Fenomena ghozwul fikri makin
hari kian menampakkan hasil yang sulit untuk dicegahperluasannya.
Invansipemikiran ini ternyata lebih berbahaya ketimbang serangan militer
konvensional. Jika pada peperangan senjata musuh yang dihadapi mudah untuk
dideteksi, sedangkan perang pemikiran ini sangat sulit untuk menentukan antara
kawan dan lawan. Bukan lagi senjata yang digunakan untuk memerangi umat islam,
berbagai sarana dapat menjadi senjata perang pemikiran ini. Mulai majalah,
koran, tv, radio, produk-prodik pabrik sampai sekolah, kantor, dan senjata
hidup berbentuk manusia-manusia islam yang berhati dan berpola hidup ala barat.
Hari demi hari makin banyak kita saksikan korban berjatuhan tanpa
menyadari kekalahan yang tengah dideritanya. Sikap hidup permisivisme yang
membolehkan segala hal tanpa mengindahkan yang mana halal dan haram makin
tampak dal;am masyarakat kita. Perbuatan-perbuatan yang melecehkan agama makin
kerap dilakukan hingga ke batas wajar tanpa dosa. Bertebaran remaja yang
menyelewengkan hawa nafsunya makin mewarna pojok-pojok kota dan desa. Semua ini
belum lagi ditambah meraja lelanya kemugkaran dalam segala bentuknya. Seluruh
dilakukan tanpa rasa takut atau malu bahkan bangga dan gembira dengan semua
itu.
Setidaknya ada empat metode yang dirancang untuk menaklukkan wilayah
pemikiran umat muslim.
1. Metode
pencemaran atau pengaburan (tasywih).
Cara ini upaya menggambarkan islam dalam bentuk yang kabur dengan nilai
islam itu sendiri. Sebagai contoh kasus adalah adanya tabligh akbar yang
didampingi dengan pentas musik dengan pendukung da’I kondang baru-baru ini,
cara itu seolah-olah mensiratkan sahnya menggunakan musik sebagai sarana
da’wah.
Belum lagi tashwih yang dilontarkan melalui media cetak.
Artikel-artikel dikoran atau majalah yang sering kali menggambarkan kejamnya
hukum hudud(pidana) dalam islam. Penggambaran secara salah dengan disengaja
tentang pontong tangan, rajam dan hukum cambuk dengan menonjolkan aspek
jasadiyah semata masih kerap ditemui dikoran-koran dan majalah-majalah.
Sementara aspek keadilan dan kedmaian yang dihasilkan tidak pernah diungkapkan.
- Metode penyesatan (tadhlil)
. Pola ini berusaha untuk meyesatkan
umat islam mulai dari yang halus sampai yang kasar. Tujuan dan sasarannya
adalah penyimpangan gerak umat islam. Contohnya upaya mengiring untuk mencintai
hal-hal yang mistik dan magic yang tak jarang menyerempet pada hal yang syirik.
- Metode pembaratan (taghrib).
Pola ini berupaya mengadopsi seluruh kekayaan barat kedalam diri umat
islam. Mulai dari berdatangannya penyanyi dan pemain film dari barat dengan
segala kerusakan moral yang dibawanya hingga pada jenis dan model pakaian yang
dikenakannya. Lagu-lagu, film-film, potongan rambut, sepatu, tas, hingga gaya
hidup dan menu makanan semuanya harus is like the west.
- Metode modernisme (‘Ashriyah).
Ide gaya hidup dahulu adalah
kuno dan terbelakang sementara barat identik denga modren. Tinggalkan yang kuno
termasuk Rasul dengan para sahabat yang hanya membuat hidup muram dan buram.
Slogan itu terus-menerus dilontarkan melalui media. Dan lain sebagainya.
Keempat metode ini berlangsung bersamaan dan saling memberikan resultan
sehingga makin menimbulkan dampak yang menyeluruh. Tashwih menyebabkan banyak
generasi baru umat ini yang pergi meninggalkan islam. Atau bisa aja berbentuk
menerapkan ajaran islam dalam skala yang lokal dan parsial sehingga menimbulkan
dampak buruk dan rendahnya wajah islam dan muslim. Sementara itu tadhlil
menyimpangkan umat dari arah yang benar menuju perbuatan yang syirik dan penuh
dosa. Dan taghrib serta ‘ashriyah makin menenggelamkan gambaran sejarah
kebudayaan gemilang yang telah ditinggalkan oleh Rasul dan para sahabat.
URGENSI MEMPELAJARI GHOZWUL FIKRI
Istilah ghozwul fikri adalah
istilah baru yang merupakan produk dari organisasi Ikhwanul Muslimin.
Saran untuk mempelajarinya datang setelah selesai perang salib 7 yang dipimpin
oleh Louis IX, yang ketika itu ditawan di Mesir tepatnya di Manshurah, ditempat
seorang penduduk yang namanya Luqman, yang akhirnya keluarlah memori dengan
kata-kata:”Kita sama-sama menjalani pertarungan panjang antara islam dan barat.
Tak mungkin kita menghancurkan islam karena memiliki manhaj yangoperasional
yang bernama jihad fi sabilillah. Selama ada jihad ini umat islam tidak akan
kalah maka harus dibuat penyimpangan arti (ta’wil) dan pendangkalan (tasykik).
Fenomena gozwul
fikri merupakan bagian yang tidak terpisah dari rencana barat untuk
menghancurkan islam dan merupakan bagian dari ghazawat, simultan dan terus
menerus.
“… Mereka
tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu
dari agamamu (kepada kekafiran ), seandainya mereka sanggup.”(Q.S. Al
Baqarah)
urgensi dari
mempelajari ghozwul; fikri yang pertama adalah mengetahui musuh-musuh islam.
Pada hakekatnya musuh dibagi dua. Yang pertama syetan yang berbentuk jin dan
yang kedua syetan yang berbentuk manusia. Syetan dari jenis mannusia adalah
mereka yang kafir, musyrik,munafik, dan sebagainya. Kemudian bagaimana tipu
daya syetan ? Maka kita harus kembali kepada Al Qur’an, karena banyak kaum
muslimin yang kurang memahami musuh-musuh islam, akibatnya musuh-musuh tersebut
dijadikanteman akrab dan dilindungi.
“Dan demikianlah
kami jadikan bagi tiap-tiap nabi-nabi itu musuh, yaitu syetan-syetan (dari
jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebagian dari mereka membisikkan kepada
sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia).
Kalau Rabb-mu menghendaki niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka
tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.” (Q.S. Al An’am:112)
Ayat
ini menjelaskan bahwa syetan adalah musuh para nabi, sudah barang tentu berlaku
pula untuk risalahnya. Dan syetan senantiasa membisikkan kata-kata berhias yang
sifatnya ghurur dalam bentuk modern, inilah mungkin salah satu bentuk Ghozwul
Fikri. “Sesungguhnya tipu daya syetan itu lemah” (Q.S. An nisa’:76), maka
perlakukanlah syetan itu sebagai musuh. Dalam surat An Naasdijelaskan bahwa
jenis syetanterdiri dari jin dan manusia. Syetan dalam bentuk jin menggoda
tetapi tidak bisa memaksa, tetapi syetan dalam bentuk manusia bisa menggoda
sekaligus memaksa. Pemaksaan yang dilakukan oleh syetan yang berbentuk
manusiabergantung radiusnya. Jika seseorang kepala rumah tangga maka ia bisa
memaksa isi rumah tersebut, dan jika ia seorang pemimpinmaka ia bisa memaksa
seluruh anggota y6ang dipimpinnya tersebut. Dengan demikian syetan yang
berbentuk manusia lebih berbahaya dibanding syetan yang berbentuk jin.
Sekarang bagaimana
dengan tipu daya kafir apakah lemah atau kuat. Disebutkan dalam firman Allah
Swt:
“…Sesungguhnya
orang-orang kafir adalah musuh yang nyata bagimu.” (Q.S. An Nisaa’:101)
“ Itulah (karunia
Allah yang dilimpahkan kepadamu), dan sesungguhnya Allah melemahkan tipu daya
orang-orang kafir.” (Q.S. Al Anfaal: 18)
Jelaslah bagi kita
bahwa tipu daya orang-orang kafir tidak memiliki kekuatan apa-apa, alias lemah.
“ Sesungguhnya
syetan itu tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal
kepada Raaa-nya. Sesungguhnya kekuasaannya (syetan) hanyalah atas orang-orang
yang mengambilnya jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya
dengan Allah.” (Q.S. An Nahl: 99-100)
Jadi
jika mu’min yang kuat tidak ada kekuatan syetanuntuk menggodanya. Agar kita
terhindar dan selamat dari tipu daya syetan maka bisa dilakukan studitipu daya
musuh-musuh Islam. Kalautidak demikianmak muncul fenomena anak dari
kalangankeluarga islam disekolahkan disekolah kristen.
Urgensi
selanjutnya adalah bahwa mempelajari ghozwul fikri merupakan konsekwensi logis
gerakan islam. Kita harus melawan permusuhan mereka seimbang dengan orang yang
memusuhi kita. Kita bisa seimbangdengan orang yang memusuhi kita. Konsekuensi
logisnya kita harus bisa mempelajari secara detailnya Sayyidina Umar Ra pernah
berkata: “ Siapa saja tidak akan mengenal hakikat islam, jika ia tidak mengenal
hakikat jahiliyah.” Hakikat disini tentu saja menyangkut inti, hakikat, dan
sepak terjangnya.
“ Dan bagi
orang-orang yang apabila mereka diperlakukan secara zalim mereka membela diri.”
(Q.S. Asy Syuara: 39)
Dan yang terakhir
mempelajari ghozwul fikri merupakan suatukewajiban yang harus dikaji dalam
pergerakan Islam.
“Dan apabila
kamumelihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka
berkata kamumendengar perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang
tersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada
mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya) maka waspadalah terhadap mereka;
semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari
kebenaran) ?” (Q.S. Al Munafiqun: 4)
Dalam kalimat ini ada
fahdzarhum (berhati-hatilah). Bagaiman kita bisa hati-hati kalau kita tidak
memahami hakikat kata-katanya.
“ Hai orang-orang
yang beriman, bersiaplah siagalah kamu, dan majulah ( ke medan pertempuran)
berkelompok-kelompok atau majulah bersama-sama.” (Q.S.AnNisaa’: 71)
Bagaimana
kita dapat waspada kalau kita tidak memiliki kesadaran. Mereka yang waspada
adalah orang-orang yang memahami urgensi dari 1 sampai 4 tadi. Sebuah riwayat
mengatakan bahwa Umar Ra mendapatkan manuskrip dari orang Yahudi kemudian
dibawa ke Rasulullah Saw. Rasulullah Saw menjawab: “bagaiman mereka dapat
menunjuki kalian padahal mereka dalm kesesatan.”