DAFTAR LAMPIRAN





Lampiran Halaman



Lampiran 1. Diagram Alir Pembuatan Sabun Transparan ................................... 34

Lampiran 2. Formulir Uji Organoleptik secara Hedonik..................................... 35

Lampiran 3. Data Organoleptik Warna................................................................ 36

Lampiran 4. Data Organoleptik Aroma............................................................... 39

Lampiran 5. Data Organoleptik Banyak Busa..................................................... 42

Lampiran 6. Data Organoleptik Tekstur.............................................................. 44

Lampiran 7. Data Organoleptik Penerimaan Keseluruhan................................... 46

Lampiran 8. Produk Sabun Transparan yang dibuat............................................ 48

Lampiran 9. Gambar bahan dan alat penelitian................................................... 49

Lampiran 10. Gambar Alat dan Proses Penelitian............................................... 50

Lampiran 11. Gambar sabun transparan pada pameran UNRI EXPO 2012....... 51







I. PENDAHULUAN



1.1. Latar Belakang

Didukung oleh potensi sumber daya alam yang beragam dan potensial, sektor pertanian menjadi salah satu faktor yang strategis dalam pelaksanaan pembangunan nasional. Namun demikian, ketersediaan sumber daya alam hayati yang banyak tidak menjamin kondisi ekonomi masyarakat menjadi lebih baik, kecuali bila keunggulan tersebut dikelola dengan baik dan profesional, sehingga keunggulan komperatif dapat diganti dengan keunggulan kompetitif yang dapat menghasilkan nilai tambah yang lebih besar (Said, 2009).

Kelapa Sawit sebagai salah satu komoditi unggulan di Indonesia yang dapat dijadikan sebagai Primadona dan juga merupakan komoditi Agroindustri pangan dan non pangan yang dapat ditingkatkan. Kelapa sawit tidak hanya memiliki keunggulan komperatif tetapi juga kompetitif. Riau adalah salah satu Provinsi yang banyak menghasilkan komoditi kelapa sawit, sehingga dapat dijadikan sebagai tempat untuk mengembangkan agroindustri berbasis kelapa sawit. Penggunaan minyak kelapa sawit dalam pembuatan sabun transparan dapat dijadikan sebagai bentuk kegiatan pengembangan agroindustri berbasis kelapa sawit yang sedang menjadi trend saat ini.

Sabun merupakan pembersih yang dibuat dengan reaksi antara basa Natrium atau Kalium dengan asam lemak dari minyak nabati atau lemak hewani. Sabun merupakan salah satu produk yang sudah menjadi kebutuhan sehari-hari karena fungsinya yang digunakan untuk membersihkan tubuh manusia, termasuk tangan dan wajah.

Sabun transparan adalah sabun yang berbentuk batangan dengan tampilan transparan (Hambali, dkk, 2005). Sama halnya dengan sabun biasa, sabun transparan dihasilkan dari reaksi penyabunan antara asam lemak dan basa kuat. Selain penampakannya, yang membedakan sabun transparan dari sabun biasa adalah tampilan sabun transparan yang menarik, mewah dan berkelas, yang menyebabkan sabun transparan dijual dengan harga yang relatif lebih mahal.

Penggunaan bahan tambahan (aditif) dalam pembuatan sabun transparan sangat diperlukan yang dapat berfungsi untuk memperbaiki kualitas produk. Salah satu bahan tambahan yang dapat digunakan antara lain adalah pewarna dan pewangi (aroma). Pewarna ditambahkan pada proses pembuatan sabun transparan untuk menghasilkan produk sabun yang berbeda warna, sehingga dapat lebih menarik perhatian konsumen. Pada prinsipnya aditif pewarna yang ditambahkan tidak boleh memiliki efek yang berlawanan terhadap sifat transparan sabun yang dihasilkan. Selain itu bahan pewarna yang digunakan adalah bahan pewarna untuk kosmetik grade. Sedangkan pewangi atau (aroma) ditambahkan untuk memberikan efek wangi pada produk sabun transparan dan biasanya variasi pewangi yang ditambahkan mengikuti warna yang ditambahkan pada sabun, misalnya wangi jeruk untuk warna kuning.

Oleh karena warna dan aroma merupakan faktor yang penting dalam memproduksi suatu produk, maka dilakukan penelitian dengan judul “Tingkat Penerimaan Panelis Terhadap Sifat Organoleptik Sabun Transparan Yang Diformulasi Dari Minyak Sawit dengan Penambahan Pewarna dan Pewangi”



1.2. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui Penerimaan Panelis terhadap sifat Organoleptik Sabun Transparan yang diformulasikan antara minyak sawit dengan penambahan pewarna dan pewangi.














II. TINJAUAN PUSTAKA



2.1. Sabun Transparan

Sabun adalah garam natrium atau kalium dari asam lemak yang berasal dari minyak nabati atau lemak hewani. Sabun tersebut dapat berwujud padat, lunak atau cair, berbusa dan digunakan sebagai pembersih (Kamikaze, 2002). Sabun dibuat dari proses saponifikasi lemak hewan dan atau dari minyak. Gugus induk lemak disebut asam lemak yang terdiri dari rantai hidrokarbon panjang C12 (asam lemak laurat) sampai C18 (stearat) yang berikatan membentuk gugus karboksil. Asam lemak rantai pendek jarang digunakan karena menghasilkan sedikit busa (Anonim, 2009). Reaksi saponifikasi tidak lain adalah hidrolisis basa suatu ester dengan alkali natrium hidroksida atau kalium hidroksida (NaoH atau KOH). Dalam reaksi hidrolisis, lemak dan minyak akan diubah menjadi asam-asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisi mengakibatkan kerusakan lemak dan minyak. Ini terjadi karena terdapat terdapat sejumlah air dalam lemak dan minyak tersebut. Reaksi hidrolisis lemak atau minyak tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini.



CH2O – O – C – R1 R1COOH CH2O

CH2O – O – C – R2 + 3 H2O R2COOH + CH2O

CH2O – O – C – R3 R3COOH CH2O

Trigliserida asam lemak gliserol

Gambar 1. Reaksi Hidrolisi lemak atau minyak



Hasil dari reaksi hidrolisis lemak atau minyak merupakan asam lemak dan gliserol seperti kita lihat pada gambar di atas. Dari hasil reaksi tersebut, maka asam lemak yang dihasilkan akan bereaksi dengan alkali natrium hidroksida atau kalium hidroksida (NaOH atau KOH) yang disebut reaksi saponifikasi. Reaksi saponifikasi tersebut dapat kita lihat pada gambar 2 berikut.

asam lemak basa kuat garam air

R1COOH R1COONa HOH

R2COOH + NaOH R2COONa + HOH

R3COOH R3COONa HOH

Gambar 2. Reaksi saponifikasi

Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan membersihkan dan biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut batang karena sejarah dan bentuk umumnya. Sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dengan asam lemak yang dapat diturunkan dari minyak atau lemak yang direaksikan dengan alkali seperti natrium hidroksida (NaOH) atau kalium hidroksida (KOH) pada suhu 80–100 °C melalui suatu proses yang dikenal dengan saponifikasi. Lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah (Anonim, 2009).

Sabun mengandung gugus hidrokarbon yang bersifat non polar dan hidrofobik, sehingga dapat melarutkan lemak-lemak (kotoran) yang menempel pada kulit. Bagian ujung lainnya berupa gugus karboksilat yang bersifat polar yang larut dalam air. Proses pembersihan lemak atau kotoran terdispersi dalam air sehingga kotoran yang tadinya lengket dikulit akan terlepas dan masuk ke air. Dalam air, larutan sabun bersifat basa karena sabun merupakan alkali asam-asam lemak sehingga akan terhidrolisis secara sempurna oleh air. Kalau dikocok , larutan sabun ini akan menghasilkan buih atau busa.

Sabun adalah bahan yang digunakan untuk mencuci dan mengemulsi, terdiri dari dua komponen utama yaitu asam lemak dengan rantai karbon C16 dan sodium atau potasium (Ophardt, 2003). Sabun merupakan pembersih yang dibuat dengan reaksi kimia antara kalium atau natrium dengan asam lemak dari minyak nabati atau lemak hewani (BSN, 1994). Sabun yang dibuat dengan NaOH dikenal dengan sabun keras (hard soap), sedangkan sabun yang dibuat dengan KOH dikenal dengan sabun lunak (soft soap). Sabun dibuat dengan dua cara yaitu proses saponifikasi dan proses netralisasi minyak. Proses saponifikasi minyak akan memperoleh produk sampingan yaitu gliserol, sedangkan proses netralisasi tidak akan memperoleh gliserol. Proses saponifikasi terjadi karena reaksi antara trigliserida dengan alkali, sedangkan proses netralisasi terjadi karena reaksi asam lemak bebas dengan alkali (Ophardt, 2003).

Sabun dibuat dari campuran garam natrium atau kalium yang direaksikan dengan alkali (seperti natrium atau kalium hidroksida) pada suhu 80–100°C melalui suatu proses yang dikenal dengan saponifikasi. Lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah (Kumala, 2006 dalam Rahmawati, 2009).

Sabun padat (batangan) dapat dibedakan atas sabun opaque, sabun translucent, dan sabun transparan. Perbedaan masing-masing sabun ini terletak pada tingkat transparansinya. Sabun opaque memiliki tampilan yang tidak transparan, sabun translucent agak transparan, sementara sabun transparan sesuai dengan penyebutannya memiliki tampilan yang sangat transparan. Tingkat transparansi sabun tersebut sangat dipengaruhi oleh komposisi formula dan proses produksinya (Saroso, 2004 dalam Rahmawati, 2009). Syarat mutu sabun padat pada umumnya dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Syarat Mutu Sabun Padat


No

Uraian

Tipe I

TipeII

Superfat


1.

Kadar air (%)

Maks. 15



Maks. 15



Maks. 15




2.

Jumlah asam lemak (%)

>70



64-70



>70




3.

Alkali bebas

-Dihitung sebagai NaOH (%)

-Dihitung sebagai KOH (%)



Maks. 0,1

Maks. 0,14





Maks. 0,1

Maks. 0,14





Maks. 0,1

Maks.

0,14


4.

Asam lemak bebas atau

Lemak netral (%)

<2 br="">


<2 br="">


2,5-7,5




5.

Minyak Mineral

Negatif

Negatif

Negatif


Sumber : SNI 06-3532-1994

Kotoran pada kulit umumnya berasal dari minyak, lemak dan keringat. Zat-zat tersebut sukar larut dalam air karena bersifat nonpolar. Sabun diperlukan untuk melarutkan kotoran-kotoran pada kulit. Bagian molekul sabun yang nonpolar yaitu gugus R akan mengikat kotoran, sedangkan gugus COONa akan mengikat air karena sama-sama polar. Kotoran dapat lepas karena kotoran terikat pada sabun dan sabun terikat pada air (Winarno, 1997).

Sabun transparan sering disebut sebagai sabun gliserin. Jenis sabun ini memiliki tampilan yang transparan dan lebih berkilau dibandingan jenis sabun lainnya serta mampu menghasilkan busa yang lebih lembut di kulit. Proses pembuatan sabun transparan (transparent soap) dikenal dengan nama gliserin karena dalam pembuatannya memakai bahan gliserin. Gliserin merupakan humektan yang berfungsi sebagai pelembab kulit. Gliserin berbentuk cairan jernih, tidak berbau dan memiliki rasa manis.

Sabun transparan dapat dihasilkan dengan sejumlah cara yang berbeda. Salah satu metoda tertua adalah dengan cara melarutkan sabun dalam alkohol dengan pemanasan lembut untuk membentuk larutan jernih, yang kemudian diberi pewarna dan pewangi. Warna akhir dari sabun batangan tergantung pada pilihan bahan awal dan bila digunakan sabun yang berkualitas kurang baik, kemungkinan akan berwarna sangat kuning (Williams dan Schmitt, 2002).

Bahan dasar sabun ini biasanya minyak sawit, minyak kelapa, dan asam stearat. Jenis sabun ini memiliki tampilan yang transparan dan lebih berkilau dibandingan jenis sabun lainnya serta mampu menghasilkan busa yang lebih lembut di kulit. Untuk mendapatkan sabun transparan berkualitas dibutuhkan bahan-bahan pilihan yang tingkat kemurniannya tinggi. Cara pembuatannya lebih rumit jika dibandingkan dengan pembuatan sabun sistem dingin atau panas.

Proses produksi sabun transparan melibatkan dua fase, yaitu ; fase pelelehan lemak dan fase persiapan air untuk melarutkan gula, gliserin dan pengawet. Kedua fase ini bereaksi dengan larutan beralkohol dari kaustik soda di bawah pemanasan terkontrol. Setelah reaksi selesai, untuk memastikan saponifikasi telah berlangsung sempurna, massa sabun diperiksa dengan bahan akhir berupa kaustik soda yang sangat sedikit (< 0,1%). Massa sabun ini kemudian siap untuk diberi pewarna dan pewangi (Williams dan Schemitt, 2002). Formulasi pembuatan sabun transparan yang umum digunakan dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.













Tabel 2. Formulasi Dasar Sabun Transparan.


Komponen

% (W/W)


Asam stearat

10


Minyak nabati

20


NaOH 30%

24,5


Gliserin

13


Etanol

15


Sukrosa

7,5


DEA

3


NaCl

0,5


Air

6,5


Sumber : Kusumah (2004)

2.2. Asam Lemak

Asam lemak merupakan monokarboksilat berantai panjang yang memiliki sifat jenuh atau tidak jenuh, panjang rantai berbeda-beda tetapi bukan siklik atau bercabang. Pada umumnya asam lemak yang ditemukan di alam merupakan monokarboksilat dengan rantai tidak bercabang dan memiliki jumlah atom genap. Asam-asam lemak ini dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Penggolongan tersebut berdasarkan pada perbedaan bobot molekul dan derajat ketidakjenuhan (Winarno, 1997). Asam lemak jenuh mempunyai titik cair yang lebih tingi daripada asam lemak tidak jenuh. Campuran asam lemak yang terbentuk cairan difraksinasi dengan mendinginkan pada suhu, bagian dari asam lemak jenuh mengkristal dan asam lemak tidak jenuh tetap berbentuk cairan(Ketaren, 1986).

Setiap jenis asam lemak memberikan sifat yang berbeda pada produk sabun yang dihasilkan. Asam laurat dan palmitat dapat ditemukan pada minyak kelapa dan minyak kelapa sawit. Asam oleat dan stearat dapat ditemukan pada minyak atau lemak hewani, dan memberikan sifat mengeraskan atau memadatkan sabun dan menghasilkan busa yang stabil dan lembut (Cavitch, 2001). Pengaruh jenis asam lemak terhadap sifat sabun yang dihasilkan disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Pengaruh Jenis Asam Lemak Terhadap Sifat Sabun yang Dihasilkan.


Asam Lemak

Sifat yang ditimbulkan pada Sabun


Asam laurat

Mengeraskan, membersihkan, menghasilkan busa lembut


Asam linoleat

Melembabkan


Asam miristat

Mengeraskan, membersihkan, menghasilkan busa lembut


Asam Oleat

Melembabkan


Asam Palmitat

Mengeraskan. Mestabilkan busa


Asam ricinoleat

Melembabkan, menghasilkan busa yang stabil dan lembut


Asam stearat

Mengeraskan, menstabilkan busa


Sumber: Cavitch (2001) dalam http/users. Siloverlink.net/timers/soapdesign.html

2.3 Asam Stearat

Asam Stearat merupakan monokarboksilat berantai panjang (C18) yang bersifat jenuh karena tidak memiliki ikatan rangkap diantara atom karbonnya. Asam lemak jenis ini dapat ditemukan pada minyak/lemak nabati dan hewani. Di Indonesia, asam stearat dihasilkan dari minyak sawit atau minyak kelapa. Asam stearat dapat berbentuk cairan atau padatan. Pada proses pembuatan sabun transparan, jenis asam stearat yang dipilih adalah berbentuk kristal putih kekuningan. Kristal putih ini mencair pada suhu 560C. pada proses pembuatan sabun, asam stearat berfungsi untuk mengeraskan dan menstabilkan busa (Hambali, dkk. 2005).

Asam Stearat sering digunakan sebagai bahan dasar pembuatan cream dan sabun. Asam stearat yang digunakan untuk produk-produk tersebut berbentuk kristal putih dan mencair pada suhu 560C (Poucher, 2000).

2.4. Minyak Nabati

2.4.1 Minyak Sawit dan Minyak Goreng Curah

Tanaman kelapa Sawit (Elaeis Guinensis Jacq) adalah tanaman berkeping satu yang termasuk dalam famili Palmae. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah beriklim tropis dengan curah hujan 2.000 mm/tahun dan kisaran suhu 22 – 32 0C. buah kelapa sawit terdiri atas 80 % perikrap dan 20 % buah yang dilapisi kulit tipis. Kadar minyak dalam perikrap sekitar 34 – 40 % (Ketaren, 1986).

Yetti (2002) menjelaskan bahwa dari buah kelapa sawit diperoleh minyak mentah yang terdiri atas dua fraksi, yaitu fraksi padat (stearin) dan fraksi cair (olein). Untuk menjadi minyak goreng, minyak sawit mentah mengalami dua kali proses rafinasi (refining). Dari proses rafinasi pertama, yaitu penetralan, pencucian, penghilangan warna (bleaching) dan penghilangan bau (deodorization), diperoleh Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO) yang juga terdiri atas fraksi padat dan fraksi cair. Proses refinasi kedua adalah proses fraksinasi, yang sering juga disebut sebagai proses penyaringan. Caranya adalah dengan menurunkan suhu minyak menjadi 20 0C, kemudian disaring sehingga fraksi padat terpisah dari fraksi cair. Fraksi padat ini ikenal sebagai Solid Fat Content (SFC).

Minyak goreng sawit yang diperoleh dari proses fraksinasi tunggal pada suhu 10 0C mengandung sekitar 15 – 20 % SFC, sedangkan yang didapat dari proses fraksinasi ganda hanya mengandung sekitar 0 – 15 % SFC. Minyak goreng sawit fraksinasi ganda hanya selalu akan berbentuk cair pada suhu rendah karena memiliki kandungan SFC yang rendah. Sedangkan minyak goreng sawit fraksinasi tunggal akan membeku apabila direndam dalam air es karena memiliki kandungan SFC lebih tinggi (Yetti, 2002).

Menurut Departemen Pertanian (2008), RBD olein merupakan minyak yang diperoleh dari fraksinasi CPO dalam fase cair. Secara umum proses pengolahan (pemurnian) minyak sawit dapat menghasilkan 73 % olein, 21 % stearin, 5 % Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) dan 0,5 % bahan lainnya. Sifat fisiko-kimia olein dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Sifat Fisiko-Kimia Olein Sawit


Karakteristik

Nilai


Bobot jenis, 25 0C

Indeks Bias, 40 0C

Bilangan Iod

Bilangan Penyabunan

0,900

1,4565 - 1,4585

48 – 56

196 – 205


Sumber: Departemen Pertanian (2008)

Minyak goreng banyak digunakan untuk menggoreng makanan. Minyak sawit memiliki karakteristik asam lemak utama penyusunnya terdiri atas 35-40 % asam palmitat, 38-40% asam oleat dan 6-10% asam linoleat serta kandungan mikronutriennya seperti karotenoid, tokoferol, tokotrienol, dan fitosterol ( Tien R Muchtadi, 2000).

Minyak goreng sawit curah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 adalah Minyak Goreng Sawit Curah dan tidak bermerek (Peraturan Menkeu No.29/PMK.011/2011 pasal 2)

2.5. Bahan Aditif

2.5.1. Pewangi

Pilihan pewangi, bahan aditif dan pewarna lebih terbatas karena karena kondisi proses dan yang penting adalah tidak satupun bahan aditif ini memiliki efek yang berlawanan dengan transparasi batangan akhir. Setelah pewarna dan pewangi, sabun akhir dituangkan ke dalam cetakan atau gelas terpisah dan dibiarkan mengeras sebelum dikemas (Williams dan Schemitt, 2002).

Pewangi ditambahkan pada proses sabun transparan untuk memberikan efek wangi pada produk sabun yang dihasilkan. Sama halnya dengan aditif pewarna, pewangi yang ditambahkan tidak boleh memilki efek yang berlawanan terhadap sifat transparasi sabun yang dihasilkan (Hambali, dkk. 2005).

2.5.2. Pewarna

Pewarna ditambahkan pada proses pembuatan sabun transparan untuk menghasilkan produk sabun yang beraneka warna. Pada prinsipnya, aditif warna yang ditambahkan tidak boleh memiliki efek yang berlawanan terhadap sifat transparansi sabun yang dihasilkan. Selain itu bahan pewarna yang digunakan adalah bahan pewarna untuk kosmetik grad. Bila digunakan bahan pewarna makanan maka warna sabun transparan yang telah digunakan akan memudar karena ada sebagian warna pada sabun transparan yang larut dalam air pada waktu digunakan saat mandi (Hambali, dkk. 2005).







2.6. Komponen Lain Pembentuk Sabun

2.6.1. Natrium Hidroksida (NaOH)

Natrium hidroksida (NaOH) seringkali disebut dengan kaustik soda api yang merupakan senyawa alkali yang bersifat basa dan mampu menetralisir asam. NaOH berbentuk kristal putih dengan sifat cepat menyerap kelembapan (Hambali,dkk. 2005). Shrivastava (1982) menyebutkan bahwa NaOH adalah alkali yang paling sering digunakan dalam industri pembuatan hard soap, yang merupakan jenis sabun yang paling banyak diproduksi dan dikonsumsi. Bersama dengan asam lemak, NaOH bereaksi membentuk sabun dan gliserol.

2.6.2. Gliserin

Gliserin adalah produk samping dari reaksi hidrolisis antara minyak nabati dengan air untuk menghasilkan asam lemak. Gliserin merupakan humektan sehingga dapat berfungsi sebagai pelembap pada kulit. Pada kondisi atmosfer sedang ataupun pada kondisi kelembapan tinggi, gliserin dapat melembapkan kulit dan mudah dibilas. Pada pembuatan sabun transparan, gliserin berfungsi dalam pembentukan struktur transparan. Gliserin berbentuk cairan murni, tidak berbau, dan memiliki rasa manis (Hambali, dkk. 2005).

2.6.3. Etanol

Etanol (etil alkohol) berbentuk cair, jernih, dan tidak berwarna. Merupakan senyawa organik dengan rumus kimia C2H5OH. Etanol digunakan sebagai pelarut pada proses pembuatan sabun transparan karena sifatnya yang mudah larut dalam air dan lemak (Erliza Hambali, 2005). Alkohol 95 %, atau bisa juga disebut etanol (etil alkohol), berfungsi sebagai pelarut pada proses pembuatan sabun transparan karena sifatnya yang mudah larut dalam air dan lemak (Puspito, 2007).

2.6.4. Sukrosa

Menurut Winarno (1997), glukosa merupakan monosakarida dengan enam atom C. menurut penggabungan antara molekul-molekul glukosa dan fruktosa akan membentuk sukrosa atau gula tebu, merupakan jenis oligosakarida yang bersifat larut dalam air. Sukrosa biasa digunakan dalam bentuk butiran kristal halus atau kasar. Menurut Hambali (2005), pada proses produksi sabun transparan, sukrosa berfungsi untuk membantu terbentuknya transparansi pada sabun. Sukrosa yang ditambahkan dapat membantu perkembangan kristal pada sabun.

2.6.5. Dietanolamida (DEA)

Dietanolamida adalah surfaktan nonionik yang dihasilkan dari minyak atau lemak. Dietanolamida yang berasal dari minyak atau lemak tersebut dapat dihasilkan dari asam lemak atau metil ester. Asam lemak yang menghasilkan fatty alkohol jika dilakukan penambahan dietanolamida akan menghasilkan dietanolamida dan air. Sedangkan metil ester yang dilakukan penambahan dietanolamida akan menghasilkan dietanolamida dan metanol (Suryani dkk., 2002).

Alkoholamida yang paling banyak digunakan di industri kosmetik adalah dietanolamida karena senyawa ini tidak pedih di mata, mampu miningkatkan tekstur kasar busa, mampu menstabilkan busa, dapat mencegah terjadinya proses penghilangan minyak yang berlebihan pada kulit dan rambut (Suryani et al., 2002).

Dietanolamida (HOCHRCH2)2NCOR dapat dibuat dengan memanaskan dietanolamina dengan asam lemak pada rasio 1:1 atau 2:1. Asam lemak rantai panjang seperti asam laurat dan asam stearat jika dikombinasikan dengan alkanolamina dan dipanaskan pada suhu 140-1600C dengan atau tanpa katalis akan menimbulkan suatu reaksi amidasi. Dietanolamida yang digunakan diperoleh dari hasil reaksi antara asam laurat dan dietanolamina yang menghasilkan dietanolamida dan air sebagai by product. Proses pembuatannya dilakukan pada kondisi vakum. Kondisi vakum dilakukan untuk mencegah terjadinya kontak antara bahan dengan udara selama proses berlangsung, sehingga hasil yang didapat lebih optimal (Williams dan schmitt, 2002).

Dietanolamida (DEA) merupakan penstabil busa yang paling efektif. DEA juga dapat meningkatkan tekstur kasar busa dan dapat mencegah terjadinya proses penghilangan minyak yang berlebihan pada kulit dan rambut. Pada penggunaannya DEA lebih disukai daripada MEA. Hal ini disebabkan karena meskipun MEA merupakan penstabil busa, pembangkit busa dan pengental yang lebih baik, namun sulit untuk diinkoporasikan karena berbentuk padatan berlilin sehingga titik cairnya tinggi (Anonim, 2010).

2.6.6. Natrium Klorida

Natrium klorida (NaCl) merupakan bahan berbentuk kristal putih, tidak bewarna, dan bersifat higroskopik rendah. Penambahan NaCl selain bertujuan untuk pembusaan sabun, juga untuk meningkatkan konsentrasi elektrolit agar sesuai dengan penurunan jumlah alkali pada akhir reaksi sehingga bahan-bahan pembuat sabun tetap seimbang selama proses pemanasan (Hambali,dkk. 2005).

Winarno (1997), menyebutkan bahwa sebuah molekul air terdiri dari sebuah atom oksigen yang berikatan kovalen dengan dua atom hidrogen. Semua atom dalam molekul air terjalin menjadi satu oleh ikatan yang kuat, yang hanya dapat dipecahkan oleh perantara yang paling agresif, misalnya energi listrik, atau zat kimia seperti logam kalium.










III. BAHAN DAN METODE



3.1. Tempat dan Waktu

Penelitian ini telah dilaksanakan selama empat Bulan. Penelitian ini telah dilakukan di laboratorium pengolahan hasil pertanian dan analisis hasil pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Riau.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak nabati yaitu minyak goreng bekas penggorengan vakum dan minyak goreng curah dengan kadar asam lemak bebasnya 11,26. Bahan-bahan lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah asam stearat, NaOH 30%, gliserin, etanol, gula pasir, dietanolamida (DEA), NaCl, dan aquadest. Formulasi dasar pembuatan sabun transparan yang akan digunakan dalam penelitian ini mengacu pada (kusuma, 2004), namun telah dilakukan modifikasi oleh peneliti untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Formulasi dasar sabun tersebut dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini.















Tabel 5. Formulasi Dasar Sabun Transparan Yang Akan Digunakan pada penelitian


Komponen

% (W/W)


Asam stearat

10


Minyak nabati (ALB 11,26)

20*


NaOH 30%

10


Gliserin

13


Etanol

15


Sukrosa

15


DEA

5,5


NaCl

0,5


Air

11


pewarna

3 tetes (pada pengenceran 1,5 gram pewarna ke dalam air 100 ml)


Pewangi

5 Tetes (bibit Minyak wangi)


* Sumber (Riki, 2012).

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas ukur, pengaduk(spatula), wadah pemanas, hotplat, termometer, wadah penampung, timbangan analitik, cetakan sabun, dan kemasan.

3.3. Hasil Penelitian sebelumnya

Hasil penelitian sebelumnya oleh Riki, (2012) diperoleh sabun transparan dengan perlakuan terbaik yaitu sabun transparan yang dibuat dengan kondisi asam lemak bebasnya (ALB) 11,26 ( Tabel. 6)



Analisa yang dilakukan terhadap sabun transparan yang dihasilkan meliputi; pengukuran terhadap stabilitas emulsi, stabilitas busa, nilai pH, kadar air dan kadar asam lemak.




Tabel 6. Hasil Penelitian dengan perlakuan terbaik (Riki, 2012).


Parameter

Nilai

Satuan


Stabilitas emulsi

97,53

%


Stabilitas busa

88,63

%


pH (derajat keasaman)

11,09

derajat keasaman


Kadar air

18,84

%


Asam lemak bebas

11,26

%


Sumber : Riki, 2012



3.4. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dan 20 ulangan. 6 perlakuan tersebut adalah :

MS = Warna Merah Aroma Stroberi

MM = Warna Merah Aroma Mawar

KJ = Warna Kuning Aroma Jeruk

KA = Warna Kuning Aroma Apel

BA = Warna Biru Aroma Apel

BT = Warna Biru Aroma Teh Hijau



Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini akan dianalisis secara statistik dengan menggunakan analysis of variance (ANOVA) atau sidik ragam.

Jika Fhitung lebih besar dari Ftabel akan dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan pada taraf kepercayaan 95%.

3.6. Pelaksanaan Penelitian

3.6.1. Pembuatan sabun Transparan berdasarkan Kusuma (2004) yang dimodifikasi.

Pembuatan sabun transparan diawali dengan pencampuran antara fraksi lemak, yaitu asam stearat dan minyak nabati, dengan fraksi alkali yaitu NaOH untuk membentuk stok sabun. Setelah stok sabun terbentuk, kedalam adonan ditambahkan bahan-bahan lain yaitu gliserin, alkohol, NaCl, sukrosa, DEA, air, pewarna dan pewangi. Adonan kemudian diaduk secara konstan pada suhu 70 – 80 0C, hingga semua bahan tercampur dengan sempurna dan adonan terlihat transparan. Kemudian dilakukan pencetakan sabun.

Adonan sabun yang masih panas langsung dituang ke dalam cetakan. Tutup dengan plastik agar adonan tidak terkena udara luar. Hal ini dilakukan untuk mencegah timbulnya kerak putih (soda ash) yang tidak merusak sabun, tetap mengurangi dari segi estetika. Setelah sabun mengeras sabun dikeluarkan dari cetakan dan bisa dikemas. Digram alir pembuatan sabun transparan dapat dilihat pada Lampiran 1.

3.7. Analisis Mutu Sabun Transparan

3.7.1. penilaian Organoleptik

Penilaian organoleptik dilakukan menggunakan skala hedonik yang meliputi aroma, warna, tekstur, banyak busa dan penilaian keseluruhan.




IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Penerimaan Organoleptik

4.1.1. Warna Sabun Transparan

Hasil rata-rata warna sabun transparan yang dihasilkan setelah diuji lanjut DNMRT pada taraf 5% dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 7. Rata-rata penilaian uji organoleptik terhadap warna sabun transparan.


Perlakuan

Rerata


MS (warna merah aroma stroberi)

4.00b


MM (warna merah aroma mawar)

3.80a


KJ (warna kuning aroma jeruk)

3.40a


KA (warna kuning aroma apel)

3.40a


BA (warna biru aroma apel)

3.80a


BT (warna biru aroma teh hijau)

3.85a


Ket: angka-angka pada kolom yang sama dan diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut uji Duncan pada taraf kepercayaan 95%.

Data Tabel 8 menunjukkan bahwa Penerimaan panelis terhadap warna sabun berkisar antara 3,40-4,00 (netral-suka). Perlakuan MS (warna merah aroma stroberi) dengan nilai yaitu 4,00 berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Hal ini diduga disebabkan warna merah paling di sukai karena warna merah memberikan kesan psikologis lebih besar dari pada warna lainnya dan secara fisika Newton menjelaskan bahwa warna merah memiliki panjang gelombang dengan jangkauan sekitar 630-760 nm lebih besar dari warna biru dan kuning (Iliffe dkk, 1882).

Warna merupakan panjang gelombang cahaya yang memancar dari sabun dan dapat ditangkap indera penglihatan panelis (Meilgaard et al., 1999).

Musfiroh (2007) berpendapat bahwa warna merupakan salah satu parameter yang dapat digunakan untuk menilai suatu produk. Bahan yang memiliki warna yang menarik akan menimbulkan kesan yang positif, walaupun belum tentu memiliki manfaat.

Warna merupakan daya tarik terbesar pada pangan atau non pangan setelah aroma. Pewarna dalam pangan dapat meningkatkan penerimaan konsumen terhadap suatu produk (Dixit et al, 1995).

Linschoten dan Mansyur (1983), secara psikologis warna- warna itu bukanlah suatu gejala yang hanya dapat diamati saja, warna juga mempengaruhi kelakuan, memegang peranan penting dalam penilaian estetis dan turut menentukan suka tidaknya kita akan bermacam-macam benda.Dari pemahaman diatas dapat dijelaskan bahwa warna, selain hanya dapat dilihat dengan mata ternyata mampu mempengaruhi perilaku seseorang, mempengaruhi penilaian estetis dan turut menentukan suka tidaknya seseorang pada suatu benda.

Linschoten dan Mansyur (1983) menambahkan bahwa warna merah adalah warna yang paling sering menarik perhatian. Warna memiliki karateristik merangsang saraf, kelenjar adrenal (endokrin) dan saraf sensorik. Merah juga meningkatkan sirkulasi darah dan kereaktivan darah itu sendiri.Warna merah juga paling ampuh untuk merangsang dan meningkatkan energi fisik, memperkuat motivasi, meningkatkan sirkulasi, dan berkaitan dengan seksualitas. Merah juga membangkitkan emosi dan menciptakan perasaan kegembiraan atau intensitas. Tetapi pada saat yang sama, warna ini dapat dianggap sebagai tuntutan dan sikap agresif.

4.1.2. Aroma Sabun Transparan

Hasil rata-rata aroma sabun transparan yang dihasilkan setelah diuji lanjut DNMRT pada taraf 5% dapat dilihat pada Tabel 9..

Tabel 8. Rata-rata penilaian uji organoleptik terhadap aroma sabun transparan.


Perlakuan

Rerata


MS (warna merah aroma stroberi)

3,30b


MM (warna merah aroma mawar)

2,55a


KJ (warna kuning aroma jeruk)

2,80a


KA (warna kuning aroma apel)

3,05a


BA (warna biru aroma apel)

3,30b


BT (warna biru aroma teh hijau)

3,60c


Ket: angka-angka pada kolom yang sama dan diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut uji DNMRT pada taraf kepercayaan 95%

Data Tabel 11 menunjukkan bahwa Penerimaan panelis terhadap aroma sabun Transparan secara organoleptik rata-rata berkisar antara 2,55-3,60 ( Netral-suka). Dari Tabel 9 terlihat jelas bahwa perlakuan BT (warna biru teh hijau) berbeda nyata dengan perlakuan MM (warna merah aroma mawar), KJ (warna kuning aroma Jeruk), KA (warna kuning aroma Apel), MS(warna merah aroma Stroberi), dan BA (warna biru aroma apel). Perlakuan BT lebih disukai dari pada perlakuan lainnya. Hal ini disebabkan karena aroma pada BT (warna biru teh hijau) memberikan efek kesegaran seperti ketika kita meminum teh. Teh juga termasuk bahan penyegar yang banyak disukai oleh manusia. Sifat penyegar teh berasal dari bahan tanin yang mencapai 25% (graham, 1984).



Pada umumnya orang menyukai aroma yang harum termasuk aroma pada sabun. Aroma merupakan salah satu faktor penting bagi konsumen dalam memilih produk yang disukai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aroma sabun transparan cenderung beraroma seperti sabun transparan yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Sesuai pendapat dari Ketaren (1986), apabila minyak atau lemak mengalami kontak dengan oksigen, akan terjadi proses oksidasi yang menghasilkan senyawa aldehid dan keton yang bersifat mudah menguap. Kandungan zat menguap dalam sabun berasal dari bahan-bahan pembentuk sabun yang bersifat volatile (mudah menguap), seperti alkohol atau merupakan hasil dari reaksi-reaksi lanjutan yang terjadi di antara bahan-bahan tersebut.

Menurut Koensoemardiyah (2010),menyatakan bahwa senyawa pada aroma itu masuk ke dalam tubuh dan mempengaruhi sistem limbik alias pengatur emosi. Molekul- molekul senyawa sangat halus dan berukuran kecil atau nano partikel. Ketika aroma tercium oleh hidung, molekul tersebut akan berikatan dengan reseptor- reseptor penangkap aroma yang terdapat dalam hidung. Selanjutnya reseptor itu akan mengirim sinyal- sinyal kimiawi melalui jalur syaraf ke sistem limbik di otak. Sistem itulah yang mengatur keadaan emosi seseorang, membangkitkan semangat dan daya ingat.

Menurut Chu dan Downes (2000), bau merupakan stimulan ingatan yang sangat kuat, yang secara spontan memberikan tanda emosi dan data autobiographical. Karena keunikan dari sistem penciuman dengan kontak langsungnya dengan sistem limbik dan emosi kita. Annett (1996) Menambahkan stimulus adalah proses pada level bawah sadar nonverbal yang menghubungkan masa lalu dan masa sekarang dalam cara yang sangat berbeda dari indra lainya.

4.1.3. Tekstur Sabun Transparan

Hasil rata-rata tekstur sabun transparan yang dihasilkan setelah dilakukan analisis sidik ragam dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 9. Rata-rata penilaian uji organoleptik terhadap tekstur sabun transparan.


Perlakuan

Rerata


MS (warna merah aroma stroberi)

3.40


MM (warna merah aroma mawar)

3.65


KJ (warna kuning aroma jeruk)

3.20


KA (warna kuning aroma apel)

3.50


BA (warna biru aroma apel)

3.30


BT (warna biru aroma teh hijau)

3.65




Data pada Tabel 10 menunjukkan penambahan warna dan pewangi berpengaruh tidak nyata terhadap tekstur sabun transparan yang dihasilkan dengan nilai 3,20 – 3,65 (netral-suka). Hal ini disebabkan karena semua formula memiliki standar yang sama sehingga menghasilkan tekstur yang sama. Hal ini sesuai dengan pendapat dengan Hambali dkk., (2005) menyatakan bahwa banyaknya NaOH yang digunakan dalam pembuatan sabun dapat mempengaruhi kekerasan sabun. Semakin banyak NaOH yang digunakan maka sabun yang dihasilkan akan semakin padat. Tingkat kekerasan sabun yang rendah akan menyebabkan masa pakai yang singkat. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh kristalisasi sabun. Kurangnya kristalisasi sabun menyebabkan tekstur sabun yang kurang kompak, sehingga sabun menjadi lunak.

Menurut Atmoko, (2005) dalam Widiyanti, (2009) menyatakan kekerasan sabun dipengaruhi oleh adanya asam lemak jenuh dalam sabun. Asam lemak jenuh adalah asam lemak yang tidak mengandung ikatan rangkap dan memiliki titik cair yang lebih tinggi dibandingkan asam lemak yang mengandung banyak ikatan rangkap. Semakin banyak jumlah asam lemak jenuh dalam sabun, maka sabun akan menjadi semakin keras. Adapun faktor lain yang juga berpengaruh pada kekerasan sabun adalah kadar air. Semakin tinggi kadar air, sabun akan semakin lunak. Sabun yang lebih keras dan padat memiliki umur simpan yang lebih lama dari pada sabun yang lunak.

4.1.4. Banyak Busa Sabun Transparan

Hasil rata-rata banyak busa sabun transparan yang dihasilkan dilakukan analisis sidik ragam dapat dilihat pada Tabel 11.



Tabel 10. Rata-rata penilaian uji organoleptik terhadap banyak busa sabun transparan.


Perlakuan

Rerata


MS (warna merah aroma stroberi)

3.20


MM (warna merah aroma mawar)

3.03


KJ (warna kuning aroma jeruk)

3.35


KA (warna kuning aroma apel)

3.20


BA (warna biru aroma apel)

3.05


BT (warna biru aroma teh hijau)

3.35




Data pada Tabel 11. menunjukkan bahwa penambahan warna dan pewangi pada sabun transparan berpengaruh tidak nyata terhadap banyak busa sabun transparan yang dihasilkan dengan nilai berkisar antara3,03-3,35 (netral). Hal ini disebabkan karena semua formula memiliki standar yang sama sehingga menghasilkan busa sabun yang sama.

Busa merupakan sistem koloid yang fase terdispersinya berupa gas dan medium pendispersinya berupa zat cair. Pada umumnya orang menyukai sabun yang menghasilkan busa yang banyak. Sabun maupun deterjen yang dilarutkan dalam air pada proses pencucian akan membentuk emulsi bersama kotoran yang akan terbuang saat dibilas.

Menurut Anonim, (2009). Banyak busa dipengaruhi oleh panjang pendek rantai asam lemak, semakin pendek rantai asam lemak maka busa sabun semakin sedikit.

Menurut Cavitch, (2001) dalam Widiyanti, (2009) karakteristik busa yang dihasilkan oleh sabun dipengaruhi oleh jenis asam lemak yang digunakan. Asam laurat dan miristat dapat menghasilkan busa yang lembut, sementara asam palmitat dan stearat memiliki sifat menstabilkan busa. Asam oleat dan risinoleat dapat menghasilkan busa yang stabil dan lembut. Selain itu stabilitas busa juga dapat ditingkatkan dengan menambahkan surfaktan.

Menurut Mariana (2006), busa dengan luas permukaan yang besar memang dapat mengangkat kotoran seperti debu dan lemak, tetapi dengan adanya surfaktan, pembersihan sudah dapat dilakukan tanpa perlu adanya busa yang berlimpah.




4.1.5. Penerimaan Keseluruhan.

Hasil rata-rata penerimaan keseluruhan sabun transparan yang dihasilkan setelah diuji dilakukan analisis sidik ragam dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 11. Rata-rata penilaian uji organoleptik terhadap penerimaan keseluruhan sabun transparan.


Perlakuan

Rerata


MS (warna merah aroma stroberi)

3.35


MM (warna merah aroma mawar)

3.20


KJ (warna kuning aroma jeruk)

3.10


KA (warna kuning aroma apel)

3.25


BA (warna biru aroma apel)

3.25


BT (warna biru aroma teh hijau)

3.55




Data pada Tabel 12, menunjukkan bahwa penambahan pewarna dan pewangi berpengaruh berbeda tidak nyata terhadap penerimaan keseluruhan Panelis, dengan nilai berkisar antara 3,10-3,55 yaitu (netral-suka). Hal ini disebabkan karena secara keseluruhan terjadi persamaan dalam memilih dan memilah produk.

Persamaan ini terjadi karena persepsi, menurut Schifmann dan Kanuk (2000) menyebutkan bahwa persepsi adalah cara orang memandang dunia ini hal ini dikenal dengan stimulus similarity perseption. stimulus similarity perseption adalah stimulasi orang yang mempersepsikan benda-benda yang kelihatan sama menjadi satu kelompok.

Menurut Machfoedz (2005) mengemukakan bahwa Persepsi adalah proses pemilihan, penyusunan, dan penafsiran informasi untuk mendapatkan arti. Persepsi pada hakekatnya merupakan proses psikologis yang kompleks yang juga melibatkan aspek fisilogis. Proses psikologis penting yang terlibat dimulai dari adanya aktivitas memilih, mengorganisasi dan mengintepretasikan sehingga panelis dapat memberikan makna atas suatu produk.

Penerimaan secara keseluruhan merupakan Penerimaan terakhir yang diamati oleh panelis. Sesuai dengan pendapat (Triyono, 2010) penerimaan secara keseluruhan merupakan gabungan dari yang tampak seperti warna, aroma, kekentalan dan rasa.




V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa:

1. Sabun Transparan yang ditambahkan Warna Merah Aroma Stroberi dan Warna Biru Aroma Teh Hijau Memberikan Pengaruh yang Nyata terhadap Penilaian Organoleptik.

2. Warna Merah Secara Psikologis memberikan Kesan Menarik bagi Panelis, hal ini didukung dengan Panjang gelombangnya sekitar 630-760 nm lebih lebih besar dari warna Kuning dan Biru. Warna Merah sebagai warna yang cerah, menarik perhatian, penuh dengan semangat, memperkuat motivasi, dan menciptakan perasaan kegembiraan.

3. Aroma Teh Hijau dipilih oleh panelis karena memberikan efek kesegaran yang dalamnya terdapat kandungan tanin mencapai 25%, selain itu aroma Teh Hijau juga memberikan daya ingat akan masa lalu dan masa yang akan datang. Dengan kesegaran Teh Hijau ini mampu membuat relaksasi pemikiran dan tubuh manusia.



5.2. Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap sabun transparan dengan mengamati variasi penambahan bahan yang berbeda, tingkat Transparansi Sabun dan daya simpan sabun transparan.




DAFTAR PUSTAKA



Anonim. 2009. Sabun. http://id.wikipedia.org/wiki/sabun. diakses tanggal 25 Februari 2009.

Cavith, S. M. 2001. Choosing Your Oils, Oil Properties of Fatty Acid. Http//Users.siloverlink.net/~timers/Soapdesign.html. diakses tanggal 25 Februari 2009.

Chu and john j. downes. 2000. Autobiographical memories (psychological investigation of proustian phenomena. Departement of psychology, university of liverpool. Liverpool. UK

Departemen Pertanian. 2008. Profil Investasi Biofuel dari Kelapa Sawit. http://agribisnis.deptan.go.id. diakses tanggal 25 Februari 2009.

Dixit, S. Pandey RC, Das M and Khanna SK. 1995. Food quality surveillance on colours in eatables sold in rural market of Uttar Pradesh. Jurnal.Food Sci. Technol. 32 : 375 – 376

Gerald Graham, 1985. Welc’h Phylosophy : Leadeship defined by Quality of employees. Jurnal Wichita Business.

Gronos, C., (2000). Service Management and Marketing: A Customer Relationship Management Approach, 2nd, Chichester: John Wiley & Son, Ltd. USA.

Hambali, E., A. Suryani, dan M. Rivai. 2005. Membuat sabun transparan untuk gift dan kecantikan. Penebar Plus. Jakarta

Iliffe, rob. And milo rebekah higgit. 2006. Early Biographie of Isaac Newton 1660-1885. Pickering and cha. ISBN 1851967788.

Kamikaze, D. 2002. Studi Awal Pembuatan Sabun Menggunakan Campuran Lemak Abdomen Sapi (Tallow) dan Curt Susu Afkir. Skripsi Fakultas Peternakan, IPB, Bogor.

Ketaren, S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan. UI-Press, Jakarta

Kirk, R. E., D. F. Othmer, J. D. Scott dan A. Standen. 1954. Encyclopedia of Chemical Technology. Vol 12. Interscience Publisher a Division of JohnWiley and Sons, Inc., New York Halaman 573 – 593.

Koensoemardiyah. 2009. A to Z Aromaterapi Untuk Kesehatan Kebugaran dan Kecantikan. Andi Publisher. Yogyakarta.

Koensoemardiyah. 2010. A to Z Minyak Atsiri Untuk Industri Makanan, Kosmetik dan Aromaterapi. Andi Publisher. Yogyakarta.

Kotler, Philip. 1994). Marketing Management: Analysis, Planning, Implementation, and Contrl. Englewood Cliffs, New Jersey, Prentice Hall Inc Edisi Delapan. USA.

Kusumah Giri Angga. 2004. Aplikasi DEA (Dietalomida) dari minyak inti sawit pada Pembuatan Sabun Transparan. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. Bogor. ( TidakDipublikasikan).

Linschoten dan Mansyur. 1983. Pengantar Ilmu Jiwa Fenomenologi. Jemmars. Bandung.

Machfoedz, Mahmud. 2005. Rapat dan Presentasi Lisan yang Efektif. c.v. Andi offset. Yogjakarta

Machfoedz, Mahmud. (2010). Komunikasi Pemasaran Modern. Cetakan Pertama, Cakra Ilmu, Yogyakarta.

Mardini, N., Malahayati, N. Dan Arafah, E. 2007. Sifat fisik, kimia, dan sensoris sari buah nenas dengan penambahan kalsium sitrat malat (CCM) dan pektin. Universitas Sriwijaya. Lampung.

Meilgaard M, GV civele & BT Carr. 1999. Sensory evalution technique. CRC Press. New York.

Musfiroh, I., Indriyati, W., Muchtaridi. dan Setiya, Y. 2007. Analisis Proksimat dan Penetapan kadar β-Karoten dalam selai lembaran terung belanda Cyphomandra betacea Sendtn dengan metode spektrofotometri sinar tampak. Jurnal. Fakultas Farmasi Universitas Padjajaran. Bandung.

Muchtadi, Tien R. 2000. Asam Lemak Omega 9 dan Manfaatny a Bagi Kesehatan . http//www.intiboga.com/omegalink.htm. diakses tanggal 25 Februari 2009.

Ophardt, C. E. 2003. Soap. http://elmhurst.edu/-chm/vchembook/554soap.html. diakses 21Juni 2011.



Piyali, G., R. G. Bhirud dan V. V. Kumar. 1999. Detergency and Foam Studies on Linear Alkylbenzene Sulfonate and secondary A’kyl Sulfonate. Journal of Surfactant and Detergent 2(4) : 489 – 493. Kolkata. India

Poucher, 2000. Parfumes, cosmetics, and soaps, 10 th edision. kluwer academic publisher. Belanda.

Puspito, H. 2007. Fakta Tentang Sabun Natural. http//javanaturalsoap.wordpress.com. http://elmhurst.edu/-chm/vchembook/554soap.html. diakses 21Juni 2011.

Rahmawati. D.C, 2009. Evaluasi Mutu Sabun Padat VCO (virgin coconut oil) melalui penambahan asam stearat dan ekstrak belimbing asam (Averhoa bilimbi). Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Riau. Pekanbaru.

Riki Rikardo. 2012. Penggunaan Minyak Sawit Sebagai Bahan Baku Sabun Transparan. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pekanbaru. ( Tidak Dipublikasikan).

Rizal Syarief, Sasya Sentausa, St Isyana B.1989. Teknologi pengemasan Pangan. Lorarium rekayasa Proses. IPB. Bogor.

Said, E. G. 2009. Review Kajian, Penelitian dan Pengembangan Agroindustri Strategis Nasional : Kelapa Sawit, Kakao, dan Gambir. Jurnal Teknologi Industri Pertanian Vol 19 (1) 45 – 55. IPB. Bogor.

Schiffman and Lazar Kanuk, 2000, Costumer behaviour, Internasional Edition, Prentice Hall Publisher. New Jersey.

Shrivastava, S. B. 1982. Soap, Detergent and Parfume Industry. Small Industry Research Institute, New Delhi. India

Suharyono, A.S. 2006. Efek Sinar Ultraviolet terhadap Kandungan Total Mikroba dan Vitamin C Sari Buah Jeruk Nipis. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Lampung.

Suryani, A., E. Hambali dan M. Rivai.a 2002. Teknologi Produksi Surfaktan. Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB, Bogor.

Suryani, A., I. Sailah dan E. Hambali.b 2002. Teknologi Emulsi. Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB, Bogor.

Williams, D. F. Dan Schmitt, W. H. 2002. Kimia dan Teknologi Industri Kosmetika dan Produk-produk Perawatan Diri. Terjemahan. FATETA, IPB, Bogor.

Winarno, F. G. 1997, Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia, Jakarta.

Yetti, H. 2002. Fraksinasi Minyak Kelapa Sawit. http://www.geocities.com/nokojole.html. Diakses pada tangal 10 Oktober 2012.








Lampiran 1. Diagram Alir Pembuatan Sabun Transparan Berwarna dan Beraroma yang Digunakan dalam Penelitian.







Asam Stearat




Pemanasan T : 70-80 0C




Penyabunan




Kelapa sawit Curah




NaOH 30%




Stok Sabun




Pengadukan T : 70-80 0C




Pencetakan




NaCl Sukrosa, DEA, Etanol dan Air




Sabun Transparan berwarna dan beraroma






Asam Stearat




Pewarna dan Pewangi



























Sumber: Riki 2012




Lampiran 2. Formulir Uji Organoleptik secara Hedonik

Formulir Uji Organoleptik

Nomor Penguji :

Nama :

Bahan yang diuji : Sabun Transparan berwarna dan beraroma

Pria/Wanita :

Tanggal Penguji :

Petunjuk : Ujilah produk ini dengan sebaik-baiknya dan berikan penilain dengan memberikan skor 1 sampai 5 menurut berikut:


Warna

Skor

Aroma

Skor


Sangat tidak suka

Tidak Suka

Netral

Suka

Sangat suka

1

2

3

4

5

Sangat tidak suka

Tidak Suka

Netral

Suka

Sangat suka

1

2

3

4

5


Tekstur



Penerimaan keseluruhan

Skor


Sangat tidak suka

Tidak Suka

Netral

Suka

Sangat suka

1

2

3

4

5

Sangat tidak suka

Tidak Suka

Netral

Suka

Sangat suka

1

2

3

4

5


Banyaknya Busa

Skor






Sangat tidak suka

Tidak Suka

Netral

Suka

Sangat Suka

1

2

3

4

5









Kode sampel

Karakteristik


Warna

Aroma

Tekstur

Tingkat Kesukaan

Banyaknya Busa

Uji busa


























Lampiran 3. Data Organoleptik Warna



PANELIS

MS

MM

KJ

KA

BA

BT

Yi.

∑i (Y2)ij

(Yi.)2


1

3

3

4

4

4

4

22

82

484


2

4

4

2

2

4

4

20

72

400


3

4

4

2

2

4

4

20

72

400


4

4

4

4

3

4

4

23

89

529


5

5

4

2

4

3

5

23

95

529


6

4

4

4

4

4

4

24

96

576


7

3

3

3

3

3

3

18

54

324


8

4

4

4

4

4

4

24

96

576


9

4

4

4

4

4

4

24

96

576


10

4

3

2

3

3

2

17

51

289


11

4

3

4

2

5

5

23

95

529


12

5

4

5

2

4

4

24

102

576


13

4

4

4

4

4

4

24

96

576


14

4

4

5

4

4

4

25

105

625


15

4

4

3

3

3

3

20

68

400


16

4

4

4

4

4

4

24

96

576


17

4

4

3

4

3

3

21

75

441


18

3

3

2

4

4

3

19

63

361


19

5

5

2

4

4

5

25

111

625


20

4

4

5

4

4

4

25

105

625


y.j

80

76

68

68

76

77

445



10017


∑ kuadrat

326

294

254

244

294

307

1719




(y.j)2

6400

5776

4624

4624

5776

5929

33129




Rerata

4

3,8

3,4

3,4

3,8

3,85






Factor koreksi (FK) =

=

= 1650,21



JK total = total jumlah Kuadrat – FK

= 1719 – 1650,21

= 68.79



Jk contoh = – FK

= – 1650,21

= – 1650,21

= 6.24



Jk Panelis = – FK

= – 1650,21

= 19.29



Jk error = jk total-jk contoh-jk panelis

= 68.79 – 6.24 – 19.29

= 43.26

Table daftra analisis varian contoh minuman isotonik


Sumber keragaman

db

jk

jkr

F hitung


Contoh

5

6.24

1.248

2.71


Panelis

19

19.29

1.02




Error

95

43.26

0.46




Total

119










Nilai Fhitung = 2.71

Nilai F table (0.5, 5, 95 = 2.31



Ternyata nilai Fhitung selalu lebih besar dari F tabel sehingga dapat disimpulkan bahwa perbedaan sangat nyata antar Perlakuan



Maka dilakukan uji lanjut uji Duncan



Uji Lanjut DNMRT untuk Warna


Duncan






PERLAKUAN

N

alpha = 0.05


1

2


KJ

20

3.40




KA

20

3.40




MM

20

3.80

3.80


BA

20

3.80

3.80


BT

20

3.85

3.85


MS

20



4.00


Sig.



.089

.444

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.











Lampiran 4. Data Organoleptik Aroma


PANELIS

MS

MM

KJ

KA

BA

BT

Yi.

∑i (Y2)ij

(Yi.)2


1

4

1

4

4

4

4

21

81

441


2

2

1

2

2

2

4

13

33

169


3

4

2

2

4

3

4

19

65

361


4

4

2

2

2

4

4

18

60

324


5

4

4

4

3

5

5

25

107

625


6

4

3

4

2

4

3

20

70

400


7

2

2

2

2

2

3

13

29

169


8

2

2

2

2

2

2

12

24

144


9

4

2

2

4

4

4

20

72

400


10

4

4

2

2

3

3

18

58

324


11

5

2

4

4

4

4

23

93

529


12

5

2

2

2

2

4

17

57

289


13

2

4

4

4

4

4

22

84

484


14

2

2

3

4

3

4

18

58

324


15

1

3

2

2

5

2

15

47

225


16

2

2

3

3

3

3

16

44

256


17

4

4

3

4

3

3

21

75

441


18

4

4

4

4

4

4

24

96

576


19

4

2

2

4

2

5

19

69

361


20

3

3

3

3

3

3

18

54

324


y.j

66

51

56

61

66

72

372



7166


∑ kuadrat

244

149

172

203

236

272

1276




(y.j)2

4356

2601

3136

3721

4356

5184

23354




Rerata

3,3

2,55

2,8

3,05

3,3

3,6






Factor koreksi (FK) =

=

= 1153,2

JK total = total jumlah Kuadrat – FK

= 1276 - 1153.2

= 122,8

Jk contoh = – FK



= –



= – 1153,2

= 14,5



Jk Panelis = – FK

= – 1153,2

= 41,13



Jk error = jk total-jk contoh-jk panelis

= 122.8 – 14.5 – 41.13

= 67,17

Table daftar analisis varian warna sabun transparan


Sumber keragaman

db

jk

jkr

F hitung


Contoh

5

14.5

2.9

2.9/0.71 = 4.08


Panelis

19

41.13

2.17




Error

95

67.17

0.71




total

119

122.8








Nilai Fhitung = 4.08

Nilai F table (0.55, 5, 95) = 2.31

Ternyata nilai Fhitung selalu lebih besar dari F tabel sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan sangat nyata antar Perlakuan

Untuk mengetahui perlakuan yang berbeda maka dilakukan uji lanjut uji Duncan






Uji Lanjut DNMRT


Duncan








perlakuan

N

alpha = 0.05


1

2

3


MM

20

2.55






KJ

20

2.80

2.80




KA

20

3.05

3.05

3.05


MS

20



3.30

3.30


BA

20



3.30

3.30


BT

20





3.60


Sig.



.128

.143

.106

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.









Lampiran 5. Data Organoleptik Banyak Busa



PANELIS

MS

MM

KJ

KA

BA

BT

Yi.

∑i (Y2)ij

(Yi.)2


1

2

2

2

2

2

2

12

24

144


2

3

4

3

3

3

4

17

53

289


3

4

3

3

4

4

4

22

82

484


4

3

3

4

4

4

3

21

75

441


5

2

2

4

2

2

3

15

41

225


6

4

2

4

4

2

3

19

65

361


7

5

4

4

4

5

4

26

114

676


8

2

4

2

2

2

2

11

21

121


9

4

2

4

4

4

4

22

84

484


10

4

4

4

4

4

4

24

96

576


11

3

2

3

2

3

3

16

44

256


12

3

2

3

2

3

3

16

44

256


13

4

4

4

4

4

4

24

96

576


14

4

2

4

3

3

4

20

70

400


15

2

2

2

3

2

3

14

34

196


16

3

2

3

3

3

3

17

49

289


17

3

2

4

3

3

3

18

56

324


18

3

3

3

3

2

3

17

49

289


19

3

3

3

3

2

3

17

49

289


20

3

4

4

5

4

5

22

92

484


y.j

64

56

67

64

61

67

370


7160


∑ kuadrat

218

172

235

220

203

235

1238



(y.j)2

4096

3136

4489

4096

3721

4489

23100



Rerata

3,2

2,8

3,35

3,2

3,05

3,35





Factor koreksi (FK) =

=

= 1140,83



JK total = total jumlah Kuadrat – FK

= 1238 – 1140,83

= 97.17



Jk contoh = – FK

= – 1140,83

= – 1140,83

= 14.17



Jk Panelis = – FK

= – 1140,83

= 52.50



Jk error = jk total-jk contoh-jk panelis

= 97.17 – 14.17 – 52.50

= 30.5

Daftra Tabel analisis varian banyak busa pada Sabun Transparan


Sumber keragaman

db

jk

jkr

F hitung


Contoh

5

14.17

2.834

8.86


Panelis

19

52.50

2.76




Error

95

30.5

0.32




total

119

97.17








Nilai Fhitung = 8.86

Nilai F table (0.55, 5, 95) = 2.31

Ternyata nilai Fhitung selalu lebih besar dari F tabel sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan sangat nyata antar Perlakuan

Maka dilakukan uji lanjut uji DMRT








Lampiran 6. Data Organoleptik Tekstur


PANELIS

MS

MM

KJ

KA

BA

BT

Yi.

∑i (Y2)ij

(Yi.)2


1

4

3

4

3

4

4

22

82

484


2

4

2

2

4

4

4

20

72

400


3

2

4

2

3

2

4

17

53

289


4

4

4

3

3

3

3

20

68

400


5

3

3

4

4

4

5

23

91

529


6

4

4

4

4

3

4

23

89

529


7

4

4

4

4

4

4

24

96

576


8

4

4

4

4

4

4

24

96

576


9

2

4

4

4

2

4

20

72

400


10

4

4

2

3

3

3

19

63

361


11

3

4

3

3

3

3

19

61

361


12

4

4

4

4

4

4

24

96

576


13

2

2

2

2

2

2

12

24

144


14

4

4

4

3

4

4

23

89

529


15

2

4

2

3

3

3

17

51

289


16

4

3

3

3

3

3

19

61

361


17

4

4

3

4

4

4

23

89

529


18

2

4

3

4

3

3

19

63

361


19

4

4

3

4

3

4

22

82

484


20

4

4

4

4

4

4

24

96

576


y.j

68

73

64

70

66

73

414



8754


∑ kuadrat

246

275

218

252

228

275

1494




(y.j)2

4624

5329

4096

4900

4356

5329

28634




Rerata

3,4

3,65

3,2

3,5

3,3

3,65






Factor koreksi (FK) =

=

= 1428,3





JK total = total jumlah Kuadrat – FK

= 1494 – 1428,3

= 65.7



Jk contoh = – FK

= – 1428,3

= – 1428,3

= 3.4



Jk Panelis = – FK

= – 1428,3

= 30.7



Jk error = jk total-jk contoh-jk panelis

= 65.7 – 3.4 – 30.7

= 31.6

daftar Tabel Analisis varian tekstur sabun transparan


Sumber keragaman

Db

jk

jkr

F hitung


Contoh

5

3.4

0.68

0.18


Panelis

19

30.7

1.62




Error

95

31.6

0.33




Total

119










Nilai Fhitung = 0.18

Nilai F table (0.5, 5, 95) = 2.31

Ternyata nilai Fhitung lebih kecil dari F tabel sehingga dapat disimpulkan bahwa perbedaan tidak nyata antar Perlakuan

Lampiran 7. Data Organoleptik Penerimaan Keseluruhan




PANELIS

MS

MM

KJ

KA

BA

BT

Yi.

∑i (Y2)ij

(Yi.)2


1

3

3

4

4

4

4

22

82

484


2

4

3

2

4

3

4

20

70

400


3

4

3

2

3

3

4

19

63

361


4

3

3

3

2

3

4

18

56

324


5

4

4

4

3

4

5

24

98

576


6

3

3

3

4

3

3

19

61

361


7

2

2

2

2

2

2

12

24

144


8

3

3

3

3

3

3

18

54

324


9

4

4

4

4

4

4

24

96

576


10

5

3

2

3

2

3

16

56

256


11

4

4

4

4

4

4

24

96

576


12

4

3

4

2

4

4

21

77

441


13

3

4

3

3

3

3

19

61

361


14

3

4

4

4

4

4

23

89

529


15

1

2

2

4

4

4

17

57

289


16

3

2

3

3

3

3

17

49

289


17

4

3

4

4

3

3

21

75

441


18

3

4

3

3

3

3

19

61

361


19

4

4

3

3

3

4

21

75

441


20

3

3

3

3

3

3

18

54

324


y.j

67

64

62

65

63

71

392



7858


∑ kuadrat

239

214

204

221

215

261

1354




(y.j)2

4489

4096

3844

4225

3969

5041

25664




Rerata

3,35

3,2

3,1

3,25

3,315789

3,55






Factor koreksi (FK) =

=

= 1280,53





JK total = total jumlah Kuadrat – FK

= 1354 - 1280,53

= 69.97



Jk contoh = – FK

= – 1280,53

= – 1280,53

= 2.77



Jk Panelis = – FK

= – 1280,53

= 27.64

Jk error = jk total-jk contoh-jk panelis

= 69.97– 2.77 – 27.64

= 39.56

Table daftra analisis varian contoh minuman isotonik


Sumber keragaman

db

jk

jkr

F hitung


Contoh

5

2.77

0.554

1.32


Panelis

19

27.64

1.45




Error

95

39.56

0.42




Total

119










Nilai Fhitung = 1.32

Nilai F table (0.5, 5, 95 = 2.31



Ternyata nilai Fhitung lebih kecil dari F tabel sehingga dapat disimpulkan bahwa perbedaan tidak nyata antar Perlakuan

Lampiran 8. Produk sabun Transparan yang di buat.

Produk sabun yang dihasilkan merupakan sabun transparan yang dibuat melalui reaksi penyabunan antara fraksi lemak yaitu minyak, asam stearat dengan NaOH, gliserin, Alkohol, garam, gula, Dea, air, Pewarna dan Pewangi. Penampakan sabun transparan yang dibuat pada Gambar 4.










MS = Warna Merah Aroma Stroberi

MM = Warna Merah Aroma Mawar









KJ = Warna Kuning Aroma Jeruk

KA = Warna Kuning Aroma Apel









BA = Warna Biru Aroma Apel

BT = Warna Biru Aroma Teh Hijau







Lampiran 9. Gambar bahan dan alat Penelitian












Bahan Pewarna Tekstil

DEA

Alkohol 96%












Minyak goreng

Gliserin

aquades












NaOH

Gula Kristal

Garam










Asam stearat











Lampiran 10. Gambar Alat dan Proses Penelitian.












cetakan

Kompor listrik,panci dan penyangga

Timbangan Analitik











Spatula, erlenmeyer,gelas ukur, pipet tetes

Proses pengadukan









Lampiran 11. Gambar sabun transparan pada pameran UNRI EXPO












Sabun dengan bentuk buah

Sabun transpran yang warna yang berlapis lapis

Sabun transparan yang sudah di kemas












Sabun transparan yang sudah di kemas dalam bentuk parcel

Proses pencetakan

Laboratorium pengolahan















Silahkan share artikel ini : :
 
Web ini dikembangkan oleh PUSAT MULTIMEDIA
Template Created by Creating Website Modify by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger