Selamat Datang di Website Romo Selamat Suwito
Selamat Datang dan Selamat Menikmati Blog Ini

Kuda Sulaiman

Selasa, 26 Februari 20130 komentar



Kuda Sulaiman


Masih ingat peristiwa Nabi Sulaiman dengan sekawanan semut? Dalam peristiwa
itu Nabi Sulaiman memanjatkan syukur atas kelebihan yang diberikan
kepadanya. Dari seekor semut, Nabi Sulaiman mampu mengambil pelajaran untuk
bersyukur kepada Allah.

Kali ini Nabi Sulaiman alaihis salam diuji Allah dengan sebuah kuda. Nabi
Sulaiman terpesona dengan kuda-kuda yang tenang di saat sedang berhenti dan
sangat cepat kalau sedang berlari. Saking terpesonanya melihat kuda-kuda
tersebut, tanpa sadar matahari mulai beranjak meninggalkan siang. Habislah
waktu shalat Ashr. Nabi Sulaiman perlahan menyadari bahwa kuda-kuda itu
telah menyebabkan dia lalai dari mengingat Allah. Setelah beliau sadar akan
kesalahannya. Beliau meminta kuda-kuda itu didatangkan kepadanya dan beliau
potong kaki dan leher kuda itu. (QS 38: 31-33)


Banyak penafsiran mengenai kisah ini. Bagi saya, kisah ini memberi kita
pelajaran bahwa tak henti-hentinya Allah menguji kita. Kali pertama, mungkin
kita diuji dengan kemiskinan; pada kali berikutnya kita diuji dengan
kekayaan. Pada satu saat kita diuji dengan sebuah penyakit; di lain kejap
kita dicoba dengan kesehatan yang kita miliki. Semut yang melintas didepan
kita, sekawanan kuda yang berlari dengan cepat, mobil yang kita miliki
(setelah menabung bertahun-tahun), anak yang dititipi Tuhan kepada kita,
jabatan yang diamanahkan kepada kita, semuanya merupakan ujian dari Allah.


Pelajaran yang kedua yang bisa kita ambil dari kisah ini adalah ketika Nabi
Sulaiman memotong leher dan kaki kuda. Bagi saya, ini bisa kita tafsirkan
secara simbolik. Mari kita hilangkan segala sesuatu yang bisa membawa kita
ke jalan yang tidak benar atau lalai dari mengingat Allah. Dalam usul
al-fiqh ini disebut sadd adz-dzari'ah. Artinya, menutup pintu yang bisa
membawa kita jatuh ke dalam perbuatan yang tercela.

Sayangnya, alih-alih menutup pintu itu, kita malah membukanya lebar-lebar.
Kita bukannya mencontoh prilaku Nabi Sulaiman yang segera sadar akan
kelalaiannya, malah seringkali kita semakin "keasyikan" dengan perbuatan
maksiat itu. Ketika orang-orang kecil sedang kelaparan, kita makin asyik
dengan korupsi dan kolusi yang kita lakukan. Ketika orang menuntut
pemerintahan yang bersih, kita malah keasyikan dengan nepotisme. Ketika
rakyat semakin menjerit dengan melambungnya harga-harga, kita naikkan lagi
harga BBM dan listrik.


Sayang, kita tidak mau belajar dari kisah Nabi Sulaiman....




MATA YANG TIDAK MENANGIS DI HARI KIAMAT


Semua kaum Muslim berkeyakinan bahwa dunia dan kehidupan ini akan berakhir.
Akan datang suatu saat ketika manusia berkumpul di pengadilan Allah Swt.
Al-Quran menceritakan berkali-kali tentang peristiwa Hari Kiamat ini,
seperti yang disebutkan dalam surah Al-Ghasyiyah ayat 1-16. Dalam surah itu,
digambarkan bahwa tidak semua wajah ketakutan. Ada wajah-wajah yang pada
hari itu cerah ceria. Mereka merasa bahagia dikarenakan perilakunya di
dunia. Dia ditempatkan pada surga yang tinggi. Itulah kelompok orang yang di
Hari Kiamat memperoleh kebahagiaan.


Tentang wajah-wajah yang tampak ceria dan gembira di Hari Kiamat, Rasulullah
pernah bersabda, "Semua mata akan menangis pada hari kiamat kecuali tiga
hal. Pertama, mata yang menangis karena takut kepada Allah Swt. Kedua, mata
yang dipalingkan dari apa-apa yang diharamkan Allah. Ketiga, mata yang tidak
tidur karena mempertahankan agama Allah."

Mari kita melihat diri kita, apakah mata kita termasuk mata yang menangis di
Hari Kiamat?

Dahulu, dalam suatu riwayat, ada seorang yang kerjanya hanya mengejar-ngejar
hawa nafsu, bergumul dan berkelana di teinpat-tempat maksiat, dan pulang
larut malam.Dari tempat itu, dia pulang dalam keadaan sempoyongan. Di tengah
jalan, di sebuah rumah, lelaki itu mendengar sayup-sayup seseorang membaca
Al-Quran. Ayat yang dibaca itu berbunyi: "Belum datangkah waktunya bagi
orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan
kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka
seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya,
kenudian berlalulah masa yang panjang atas mereka, lalu hati mereka menjadi
keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang yang fasik (Qs 57: 16).


Sepulangnya dia di rumah, sebelum tidur, lelaki itu mengulangi lagi bacaan
itu di dalam hatinya. Kemudian tanpa terasa air mata mengalir di pipinya. Si
pemuda merasakan ketakutan yang luar biasa. Bergetar hatinya di hadapan
Allah karena perbuatan maksiat yang pemah dia lakukan. Kemudian ia mengubah
cara hidupnya. Ia mengisi hidupnya dengan mencari ilmu, beramal mulia dan
beribadah kepada Allah Swt., sehingga di abad kesebelas Hijri dia menjadi
seorang ulama besar, seorang bintang di dunia tasawuf.


Orang ini bernama Fudhail bin Iyadh. Dia kembali ke jalan yang benar kerena
mengalirkan air mata penyesalan atas kesalahannya di masa lalu lantaran
takut kepada Allah Swt. Berbahagialah orang-orang yang pernah bersalah dalam
hidupnya kemudian menyesali kesalahannya dengan cara membasahi matanya
dengan air mata penyesalan. Mata seperti itu insya Allah termasuk mata yang
tidak menangis di Hari Kiamat.

Kedua, mata yang dipalingkan dari hal-hal yang dilarang oleh Allah. Seperti
telah kita ketahui bahwa Rasulullah pernah bercerita tentang orang-orang
yang akan dilindungi di Hari Kiamat ketika orang-orang lain tidak
mendapatkan perlindungan. Dari ketujah orang itu salah satu di antaranya
adalah seseorang yang diajak melakukan maksiat oleh perempuan, tetapi dia
menolak ajakan itu dengan mengatakan, "Aku takut kepada Allah".


Nabi Yusuf as. mewakili kisah ini. Ketika dia menolak ajakan kemaksiatan
majikannya. Mata beliau termasuk mata yang tidak akan menangis di Hari
Kiamat, lantaran matanya dipalingkan dari apa-apa yang diharamkan oleh Allah
Swt.



Kemudian mata yang ketiga adalah mata yang tidak tidur karena membela agama
Allah. Seperti mata pejuang Islam yang selalu mempertahahkan keutuhan
agamanya, dan menegakkan tonggak Islam. Itulah tiga pasang mata yang tidak
akan menangis di Hari Kiamat, yang dilukiskan oleh Al-Quran sebagai
wajah-wajah yang berbahagia di Hari Kiamat nanti..

INSYA ALLAH




CINTA

Alkisah di suatu pulau kecil, tinggallah berbagai macam benda-benda
abstrak: ada Cinta, Kesedihan, Kekayaan, Kegembiraan dan sebagainya.
Mereka hidup berdampingan dengan baik.

Namun suatu ketika, datang badai menghempas pulau kecil itu dan air laut
tiba-tiba naik dan akan menenggelamkan pulau itu. Semua penghuni pulau
cepat-cepat berusaha menyelamatkan diri. Cinta sangat kebingungan sebab ia
tidak dapat berenang dan tak mempunyai perahu. Ia berdiri di tepi pantai
mencoba mencari pertolongan. Sementara itu air makin naik membasahi kaki
Cinta.

Tak lama Cinta melihat Kekayaan sedang mengayuh perahu.
"Kekayaan! Kekayaan! Tolong aku!" teriak Cinta. "Aduh! Maaf, Cinta!" kata
Kekayaan, "perahuku telah penuh dengan harta bendaku. Aku tak dapat
membawamu serta, nanti perahu ini tenggelam. Lagipula tak ada tempat lagi
bagimu di perahuku ini." Lalu Kakayaan cepat-cepat mengayuh perahunya
pergi.

Cinta sedih sekali, namun kemudian dilihatnya Kegembiraan lewat dengan
perahunya. "Kegembiraan! Tolong aku!", teriak Cinta. Namun Kegembiraan
terlalu gembira karena ia menemukan perahu sehingga ia tak mendengar
teriakan Cinta. Air makin tinggi membasahi Cinta sampai ke pinggang dan
Cinta semakin panik.

Tak lama lewatlah Kecantikan. "Kecantikan! Bawalah aku bersamamu!",
teriak Cinta. "Wah, Cinta, kamu basah dan kotor. Aku tak bisa membawamu
ikut. Nanti kamu mengotori perahuku yang indah ini." sahut Kecantikan.
Cinta sedih sekali mendengarnya. Ia mulai menangis terisak-isak.

Saat itu lewatlah Kesedihan. "Oh, Kesedihan, bawalah aku bersamamu," kata
Cinta. "Maaf, Cinta. Aku sedang sedih dan aku ingin sendirian saja..."
kata Kesedihan sambil terus mengayuh perahunya. Cinta putus asa. Ia
merasakan air makin naik dan akan menenggelamkannya.

Pada saat kritis itulah tiba-tiba terdengar suara, "Cinta! Mari cepat
naik ke perahuku!" Cinta menoleh ke arah suara itu dan melihat seorang tua
dengan perahunya. Cepat-cepat Cinta naik ke perahu itu, tepat sebelum air
menenggelamkannya. Di pulau terdekat, orang tua itu menurunkan Cinta dan
segera pergi lagi.

Pada saat itu barulah Cinta sadar bahwa ia sama sekali tidak mengetahui
siapa orang tua yang menyelamatkannya itu. Cinta segera menanyakannya
kepada seorang penduduk tua di pulau itu, siapa sebenarnya orang tua itu.

"Oh, orang tua tadi? Dia adalah Waktu." kata orang itu.
"Tapi, mengapa ia menyelamatkanku? Aku tak mengenalnya. Bahkan teman-teman
yang mengenalku pun enggan menolongku" tanya Cinta heran.

"Sebab," kata orang itu, "hanya Waktu lah yang tahu berapa nilai
sesungguhnya dari Cinta itu ..."

Musa Al-Kadhim


Seorang wali Allah, Syaqiq, mengembara demi mengerjakan ibadah hajinya.
Dalam perjalanan, beliau berhenti di Qadisiah dan melihat ramai orang
bergerombol keluar dengan memakai berbagai pakaian menarik. Tiba-tiba
beliau melihat seorang pemuda duduk seorang diri. Wajahnya agak
mempesona. Beliau memakai baju bulu..

Syaqiq Al-Bakhli menduga pemuda itu berpura-pura dan berlagak seperti
seorang sufi. Hal itu tentunya akan membebankan orang lain, fikirnya.
Syaqiq mendekati untuk mengujinya -- apakah beliau benar-benar seorang
sufi atau sebaliknya.
Syaqiq terperanjat. ketika beliau mendekatinya, pemuda itu segera
menyapa dan memanggil namanya. Lebih memeranjatkan lagi tatkala pemuda itu
membacakan ayat Quran, yang artinya :

Hindari dari berburuk sangka, karena sesungguhnya setengah
buruk sangka itu berdosa.

Syaqiq yakin pemuda itu tidak lain adalah seorang hamba Allah yang sholeh.
Sayang sekali, pemuda itu tiba-tiba meng hilang.
Di tempat yang agak jauh Syaqiq menemui pemuda itu sedang bersholat.
Tubuh Syaqiq tiba-tiba gementar. Di sanubarinya, Syaqiq berbisik riang
"Inilah sahabat yang amat kuinginkan..."
Setelah solat, pemuda itu memanggil Syaqiq dan memintanya membaca Surah
Taha, ayat 82, yang artinya:

Dan sesungguhnya Aku (Allah) Maha Pengampun kepada orang yang bertaubat,
beriman, beramal sholeh, kemudian tetap di jalan yang benar.

Justru itu Syaqiq amat berminat mengenalinya lebih jauh. Tetapi pemuda itu
tiba-tiba hilang. Sekali lagi Syaqiq berusaha mengejarnya. Akhirnya beliau
sampai ke sebuah perigi. Kedua belah tangannya memegang timba untuk men
ciduk air minuman.
Dengan sekejap mata, timba itu terlepas dari tangannya dan jatuh ke dalam
perigi. Serentak dengan itu beliau segera memandang ke langit sambil berdoa:

"Wahai Tuhanku! Kepada Engkaulah aku meminta air jika aku dahaga; kepada-Mu
aku memohon makanan jika aku lapar. Ya Allah, aku tidak punya timba lagi
selainnya, janganlah Engkau lepaskan dari tanganku."

Sehabis beliau berdoa, air perigi itu tiba-tiba naik hingga kepermukaan
dan timba yang terjatuh tadi ikut bersama. Dengan mudah pemuda itu
menghulurkan
tangan dan mengambil timba itu lagi, berwuduk, lalu sholat.
Syaqiq kemudian melihat pemuda itu mengambil segenggam pasir dan dimasukkan
ke dalam timba berisi air lalu digoncang-goncang dan diminumnya.

Syaqiq mendekati dan bertanya. Beliau juga memohon "sedikit makanan dengan
rahmat Allah yang telah dikurniakan kepadamu itu."

"Nikmat Allah, wahai Syaqiq, tidak pernah putus malah terus tercurah kepada



kita lahir dan batin," jelasnya, sambil menambah:

"Justeru itu, baikkanlah sangkaanmu kepada Allah."
Si pemuda lalu memberikan timbanya yang berisi air bercampur pasir kepada
Syaqiq.
Amat lezat rasanya ketika Syaqiq meminumnya. Baunya juga amat harum dan
wangi. Syaqiq belum pernah merasakannya sebelum itu. Malah Syaqiq tidak
berasa lapar beberapa hari setelah menikmatinya. Selama itu pula beliau
tidak ingin makan dan minum.

Siapa sebenarnya pemuda itu?

Beliau ialah Musa Al-Kadhim. Cucu Muhammad Al-Baqir. Nama lengkapnya: Musa
bin Jaafar As-Shadiq bin Muhammad Al-Baqir.
Keturunan Rasulullah ini lahir di kampung Abwaq, Madinah, pada tahun 128
Hijriah dan wafat 55 tahun kemudian. Beliau digelar Al-Kadhim, berarti
menahan marah.

Di kota suci Makkah, Syaqiq nenyaksikan pemuda yang dikaguminya itu berdiri
di tepi kubah perigi zamzam pada waktu malam. Beliau mengerjakan sholat pada
separuh malam terakhir dengan penuh khusyuk dan tawaduk. Malah air matanya
bercucuran ketika sholat.

Menjelang terbit fajar, beliau duduk lama di tempat sholatnya sambil
bertasbih dan sholat subuh, bertawaf dan keluar.
Syaqiq segera membuntutinya ketika beliau diikuti dan diiringi pembantunya.
Ketika Beliau keluar kelihatan berjalan seorang diri. banyak orang
menemuinya dan mengucapkan salam kepadanya.

"Siapakah gerangan pemuda itu?" tanya Syaqiq kepada salah seorang yang
berada di situ.
"Engkau tidak mengenalinya?" tanya balik orang itu.

"Tidak!"

Beliau adalah Musa bin Jaafar bin Muhammad bin Ali bin Hus sein bin Ali bin
Abu Talib (ridwa- nullah alaihim -- Allah meredai mereka), jelas pemuda itu.

"Subhanallah!" barulah Syaqiq memahami pemuda yang dikagumi sejak beberapa
hari lalu adalah keturunan Rasulullah saw.

Pada suatu ketika Isa Al-Madaqni berkunjung ke Makkah dan menginap di sana
selama setahun. Hatinya tiba-tiba berbisik:
"Sebaiknya aku ke Madinah dan tinggal di sana setahun seperti aku tinggal di
Makkah demi menambahkan lagi pahalaku."

Isa berangkat ke Madinah. Sesampai di sana beliau meletakkan
barang-barangnya di sebuah rumah dekat rumah Abu Zar lalu menziarahi Musa
Al-Kadhim.
Ketika ia bersama Musa malam itu hujan lebat turun. Ulama keturunan
Rasulullah itu berkata:

"Wahai Isa, sebaiknya kau pulang saja."




"Mengapa?"

"Sebuah rumah telah roboh dan menimpa barang-barangmu," jelas Musa.

Isa segera pulang ke tempat yang disebutkan. Benar seperti yang diberitahu.
Beliau segera meminta bantuan orang banyak. Beliau bernasib baik karena
tiada
suatu pun barangannya hilang, kecuali sebuah bejana untuk wuduk.
Esoknya Isa ke rumah Musa demi menyambung ziarah dan meneruskan pelajarannya
yang belum selesai.

"Anda hilang barang?" tanya Musa sambil menyarankan agar mereka
beramai-ramai berdoa mendapatkan gantinya.

"Tiada yang hilang kecuali bejana untuk wuduk."

Musa tundukkan kepalanya, lalu diangkatnya semula. "Barangkali kau terlupa,
barang tersebut telah tiada sebelum peristiwa itu berlaku," ujar Musa.
Beliau menambah: "Coba kau ke rumah jariah itu dan katakan bejanamu
tertinggal dalam tandas."
Isa segera ke rumah tumpangannya dan menceritakan kepada jariah (hamba)
perihal kehilangan barangnya itu.
Jariah menemui bejana itu di tempat yang disebutkan dan menyerahkan
kepadanya.

sumber : The secret of secrets - Syaikh Abdul Qadir Al Jilani

===

Ada seorang cendikia dan pendeta yang sangat berpengaruh di Baghdad yang punya
banyak pengikut. Orang ini dikenal punya pengetahuan yang luas tidak hanya dalam
tradisi Yahudi dan Nasrani tetapi juga Islam. Dia tahu Islam dan Kitab suci Al
Qura?an dan sangat mencintai dan menghormati Nabi Besar Muhammad SAW. Sang
Khalifah pun menghormati pendeta tersebut dan berharap dia dan murid-muridnya
akan menjadi Muslim suatu hari nanti. Sebenarnya dia sudah menerima Islam, hanya
yang tidak bisa diterima dan dimengerti sama sekali adalah peristiwa fisik dari
Isra? Mi?raj Nabi Muhammad SAW ke langit ke tujuh.

Peristiwa Mi?raj tersebut etrjadi dalam satu malam, Rasulullah diangkat

secara jasmani dan ruhani dari Mekkah ke Jerusalem dan dari sana ke langit ke

tujuh dia beliau melihat banyak hal. Beliau mengunjungi surga dan neraka dan

lebih jauh lagi bertemu dengan Allah, Yang berbicara sembilan puluh ribu kata

dengan beliau. Beliau kembali sebelum dinginnya kasur dan sebelum daun yang

disentuhnya saat lewat berhenti bergoyang.


Pikiran pendeta tersebut tidak dapat menerima Isra? Mi?raj Nabi Muhammad

SAW dan kedatangannya untuk menceritakan peristiwa ini. Bahkan ketika Rasulullah

sendiri ketika menceritakan hal ini hari berikutnya setelah kejadian tersebut,

banyak orang-orang Islam yang tidak percaya dan murtad dari agamanya. Hal ini

kemudian menjadi ujian terhadap kebenaran iman mereka, dikarenakan pikiran

mereka tidak dapat membayangkan kejadian yang demikian.


Sang khalifah memperkenalkan semua cendikia dan guru-guru pada waktu itu

kepada pendeta tersebut dalam rangka menghilangkan keragu-raguannya dan tak

seorangpun yang berhasil. Hingga suatu petang khalifah tersebut mengirim surat

kepada Hadrat ?Abdul Qadir dan meminta beliau untuk meyakinkan pendeta tersebut

tentang kebenaran peristiwa Isra? Mi?raj.


Ketika Hadrat ?Abdul Qadir datang mengunjungi istana didapatinya pendeta

dengan khalifah sedang bermain catur. Saat pendeta tersebut mengangkat buah

catur (pion) untuk memindahkannya matanya bertemu dengan Shaikh. Dikedipkannya

matanya?.. saat dibukanya kembali matanya didapatinya dirinya sedang hanyut

dalam aliran sungai yang sangat deras! Dia berteriak minta tolong ketika seorang

penggembala kambing melompat ke dalam sungai dan menyelamatkannya. Ketika

penggembala itu menariknya, baru disadari bahwa dia telanjang dan telah berubah

menjadi seorang wanita muda!


Penggembala itu menariknya keluar dari air dan bertanya anak siapakah dia

dan tinggal dimana. Ketika pendeta tersebut mengatakan Baghdad, penggembala itu

kemudian berkata bahwa mereka saat itu sedang berada di tempat yang sangat jauh

dan membutuhkan waktu beberapa bulan dari kota itu. Penggembala itu kemudian

merawatnya dan menjaga serta melindunginya, tetapi karena dia tidak tahu akan

kemana, maka penggembala itu menikahinya. Mereka akhirnya punya tiga orang anak

yang tumbuh besar.


Satu hari ketika dia sedang mencuci baju di sungai yang sama saat dirinya

muncul beberapa tahun lalu, dia terpeleset dan jatuh. Ketika dibukanya matanya??

didapatinya dirinya sedang duduk berseberangan dengan sang khalifah, memegang

buah catur dan tetap memandang ke mata Hadrat ?Abdul Qadir, yang kemudian

berkata kepadanya,? Sekarang, pendeta yang terhormat, apakah kamu tetap tidak

percaya ??


Pendeta tersebut, tidak yakin dengan apa yang telah terjadi dan berpikir

bahwa itu hanyalah mimpi, menjawab, Apa maksud tuan ??


?Mungkin kamu ingin bertemu dengan keluargamu ?? tanya orang suci tersebut.

Ketika dibukanya pintu, disana berdiri penggembala dan ketiga anaknya.


Melihat hal ini, pendeta tersebut percaya. Dia dan murid-muridnya adalah

diantara lima ribu kaum Nasrani yang menjadi Muslim lewat tangat Hadrat ?Abdul

Qadir.


WANITA PENGHUNI SYURGA


Ketika Baginda Rasul SAW mengatakan
Penghuni Neraka kelak lebih banyak kaum wanita.
maka salah satu sahabat bertanya, ya Rasulullah
Apakah mereka tidak gemar beribadah kepada Allah
bukan jawab rasulullah SAW, lalu kenapa ?
Mereka bahkan lebih taat menjalankan Sholat, puasa dan hadir dalam majlis
ta'lim
tapi mereka tidak bisa menjaga kehormatan suaminya.
Diantaranya :
1. Mengeluhkan uang belanja yang diberikan suaminya ( tidak mensyukurinya )
2. Menceritakan kekurangan suaminya ( tidurnya mendengkur dls )
3. Tidak dapat menjaga harta suaminya
Dalam hadits lain disebutkan :
1. Ya Rasulullah siapakah yang berhak atas diriku tanya seorang muslimah
Suamimu, lalu siapa lagi Ibumu jawab Rasulullah
2. Rasulullah bersabda " Seandainya Allah Mengizinkan Manusia menyembah
manusia
Maka aku suruh seorang istri menyembah suaminya.
Lalu siapakah wanita penghuni syurga ?
1. Wanita yang menegakkan Sholat
2. Wanita yang menjalankan Puasa dibulan Ramadhan
3. Wanita yang menjaga kehormatan dirinya ( diantaranya menutup aurat )
4. Patuh pada suami, dan suaminya ikhlas kepadanya

Akal Setipis Rambutnya.............
> Jangankan lelaki biasa , Nabi pun terasa sunyi tanpa wanita. Tanpa mereka
> ,
> hati, fikiran , perasaan lelaki akan resah. Masih mencari walaupun sudah
> ada
> segala galanya.
> Apa lagi yang tidak ada di syurga , namun Nabi Adam a.s tetap merindukan
> Siti Hawa.Kepada wanitalah lelaki memanggil ibu, isteri atau puteri.
> Dijadikan mereka dari tulang rusuk yang bengkok untuk diluruskan oleh
> lelaki ,tetapi kalau lelaki sendiri yang tak lurus, tdk mungkin mampu
> hendak meluruskan mereka.
>
> Tak logik kayu yang bengkok menghasilkan bayang-bayang yang lurus.
> Luruskanlah wanita dengan cara petunjuk Allah , karena mereka diciptakan
> begitu rupa oleh Mereka.
>
> Didiklah mereka dengan panduan dariNya .
>
> JANGAN COBA JINAKKAN MEREKA DENGAN HARTA ,
> NANTI MEREKA SEMAKIN LIAR .
> JANGAN HIBURKAN MEREKA DENGAN KECANTIKAN ,
> NANTI MEREKA SEMAKIN MENDERITA .
>
> Yang sementara itu tidak akan menyelesaikan masalah . Kenalkan mereka
> kepada
> Allah , zat yang kekal, disitulah kuncinya .
>
>
> AKAL SETIPIS RAMBUTNYA , TEBALKAN DENGAN ILMU .
> HATI SEPARUH KACA , KUATKAN DENGAN IMAN .
> PERASAAN SELEMBUT SUTERA , HIASILAH DENGAN AKHLAK .
>
> Suburkanlah krn dari situlah nanti mereka akan nampak penilaian dan
> keadilan Tuhan .
> Akan terhibur dan bahagialah hati mereka , walaupun tidak jadi ratu
> cantik
> dunia , presiden ataupun perdana menteri negara atau women gladiator .
> Bisikkan ke telinga mereka bahwa kelembutan bukan suatu kelemahan .
> Itu bukan diskriminasi Tuhan . Sebaliknya disitulah kasih sayang Tuhan ,
> krn
> rahim wanita yang lembut itulah yang mengandungkan lelaki-lelaki wajah :
> negarawan ,karyawan , jutawan dan " wan-wan" lain . Tidak akan lahir
> superman tanpasuperwoman .
> Wanita yang lupa hakikat kejadiannya , pasti tidak terhibur dan tidak
> menghiburkan .
> Tanpa ilmu , iman dan akhlak , mereka bukan saja tidak bisa diluruskan ,
> bahkan mereka pula membengkokkan .
>
>
> LEBIH banyak LELAKI YANG DIRUSAKKAN OLEH PEREMPUAN
> DARIPADA PEREMPUAN YANG DIRUSAKKAN OLEH LELAKI .
> SEBODOH-BODOH PEREMPUAN PUN BISA MENUNDUKKAN
> SEPANDAI-PANDAI LELAKI
>
> Itulah akibatnya apabila wanita tidak kenal tuhan . Mereka tidak akan
> kenal
> diri mereka sendiri , apalagi mengenal lelaki . Kini bukan saja banyak
> boss
> telah kehilangan secretary , bahkan anak pun akan kehilangan ibu , suami
> kehilangan isteri dan bapa akan kehilangan puteri .
> Bila wanita durhaka dunia akan huru-hara . Bila tulang rusuk patah ,
> rusaklah
> jantung , hati dan limpa .
> Para lelaki pula jangan hanya mengharap ketaatan tetapi binalah kepimpinan
> .
> Pastikan sebelum memimpin wanita menuju Allah PIMPINLAH DIRI SENDIRI
> DAHULU KEPADANYA.
> Jinakkan diri dengan Allah , nescaya akan jinaklah segala-galanya dibawah
> pimpinan kita .
>
> JANGAN MENGHARAP ISTERI SEPERTI SITI FATIMAH ,
> KALAU PERIBADI BELUM LAGI SEPERTI SAYIDINA ALI
>
>
> wallahu 'alam

Kisah Hatib ibnu balta'ah

Di Makkah ia tidak mempunyai kedudukan yang tinggi kerana ia
bukan dari keluarga bangsawan, juga bukan dari keluarga
pembesar, bukan hartawan dan bukan pedagang. Tujuan hidupnya
yang utama adalah mencintai Allah dan Rasul-Nya, dan itu telah
memberinya kemuliaan dan kehormatan. Di antara penghormatan
Rasulullah SAW kepada Hatib yaitu baginda SAW telah mengutus ia
agar datang kepada Al-Muqauqis, seorang pembesar suku Qibti dari
Mesir, untuk menyampaikan surat Rasulullah yang isinya menyeru
pada Al-Muqauqis ke dalam Islam.

Setelah Al-Muqauqis membaca surat baginda tersebut dengan
cermat, ia memandang Hatib dan bertanya padanya: "Bukankah
sahabatmu itu seorang Nabi?" Jawab Hatib. "Benar, baginda adalah
utusan Allah." Mendengar jawaban Hatib, Al-Muqauqis
mengirimkan beberapa hadiah kepada Rasulullah SAW di antara
hadiah itu seorang hamba wanita bernama Mariyah Al-Qibtiyah.

Hatib Ibnu Balta'ah adalah seorang penduduk Yaman, ia adalah
sahabat Zubair Ibnu Awwam. Ketika ia berhijrah ke
Madinah, ia meninggalkan anak dan saudara-saudaranya. Pada masa
jahiliyah, ia seorang penunggang kuda yang berani dan penyair
ulung. Bait-bait syairnya sering disebarkan oleh para perawi dan
dilagukan para kafilah dagang Arab. Ia masuk Islam ketika ia masih
muda belia. Dan ia sangat tekun mempelajari syariat Islam dan
ajarannya ketika ia masih muda. Selain itu pada perang Badar, ia turut
bergabung dalam jihad fisabilillah; dan ia juga ikut bersama
Rasulullah pergi ke Al-Hudaibiyah dan menyaksikan "Baiatur Ridwan."

Pada tahun 8 H. di saat Rasulullah SAW sedang sibuk
mempersiapkan penaklukan kota Makkah sebagaimana yang telah dijanjikan
oleh Allah, ketika itu fikiran Hatib gundah gulana. Ia sedih
memikirkan anak-anaknya dan keluarganya yang tidak aman daripada
penganiayaan kaum Quraisy, kerana di Makkah mereka tidak
mempunyai pelindung yang dapat melindungi dan menjaga mereka
daripada musuh-musuh Islam. Bisikan-bisikan syaitan selalu
menggoda fikirannya hingga ia merasa kalut, dan fikirannya buntu. Maka
ia memutuskan akan mendekati kaum musyrikin Quraisy dengan
memberitahu pada mereka mengenai rahasia-rahasia kekuatan senjata
yang telah dipersiapkan Rasulullah untuk penaklukan atas kota Makkah.

Tidak pernah terfikirkan olehnya, bahwa perbuatan itu
merupakan pengkhianatan terhadap Allah dan Rasul-Nya, dan bahwa
rahasia tentara adalah amanat yang ada di bahu para perajurit. Bila
salah satu rahasia sampai dibocorkan, maka perajurit tersebut akan
mendapat amarah dari Allah, malaikat-Nya dan semua kaum
muslimin, kerana ia membocorkan rahasia kekuatan askar yang akan
menghadapkan pasukannya pada bahaya dan sekaligus menghadapkan
tanah air pada kebinasaan.

Itulah langkah yang terburuk dalam kehidupan Hatib Ibnu
Balta'ah. Ia bertekad untuk memberitahu kaum Quraisy tentang tentara
Islam yang telah dipersiapkan Rasulullah SAW. Cahaya iman telah
padam di hatinya. Ia tidak lagi memikirkan keagungan akidah. Maka
dengan tangan gementar ia mulai menulis surat kepada
pembesar-pembesar Quraisy, membuka rahasia askar Islam yang dipersiapkan
secara matang oleh Rasulullah ke Makkah, agar mereka mempunyai
gambaran atas keadaan kaum muslimin Madinah.

Surat itu diserahkan kepada seorang wanita. Ia menyuruh
wanita tersebut agar merahasiakan surat itu di sanggul rambutnya
sehingga jika ada orang yang menghadang kenderaannya, maka surat
itu tidak akan diketahui. Ia berjanji pada wanita itu akan
memberi hadiah yang mahal bila surat itu telah sampai di tangan
pembesar Quraisy.
Baru saja wanita tersebut meninggalkan Madinah, malaikat Jibril
segera memberitahu Rasulullah tentang apa yang telah dilakukan
Hatib. Maka Rasulullah cepat-cepat memanggil Ali Ibn Abi Thalib
dan Zubair Ibn Awwam. Baginda berkata: "Kejarlah wanita itu, ia
memberitahu surat Hatib untuk para pembesar Quraisy yang isinya
menerangkan mereka tentang persiapan yang telah kita himpun
dalam menaklukkan mereka."

Ali dan Zubair bergegas keluar mencari wanita itu dan
keduanya menemukan wanita tersebut di daerah Raudhah Khah, 7 batu dari
Madinah. Ketika Ali ra. menyuruh wanita itu supaya mengeluarkan
surat Hatib, wanita itu tidak mengaku kalau ia sedang membawa
surat. Maka Ali pun berdiri dan memeriksa kenderaannya, tetapi
ia tidak menemukan surat itu.

Akhirnya dengan marah Ali memandang wanita itu dan berkata:
"Aku bersumpah kepada Allah bahwa Rasulullah tidak pernah
berdusta. Sekarang kamu harus pilih apakah kamu mau menyerahkan
surat itu kepadaku, ataukah aku harus menelanjangi kamu!"
Setelah Ali bersikap kasar dan memberi dua pilihan, akhirnya
wanita itu berkata: "Berpalinglah." Setelah itu Ali membalikkan badan
kemudian wanita itu membuka ikatan rambutnya dan mengeluarkan
surat darinya, lalu menyerahkan surat itu kepada Ali.

Ali dan Zubair segera kembali kepada Rasulullah dengan
membawa surat Hatib. Rasulullah menghadirkan Hatib Ibn Abu Balta'ah
dan bertanya kepadanya, "Wahai Hatib, apa yang mendorong kamu
berbuat demikian?" Maka oleh Hatib dijawab dengan nada
terputus-putus: "Wahai Rasulullah, janganlah tergesa-gesa
menghukum diriku. Semua itu kulakukan kerana aku bukan dari golongan
Quraisy, di Makkah aku masih mempunyai sanak saudara.
Maka aku ingin kaum Quraisy menjaga keluargaku di Makkah. Dan
sungguh, itu aku lakukan bukan kerana aku telah murtad dari
Islam, dan bukan pula aku rela kepada kekufuran sesudah iman."

Rasulullah memandang semua sahabat yang hadir dengan wajah
bersinar, dan baginda berkata kepada mereka: "Bagaimana pun juga,
ia telah berkata jujur."

Suasana majlis menjadi hening sejenak, tiba-tiba Umar berkata:
"Wahai Rasulullah, izinkan aku memenggal leher orang munafik ini."

Umar berpandangan bahwa membocorkan rahasia-rahasia askar
Islam merupakan pengkhianatan terhadap Allah dan Rasul-Nya,
maka balasannya adalah harus dibunuh. Orang yang mengadakan
hubungan dengan musuh, maka balasannya adalah dijatuhi
hukuman mati.

Sementara itu Rasulullah telah memaafkan Hatib kerana ia
telah mengakui dosanya. Selain itu baginda mengingat perjuangan Hatib
di masa lalu kerana ia berjuang di medan perang Badar, sehingga
banyak pasukan musyrikin yang mati di bawah tebasan pedangnya.
Ia berani menghadapi bahaya dengan menerjang barisan musuh.
Rasulullah juga mengingat posisi Hatib pada hari Bai'atur Ridwan di
bawah sebuah pohon yang diberkahi, di mana pada saat itu para
malaikat menyaksikan orang-orang mukmin yang sedang
mengulurkan tangan mereka untuk berbaiat kepada Rasulullah.

Atas tiga dasar itu, maka baginda memandang Umar dan
berkata: "Wahai Umar bagaimana pendapatmu, jika Allah telah memberi
kelonggaran pada pejuang Badar?" Allah berfirman dalam Al-Ouran
surah Al-Mumtahanah ayat 1 yang artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadikan
musuh-Ku dan musuhmu sebagai teman-teman setia, (sehingga)
kamu menyampaikan kepada mereka (berita-berita) Muhammad,
dikarenakan rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka
ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu, mereka
mengusir Rasulullah dan (mengusir) kamu karena kamu beriman
kepada Allah, Tuhanmu. Jika kamu benar-benar keluar untuk
berjihad di jalan-Ku. Kamu memberitahukan secara rahasia
(berita-berita Muhammad) kepada mereka, karena kasih
sayang. Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa
yang kamu nyatakan. Barangsiapa di antara kamu yang
melakukan, maka sesungguhnya ia telah tersesat dari jalan lurus."
Hal lain yang menguatkan diterimanya taubat Hatib; pada
suatu hari salah seorang pelayan Hatib datang kepada Rasulullah untuk
mengadukan perlakuan Hatib kepadanya, kemudian pelayan itu
berkata: "Wahai Rasulullah, kelak sungguh Hatib akan masuk neraka."
Tetapi Rasulullah berkata: "Tidak, kerana ia ikut berperang pada
peristiwa Badar dan juga ikut dalam perjanjian Hudaibiyah."

Sejak saat itu, Hatib menangis menyesali perbuatannya. Siang
dan malam dilakukan dengan selalu memohon ampunan kepada
Allah atas kesesatannya hingga ia meninggal dunia pada usia 53
tahun tepatnya pada tahun 30 H. yaitu pada masa pemerintahan
Usman Ibn Affan. Ia menghadapi kematian dengan jiwa yang ridha
kerana ia tahu bahwa Rasulullah telah memaafkannya meskipun
ia telah mengkhianati hak Allah, Rasulullah dan kaum mukminin.

MENGENAL ILMU HADITS


1.DEFINISI

HADITS ialah Sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW baik berupa
perkataan, perbuatan,
Pernyataan ( Taqrir ) dan sebagainya.

A-TSAR ialah Sesuatu yang disandarkan kepada para sahabat Nabi Muhammad SAW.

TAQRIR ialah Keadaan Nabi Muhammad SAW mendiamkan, tidak mengadakan
sanggahan atau menyetujui apa yang telah dilakukan atau diperkatakanoleh
para sahabat di hadapan beliau.

SAHABAT ialah orang yang bertemu Rosulullah SAW dengan pertemuan yang wajar
sewaktu Beliau masih hidup, dalam keadaan islam lagi iman.

TABI'IY ialah orang yang menjumpai sahabat dalam keadaan iman dan islam, dan
mati dalam keadaan islam baik perjumpaan itu lama atau sebentar

MATAN ialah Lafadz hadits yang diucapkan oleh Nabi Muhammad SAW, disebut
juga isi hadits.


2. Unsur -unsur yang harus ada dalam menerima hadits

A. Rawi adalah orang yang menyampaikan atau menuliskan dalam suatu
kitab apa apa yang pernah didengar dan diterimanya dari seseorang ( gurunya
).
Perbuatannya menyampaikan hadits tersebut dinamakan me-rawi atau
meriwayatkan hadits dan orangnya disebut Perawi.

Sistem penyusun hadits dalam menyebutkan nama Rawi
1. As Sab'ah berarti diriwayatkan oleh tujuh pertawi yaitu :
- Ahmad - Buchari
- Turmudzi - Nasa'I
- Muslim - Abu Dawud
- Ibnu Majah
2. As Sittah berarti diriwayatkan oleh enam perawi yaitu :
Semua nama yang tersebut diatas ( As Sab'ah ) selain Ahmad
3. Al Khomsah berarti diriwayatkan oleh lima perawi yaitu :
Semua nama yang tersebut diatas ( As Sab'ah ) selain Buchari
dan Muslim
4. Al Arba'ah berarti diriwayatkan oleh empat perawi yaitu :
Semua nama yang tersebut diatas ( As Sab'ah ) selain Ahmad,
Buchari dan Muslim.
5. Ats Tsalasah berarti diriwayatkan oleh tiga perawi yaitu :
Semua nama yang tersebut diatas ( As Sab'ah ) selain Ahmad,
Buchari, Muslim dan Ibnu Majah.
6. Asy Syaikhon berarti diriwayatkan oleh dua orang perawi
yaitu : Buchari dan Muslim.
7. Al jama'ah berarti diriwayatkan oleh para perawi yang banyak
sekali jumlahnya.

B. Matnu'l Hadits adalah pembicaraan ( kalam ) atau materi berita yang
diover oleh sanad yang terakihir. Baik pembicaraan itu sabda Rosulullah SAW,
sahabat ataupun Tabi'in. Baik isi pembicaraan itu tentang perbuatan Nabi,
maupun perbuatan sahabat yang tidak disanggah oleh Nabi Muhammad SAW.

C. Sanad atau Thariq adalah jalan yang dapat menghubungkan Matnu'l
hadits kepada Nabi Muhammad SAW.

Gambaran Sanad
Sabda Rosulullah SAW didengar oleh sahabat ( seorang atau lebih ),
Mereka ini (seorang atau lebih ) sampaikan kepada Tabi'in ( seorang atau
lebih ), Tabi'in sampaikan pula kepada orang-orang dibawah generasi mereka.
Demikian seterusnya hingga dicatat oleh imam-imam ahli hadits seperti
Muslim, Buchari, Abu Dawud dls.
Contoh :
Waktu meriwayatkan hadits Nabi SAW , Buchari berkata Hadits ini
diucapakn kepada saya oleh A, dan A berkata diucapakn kepada saya oleh B,
dan B berkata diucapkan kepada saya oleh C, dan C berkata diucapkan kepada
saya oleh D, dan D berkata diucapkan kepada saya oleh Nabi Muhammad SAW.

Awal Sanad dan akhir Sanad
Menurut istilah ahli hadits Sanad itu ada permulaannya ( awal ) dan
ada kesudahannya ( akhir )
Seperti contoh diatas yang disebut awal sanad adalah A dan akhir
sanad adalah D.


3. Klasifikasi hadits
Klasifikasi hadits menurut dapat ( diterima ) atau ditolaknya hadits
sebagai Hujjah ( dasar hukum ) adalah :
A. Hadits Shohih adalah hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang adil,
sempurna ingatan, sanadnya bersambung, tidak ber illat dan tidak janggal.
Illat hadits yang dimaksud adalah suatu penyakit yang samar-samar
yang dapat menodai keshohihan suatu hadits

Syarat-syarat hadits Shohih
Suatu hadits dapat dinilai shohih apabila telah memenuhi 5 Syarat :
1. Rawinya bersifat Adil
2. Sempurna ingatan
3. Sanadnya tidak terputus
4. Hadits itu tidak berillat dan
5. Hadits itu tidak janggal
Arti Adil dalam periwayatan, seorang rawi harus memenuhi 4 syarat
untuk dinilai Adil, yaitu :
1. Selalu memelihara perbuatan taat dan menjahui perbuatan
maksiat.
2. Menjauhi dosa-dosa kecil yang dapat menodai agama dan sopan
santun
3. Tidak melakukan perkara-perkara Mubah yang dapat
menggugurkan iman kepada kadar dan mengakibatkan penyesalan
4. Tidak mengikuti pendapat salah satu madzhab yang
bertentangan dengan dasar Syara'.

Hadits Makbul adalah hadits- hadits yang mempunyai sifat-sifat yang
dapat diterima sebagai Hujjah,
Yang termasuk hadits makbul adalah Hadits Shohih dan Hadits Hasan.

B. Hadits Hasan adalah hadits yang diriwayatkan oleh Rawi yang adil,
tapi tidak begitu kuat ingatannya ( hafalan ), bersambung sanadnya, dan
tidak terdapat illat serta kejanggalan pada matannya.
Hadits Hasan termasuk hadits yang Makbul, biasanya dibuat hujjah
buat sesuatu hal yang tidak terlalu berat atau terlalu penting.

C. Hadits Dlaif adalah hadits yang kehilangan satu syarat atau lebih
dari syarat-syarat hadits shohih atau hadits hasan.
Hadits Dlaif banyak macam ragamnya dan mempunyai perbedaan derajat
satu sama lain, disebabkan banyak atau sedikitnya syarat-syarat hadits
shohih atau hasan yang tidak dipenuhinya.

Klasifikasi hadits Dlaif berdasarkan kecacatan perawinya
1. Hadits Maudlu' : adalah hadits yang dicipta serta dibuat
oleh seorang pendusta yang ciptaan itu mereka bangsakan ( katakan Sabda nabi
SAW ) secara palsu dan dusta, baik hal itu disengaja maupun tidak.
2. Hadits Matruk : adalah hadits yang menyendiri dalam
periwayatan, yang diriwayatkan oleh orang yang tertuduh
Dusta dalam perhaditsan.
3. Hadits Munkar : adalah hadits yang menyendiri dalam
periwayatan, yang diriwayatkan oleh orang yang banyak kesalahannya, banyak
kelengahannya atau jelas kefasiqkannya yang bukan karena dusta.
Di dalam satu jurusan jika ada diriwayatkan dua hadits lemah
yang berlawanan sedang yang satu lemah sanadnya
Sedang yang lain lebih lemah sanadnya maka yang lemah
sanadnya dinamakan Hadits Ma'ruf dan yang lebih lemah dinamakan hadits
Munkar.
4. Hadits Mu'allal ( Ma'lul, Mu'all ) : adalah hadits yang
setelah diadakan suatu penelitian dan penyelidikan tampak
Adanya salah sangka dari rawinya dengan menganggap sanadnya
bersambung ( padahal tidak ).
Hal ini hanya bisa diketahui oleh orang-orang yang ahli
hadits.
5. Hadits Mudraj ( saduran ) : adalah hadits yang disadur
dengan sesuatu yang bukan hadits atas perkiraan bahwa
Saduran itu termasuk hadits.
6. Hadits Maqlub : adalah hadits yang terjadi mukhalafah (
menyalahi hadits lain ), disebabkan mendahului atau
Mengakhirkan.
7. Hadits Mudltharrib : adalah hadits yang menyalahi dengan
hadits lain terjadi denagn pergantian pada satu segi
Yang saling dapat bertahan, dengan tidak ada yang dapat
ditarjihkan ( dikumpulkan ).
8. Hadits Muharraf : adalah hadits yang menyalahi hadits lain
terjadi disebabkan karena perubahan Syakal kata,
Dengan masih tetapnya bentuk tulisannya.

NISFU SYA'BAN


"Apabila tiba malam Nisfu Sya'ban, maka bangunlah kamu pada malamnya;
bersembahyang, beribadat dan berpuasalah kamu pada siangnya. Allah
berfirman; " Adakah orang meminta ampun maka Aku ampunkannya, adakah orang
yang ditimpa bala Aku afiatkannya. Adakah orang yang meminta rezeki maka
aku rezekikannya."


Dari Utsman bin Abil `Asi, Nabi s.a.w. bersabda; " Pada malam Nisfu Sya'ban
setelah berlalu 1/3 malamnya, Allah turun kelangit dunia lalu berfirman; "
Adakah orang yang meminta maka Aku perkenankan permintaannya, adakah orang
yang meminta ampun maka Aku ampunkannya, adakah orang yang bertaubat maka
Aku terima taubatnya dan diampunkkan sekalian orang Mukmin lelaki dan
perempuan melainkan orang yang berzina atau yang dendam kepada saudaranya."


"Allah tidak akan mengampunkan dosa pada malam Nisfu Sya'ban pada 6 orang
yaitu orang yang kekal minum arak, orang yang durhaka kepada kedua ibu
bapanya, orang yang kekal dalam berzina, orang yang banyak berkelahi, orang
yang berdagang dengan sumpah dusta dan orang yang mengadu domba."


" Hai Aisyah! Adakah engkau izinkan aku sembahyang pada malam ini (Nisfu
Sya'ban)?" Jawab Aisyah; "Ya, aku Izinkan." Lalu Nabi s.a.w.
bersembahyanglah sepanjang malam Nisfu Sya'ban Itu. Baginda sujud terlalu
lama sehingga aku (Aisyah) menyangka beliau telah diambil ruhnya (wafat),
lalu aku tutupkan dengan kain dan aku letakkan tanganku di atas kedua
tapak kakinya. Maka dia bergerak , gembiralah aku karena beliau masih
bernafas lagi...


Pada malam Nisfu Sya'ban telah datang Jibril kepada Rasulullah s.a.w. lalu
berkata ; "Angkat kepalamu ke langit, inilah malam yang dibukakan Allah
padanya 300 rahmat dan diampunkan Allah sekalian orang yang tiada
menyekutukan-Nya dengan sesuatu kecuali tukang nujum, orang yang kekal
dalam berzina dan orang yang durhaka terhadap ibu bapa."

Amalan yang dianjurkan pada Malam Nifsu Sya'ban :

1. Selesai sembahyang Maghrib, hendaklah dibaca Yasin 3 kali. Yang
pertama diniatkan untuk
Diberkahi umur kedua, dimurahkan rezeki dan ketiga, ditetapkan
iman.
2. Memperbanyak beristighfar.
3. Membaca sholawat ke atas Nabi Muhammad SAW
4. Berdzikir, bersedekah dan berpuasa


AKU HANYALAH SEORANG HAMBA


Kalau ada pakaian yang robek, Rasulullah menambalnya sendiri tanpa perlu
menyuruh isterinya. Beliau juga memeras susu kambing untuk keperluan
keluarga maupun untuk dijual.

Setiap kali pulang ke rumah, bila dilihat tiada
makanan yang sudah siap di masak untuk dimakan, sambil tersenyum baginda
menyinsing lengan bajunya untuk membantu isterinya di dapur.

Sayidatina 'Aisyah menceritakan "Kalau Nabi berada di rumah, beliau selalu
membantu urusan rumahtangga. Jika mendengar azan, beliau cepat-cepat
berangkat ke masjid, dan cepat-cepat pula kembali sesudah selesai
sembahyang."

Pernah baginda pulang pada waktu pagi. Tentulah
baginda amat lapar waktu itu. Tetapi dilihatnya tiada apa pun yang ada untuk
sarapan. Yang mentah pun tidak ada karena Sayidatina 'Aisyah belum ke pasar.
Maka Nabi bertanya, "Belum ada sarapan ya Khumaira?"
(Khumaira adalah panggilan mesra untuk Sayidatina 'Aisyah yang berarti
'Wahai yang kemerah-merahan')

'Aisyah menjawab dengan agak serba salah, "Belum ada apa-apa wahai
Rasulullah."
Rasulullah lantas berkata, "Jika begitu aku puasa saja hari ini." tanpa
sedikit tergambar rasa kesal di
wajahnya.

Sebaliknya baginda sangat marah tatkala melihat
seorang suami memukul isterinya. Rasulullah menegur, "Mengapa engkau memukul
isterimu?" Lantas dijawab dengan agak gementar, "Isteriku sangat keras
kepala. Sudah diberi nasehat dia tetap bandel, jadi aku pukul dia."

"Aku tidak bertanya alasanmu," sahut Nabi s.a.w. "Aku menanyakan mengapa
engkau memukul teman tidurmu dan ibu bagi anak-anakmu?"

Pernah baginda bersabda, "sebaik-baik lelaki adalah yang paling baik dan
lemah lembut terhadap isterinya."

Prihatin, sabar dan tawadhuknya baginda dalam menjadi kepala keluarga tidak
menampakkan kedudukannya sebagai pemimpin umat.

Pada suatu ketika baginda menjadi imam sholat. Dilihat
oleh para sahabat, pergerakan baginda antara satu
rukun ke satu rukun yang lain amat sukar sekali. Dan
mereka mendengar bunyi menggeretak seolah-olah
sendi-sendi pada tubuh baginda yang mulia itu bergeser antara satu sama
lain.

Sayidina Umar yang tidak tahan melihat keadaan baginda itu langsung bertanya
setelah selesai bersembahyang,
"Ya Rasulullah, kami melihat seolah-olah baginda
menanggung penderitaan yang amat berat, tuan sakitkah ya Rasulullah?"

"Tidak, ya Umar. Alhamdulillah, aku sehat dan segar."

"Ya Rasulullah... mengapa setiap kali tuan
menggerakkan tubuh, kami mendengar seolah-olah sendi bergeser di tubuh tuan?
Kami yakin engkau sedang sakit..." desak Umar penuh cemas.

Akhirnya Rasulullah mengangkat jubahnya. Para sahabat amat terkejut. Perut
baginda yang kempis, kelihatan dililiti sehelai kain yang berisi batu
kerikil, buat menahan rasa lapar. Batu-batu kecil itulah yang
menimbulkan bunyi-bunyi halus setiap kali bergerak
tubuh baginda.

"Ya Rasulullah! Adakah bila tuan menyatakan lapar dan tidak punya makanan,
kami tidak akan mendapatkannya buat tuan?"

Lalu baginda menjawab dengan lembut, "Tidak para
sahabatku. Aku tahu, apa pun akan engkau korbankan
demi Rasulmu. Tetapi apakah akan aku jawab di hadapan ALLAH nati, apabila
aku sebagai pemimpin, menjadi beban kepada umatnya?"

"Biarlah kelaparan ini sebagai hadiah ALLAH buatku,
agar umatku kelak tidak ada yang kelaparan di dunia
ini lebih-lebih lagi tiada yang kelaparan di Akhirat
kelak."

Baginda pernah tanpa rasa canggung sedikitpun makan di sebelah seorang tua
yang penuh kudis, miskin dan kotor.

Baginda hanya diam dan bersabar ketika kain rida'nya
ditarik dengan kasar oleh seorang Arab Baduwi hingga
berbekas merah di lehernya.


Dan dengan penuh rasa kehambaan baginda membasuh tempat yang dikencing si
Baduwi di dalam masjid sebelum menegur dengan lembut perbuatan itu.

Mengenang pribadi yang amat halus ini, timbul
persoalan dalam diri kita... adakah lagi bayangan
pribadi baginda Rasulullah s.a.w. hari ini?

Apakah rahasia yang menjadikan jiwa dan akhlak baginda begitu indah? Apakah
yang menjadi rahasia kehalusan akhlaknya hingga sangat memikat dan
menjadikan mereka begitu tinggi kecintaan padanya.

Apakah kunci kehebatan peribadi baginda yang
bukan saja sangat bahagia kehidupannya walaupun di
dalam kesusahan dan penderitaan, bahkan mampu pula membahagiakan orang lain
tatkala di dalam derita.
Kecintaannya yang tinggi terhadap ALLAH swt

dan rasa kehambaan yang sudah menyatu dalam diri
Rasulullah saw menolak sama sekali rasa ketuanan.

Seolah-olah anugerah kemuliaan dari ALLAH tidak dijadikan sebab untuk merasa
lebih dari yang
lain, ketika di depan umum maupun dalam kesendirian.

Ketika pintu Syurga telah terbuka seluas-luasnya untuk
baginda, baginda masih lagi berdiri di waktu-waktu
sepi malam hari, terus-menerus beribadah hingga
pernah baginda terjatuh lantaran kakinya sudah
bengkak-bengkak. Fisiklnya sudah tidak mampu
menanggung kemauan jiwanya yang tinggi.
ketika ditanya oleh Sayidatina 'Aisyah, "Ya Rasulullah, bukankah engkau
telah dijamin masuk Syurga? Mengapa engkau masih bersusah payah begini?"

Jawab baginda dengan lunak, "Ya 'Aisyah, bukankah aku ini hanyalah seorang
hamba? Sesungguhnya aku ingin menjadi hamba-Nya yang bersyukur."


> BERAPA BESAR BOBOT SEBUAH DOA?
>
> Louise Redden, seorang ibu kumuh dengan baju kumal, masuk ke dalam
> sebuah
> supermarket.Dengan sangat terbata-bata dan dengan bahasa yang sopan ia
> memohon agar diperbolehkan mengutang. Ia memberitahukan bahwa suaminya
> sedang sakit dan sudah seminggu tidak bekerja. I memiliki tujuh anak
> yang
> sangat membutuhkan makan.
>
> John Longhouse, si pemilik supermarket, mengusir dia keluar.Sambil
> terus
> menggambarkan situasi keluarganya, si ibu terus menceritakan tentang
> keluarganya.
>
> " Tolonglah, Pak, Saya janji akan segera membayar setelah aku punya
> uang."
> John Longhouse tetap tidak mengabulkan permohonan tersebut." Anda
> tidak
> mempunyai kartu kredit, anda tidak mempunyaigaransi," alasannya.
>
> Di dekat counter pembayaran, ada seorang pelanggan lain, yang dari
> awal
> mendengarkan percakapan tadi. Dia mendekati keduanya dan berkata: "
> Saya
> akan bayar semua yang diperlukan Ibu ini."
>
> Karena malu, si pemilik toko akhirnya mengatakan, " Tidak perlu,Pak.
> Saya
> sendiri akan memberikannya dengan gratis. Baiklah, apakah ibu membawa
> daftar belanja?" " Ya, Pak. Ini," katanya sambil menunjukkan sesobek
> kertas
> kumal.
>
> " Letakkanlah daftar belanja anda di dalam timbangan, dan saya akan
> memberikan gratis belanjaananda sesuai dengan berat timbangan
> tersebut."
>
> Dengan sangat ragu-ragu dan setengah putus asa, Louise menundukkan
> kepala
> sebentar,menuliskan sesuatu pada kertas kumal tersebut, lalu dengan
> kepala
> tetap tertunduk,meletakkannya ke dalam timbangan.
>
> Mata Si pemilik toko terbelalak melihat jarum timbangan bergerak
> cepat ke
> bawah. Ia menatap Pelanggan yang tadi menawarkan si ibu tadi sambil
> berucap
> kecil,"Aku tidak percaya pada yang aku lihat." Si pelangganbaik hati
> itu
> hanya tersenyum.
>
> Lalu, si ibu kumal tadi mengambil barang-barang yang diperlukan, dan
> disaksikan oleh pelanggan baik hati tadi, si Pemilik toko menaruh
> belanjaan
> tersebut pada sisi timbangan yang lain. Jarum timbangantidak kunjung
> berimbang, sehinggasi ibu terus mengambil barang-barang keperluannya
> dan
> sipemilik toko terus menumpuknya pada timbangan, hingga tidak muat
> lagi.
>
> Si Pemilik toko merasa sangat jengkel dan tidak dapat berbuat
> apa-apa.Karena tidak tahan, Si pemilik toko diam-diam mengambil
> sobekan
> kertas daftar belanja si Ibu kumal tadi. Dan ia-pun terbelalak. Di
> atas
> kertas kumal itu tertulis sebuah doa pendek:
>
> " Ya Allah, Engkau tahu apa yang hamba perlukan. Hamba menyerahkan
> segalanya ke dalam tanganMu."
>
> Si Pemilik Toko terdiam. Si Ibu, Louise, berterimakasih kepadanya, dan
> meninggalkan toko dengan belanjaan gratisnya. Si pelanggan baik hati
> bahkan
> memberikan selembar uang 50 dollar kepadanya.
>
> Si Pemilik Toko kemudian mencek dan menemukan bahwa timbangan yang
> dipakai
> tersebut ternyata rusak. Ternyata memang hanya Tuhan yang tahu bobot
> sebuah
> doa.



Silahkan share artikel ini : :
 
Web ini dikembangkan oleh PUSAT MULTIMEDIA
Template Created by Creating Website Modify by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger