Selamat Datang di Website Romo Selamat Suwito
Selamat Datang dan Selamat Menikmati Blog Ini

Selasa, 26 Februari 20130 komentar





AKHLAQ DA’I





Dakwah merupakan usaha menyeru, mengajak dan mengarahkan manusia dari kehidupan yang tidak Islami kepada kehidupan yang Islami. Tugas ini merupakan kewajiban bagi setiap muslim, baik pria maupun wanita, remaja maupun orang dewasa dan seterusnya. Ini berarti, dakwah bukan hanya kewajiban mereka yang selama ini kita sebut dengan ustadz, kiayi, ulama dan muballigh. Dengan demikian siapa saja yang berdakwah bisa disebut sebagai da’i meskipun latar belakang pendidikannya bukan dari jenjang pendidikan keagamaan yang formal dan profesinyapun berbeda-beda.



Dalam berdakwah, tentu saja seorang da’i menghendaki keberhasilan, dan ukuran keberhasilan dakwah adalah terjadinya perubahan pada diri orang yang didakwahi dari kehidupan yang tidak baik kepada kehidupan yang baik, dari benci kepada Islam kepada mencintai. Tegasnya, objek dakwah bisa berubah dari keadaan yang apa adanya kepada keadaan yang seharusnya sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah dan Rasul-Nya. Keberhasilan dalam dakwah tidaklah semata-mata ditentukan oleh kemampuan sang da’i, tapi juga sebagai faktor terpentingnya adalah kepribadian sang da’i itu sendiri, yaitu memiliki akhlaq yang mulia.



Pada dasarnya akhlaq seorang da’i itu tercermin dari pesan-pesan dakwah yang dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Jika dalam dakwahnya ia selalu berpesan agar manusia menegakkan shalat, maka shalat itu memang sudah dilaksanakannya, kalau ia menganjurkan orang untuk berinfaq, maka infaq memang sudah dilaksanakannya. Begitulah seterusnya.



Manakala terjadi kontradiksi antara apa yang dikatakan dengan prilakunya sehari-hari, seorang da’i bukan hanya tidak akan memperoleh nilai yang baik dari Allah, tapi dia malah mendapatkan murka dari Allah. Sebagaimana dalam firman-Nya:







Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan (QS: 61:2-3).



Bahkan lebih tegas lagi, orang yang demikian dianggap oleh Allah seperti orang yang tidak punya akal, sebagaimana firman Allah:





Mengapa kalian suruh orang lain (melakukan) kebajikan, sedangkan kamu melupkan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat) maka tidakkah kamu berakal? (QS:2:44)



Dakwah yang dilakukan tanpa mengamalkan pesan-pesan dakwahnya akan sangat sulit untuk bisa diterima oleh sang mad’u sampai ke dalam hatinya. Padahal memasukkan pesan-pesan dakwah tidak hanya sampai ke “kepala” orang lain dalam arti bukan sekedar untuk dipahami tapi juga harus dilaksanakan yang membuat terjadinya perubahan dan orang akan melaksanakannya kerena dorongan dari hati. Hal ini diumpamakan seperti orang melempar batu ke dalam air, mestinya batu itu tenggelam ke dasar air, tapi yang terjadi batu itu hanya mengambang di atas permukaan air, batu itu disebut dengan batu apung. Dakwah yang dilakukan tanpa pengamalan yang baik bisa diumpamakan seperti orang yang melempar batu ke air, tapi batunya hanya mengambang di atas permukaan air karena batu yang dilemparkan adalah batu apung.

CIRI AKHLAQ DA’I



Pembicaraan tentang akhlaq tentu saja sangat luas. Karena itu pembicaraan dalam konteks akhlaq untuk para da’i bisa kita batasi dalam bentuk ciri-ciri akhlaq da’i. Paling kurang ada lima sifat yang berkaitan dengan akhlaq yang harus ada pada diri seorang da’i.



1. Hubungan Yang Dekat Kepada Allah



Da’i adalah pembawa misi dari Allah. Karena itu mutlak bagi seorang da’i untuk memperkokoh hubungan yang dekat kepada Allah Swt, apalagi dakwah itu sendiri memang bermaksud mendekatkan manusia kepada Allah Swt. Hubungan yang dekat dari seorang da’i kepada Swt Allah adalah dalam bentuk tumbuhnya perasaan pada dirinya akan selalu merasa dilihat atau diawasi oleh Allah Swt. Tumbuhnya perasaan ini membuat seorang da’i tidak berani melakukan penyimpangan atau penyelewengan dari jalan yang telah ditentukan-Nya, ini yang memang dikehendaki oleh-Nya. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an:





Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syari’at (peraturan) dari suatu urusan, maka ikutilah syari’at itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui (QS 45:18).



Untuk bisa menumbuhkan perasaan dekat kepada Allah itulah, ajaran Islam seperti shalat, puasa, zakat, haji serta bentuk-bentuk peribadatan lainnya seperti tilawah Al-Qur’an, wirid/dzikir dan sebagainya harus dilaksanakan oleh seorang muslim apalagi bagi seorang da’i.



2. Ikhlas Dalam Berdakwah



Dakwah Islam tentu saja menuntut adanya keikhlasan dalam pelaksanaannya oleh seorang da’i. Ini berarti, seorang da’i harus berdakwah hanya semata-mata karena Allah Swt bukan karena-karena yang lain. Manakala keikhlasan telah tertanam dalam pelaksanaan tugas dakwahnya, maka seorang da’i akan terus melaksanakan tugas dakwahnya itu meskipun banyak orang yang tidak menyukainya, bahkan dia tetap akan berdakwah meskipun tidak ada orang yang memujinya dan juga tidak akan bertambah semangat dalam berdakwah karena mendapat pujian dari manusia.



Dengan keikhlasan, seorang da’i akan melaksanakan tugas dakwah dengan hati yang ringan meskipun sebenarnya tugas yang dilaksanakan itu berat, sebaliknya, tanpa keikhlasan, meskipun ringan tugas yang akan dilaksanakan, dia akan merasakan sebagai sesuatu yang berat. Perintah harus berlaku ikhlas terdapat dalam firman Allah:





Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan penuh keihlasan kepada-Nya dalam menjalankan agama dengan lurus, dan supaya mereka menegakkan shalat, menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus (QS. 98:5).



3. Sabar Dalam Berbagai Keadaan



Dakwah merupakan tugas yang secara duniawi bisa merasakan ada enak dan ada tidaknya. Dakwah menjadi enak dari sisi duniawi apabila banyak orang yang mengikutinya, para pengikut itu kemudian memberikan penghormatan kepada sang da’i, baik dari segi status sosial sampai kepada materi sehingga tidak sedikit para da’i yang telah mencapai kecukupan materi bahkan kelebihan. Namun sebaliknya dakwah adakalanya memperoleh hal-hal yang tidak menyenangkan, hal-hal yang tidak enak seperti caci maki, permusushan, pemboikotan sampai kepada pembunuhan.



Terlepas dari enak dan tidak enak, seorang da’i yang baik akan selalu sabar menghadapinya, sabar dalam arti tetap berpendirian pada yang benar. Kesulitan tidak membuatnya putus asa dari kemungkinan mencapai keberhasilan dakwah dan kesenangan tidak membuatnya menjadi lupa diri hingga tidak berani lagi mengatakan dan menegakkan yang haq (benar). Kesabaran seperti inilah yang membuat seorang da’i akan memperoleh keberuntungan dunia maupun akhirat, Allah berfirman:







Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (diperbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung (QS. 3:200).



4. Menggunakan Pembicaraan Yang Baik



Tugas utama dari dakwah adalah penyampaian ajaran Islam, salah satu bentuk penyampaiannya adalah melalui pembicaraan. Karena itu seorang da’i harus berbicara dengan kata-katanya yang baik, baik menyangkut isi pembicaraan, pilihan kata yang tetap sampai kepada gaya bicara yang sesuai dengan misi dakwahnya.



Kemampuan seorang da’i menggunakan pembicaraan yang baik membuat dia termasuk orang yang mampu membuktikan keimanannya kepada Allah Swt dan hari akhir, dalam kaitan ini Rasulullah Saw bersabda:



Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berkata yang baik atau diam.(HR. Bukhari dan Muslim)



5. Memiliki Kesungguhan Dalam Berdakwah



Dakwah sebenarnya tugas yang berat, karena itu tidak sedikit orang yang telah berjatuhan dari jalan dakwah, baik berjatuhan karena hal-hal yang menguntungkan dirinya seperti pengaruh di masyarakat yang semakin besar, penghormatan masyarakat kepadanya yang kadangkala berlebihan maupun jatuh karena hal-hal yang merugikan dirinya seperti beban dan tanggung jawab yang terlalu besar dan sebagainya. Dalam kaitan ini seorang da’i sangat dituntut untuk memiliki kesungguhan dalam berdakwah sebab dengan kesungguhan itulah jalan yang licin dan mulus bisa dilalui dengan baik tanpa melakukan penyimpangan atau hal-hal yang tidak wajar dan hal-hal yang tidak menyenangkan bisa dihadapi dengan hati-hati tanpa harus berputus asa.



Manakala seorang da’i bisa nemiliki kesungguhan, maka dia akan memiliki kesanggupan untuk menanggung segala resiko. Kesungguhan membuat seorang da’i akan berjuang dengan sebenar-benarnya, hal ini karena dia memang yakin bahwa Allah Swt tidak bermaksud menyempitkan hati dan pikiran hamba-hamba-Nya yang berjuang, Allah berfiman:





Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan (QS. 22:78).



Dari gambaran diatas. Kita semakin menyadari bahwa dakwah itu tidak hanya semata-mata menyampaikan ajaran Islam, tapi juga ada konsekuensi dari penyampaian itu, yakni memiliki integritas pribadi seorang da’i yang tidak diragukan, syakhshiyyah da’iyah (kepribadian seorang da’i) seperti inilah yang membuat pesan-pesan dakwah menjadi “berat” dan bisa tenggelam ke dalam lautan hati manusia sehingga dari sinilah umat manusia akan tergerak untuk mewujudkan Islam dalam kehidupan mereka.
















Silahkan share artikel ini : :
 
Web ini dikembangkan oleh PUSAT MULTIMEDIA
Template Created by Creating Website Modify by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger