Selamat Datang di Website Romo Selamat Suwito
Selamat Datang dan Selamat Menikmati Blog Ini

Start from Zero

Minggu, 11 Januari 20090 komentar

“Barang siapa mengenal dirinya maka sungguh dia akan mengenal Tuhannya.” (Ali bin Abi Thalib ra)

Menjadi orang besar tak harus keturunan darah biru,dari kalangan ningrat, jet set atau kelas berat. Adapun bagi Anda yang telah memiliki posisi, jabatan, kedudukan, gelar atau apapun atribut duniawi yang dimiliki, mari kita kembali men-zero-kan diri untuk mampu melesatkan dan melejitkan jiwa menuju prestasi mulia : taqwa dan fadhilahnya, hidup mulia dan berakhir bahagia, happy ending full barokah.
Zero-kan diri dengan Laa ilaaha illallah
Urgensi “Laa ilaaha illallah”
Pintu masuk ke dalam Islam
Asas perubahan
Intisari ajaran Islam
Misi Abadi para Nabi dan para da’i
Pintu kemuliaan dunia dan akhirat

Allah berfirman, “Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.”
(QS. Muhammad: 19)

Kembalilah ke titik nol : siapa sesungguhnya dan sebenarnya kita? Agar kalau sukses tak jumawa dan membusungkan dada, dan kalau gagal tak putus asa dan menutup muka. Maka “lebih baik hidup mulia dengan iman, taqwa dan full izzah daripada hidup sengsara karena maksiat dan dosa.” Bukan begitu, saudara?
Mengapa Laa ilaaha illallah bisa menzerokan diri kita?
“Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan? Dia diciptakan dari air yang dipancarkan, yang keluar dari antara tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan.”
(QS. Ath Thariq: 5-7)

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.”
(QS. Al Mu’minun: 11-14)

Begitulah sekilas proses kita, sekedar untuk mengingatkan kembali keberadaan kita bahwa kita adalah zero, innaa lillahi wa innaa ilaihi rooji’un…sesungguhnya kita adalah milik Allah sesungguhnya kepada-Nya lah kita kembali

Kita zero karena lahir tak punya dan tak tahu apa-apa. Allahlah yang menganugerahkan aneka piranti untuk bisa hidup dan eksis di muka bumi.

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun (zero), dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”
(QS. An Nahl: 78)

Kita masing-masing lahir dari “zero” dan akan kembali “zero” menjadi mayat yang tak bernilai. Inna lillaahi wa innaa ilaihi rooji’un. Oleh karena itulah, nilai kita tergantung bagaimana kita mengisi dan memperlakukan diri menjadi unggul dan berprestasi.
“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu adalah orang yang paling taqwa diantara kamu.”
(QS. Al Hujurat: 13)

Jadi kuncinya adalah bagaimana kita melakukan percepatan diri untuk menjadi orang yang paling taqwa (hero). Lalu, mengapa kita tidak memberdayakan potensi pendengaran, penglihatan dan hati untuk bersyukur? Mengapa malah kufur? Mengapa kita banyak menebar maksiat bukannya meneguhkan taat? Mengapa kita hobbi bergelimang dosa bukan berebut pahala?

Pengaruh kalimat ini sungguh dahsyat. Para pahlawan tidak takut kehilangan rezeki, tidak takut kehilangan pangkat dan jabatan dalam menyuarakan kebenaran. Mereka tak minder karena kecacatan dan keterbatasan, karena ia yakin dari Allah sumber kekuatan dan kemuliaan. Mereka berhukum dengan hukum Allah untuk menghadirkan solusi kehidupan.
Dahsyatnya “Laa ilaaha illallah”
Laa : kalimat peniadaan yang bermakna tidak.
Ilaah : yang ditolak, al munafiy.
Illaa : ungkapan pengukuhan, itsbat, yang bermakna melainkan, pengecualian.
Allah : adalah yang dikukuhkan, di-itsbat-kan, ditegaskan.

Maka kalimat “Laa ilaaha illallah” mengandung makna “tidak ada ilah yang berhak untuk disembah (zero : 0) kecuali Allah (1).”
Menurut ilmu matematika, bilangan satu dibagi nol menjadi mendekati tak terhingga. Yakni penghambaan total kepada yang Maha Dahsyat, hanya kepada Allah. Allahush shamad, Allah tempat bergantung. Iyyakana’budu wa iyyaaka nasta’iin, hanya kepada Mu ya Allah dan hanya kepada Engkau kami mohon pertolongan.

Saudaraku…
Silahkan Anda cari momentum tepat kalimat ini, lalu temukan nilai zero dalam penghambaan kepada Nya dan raih kedahsyatan hero saat melafazhkannya.
Zerokan dengan Dzikrullah

Pernahkah Anda berdzikir? Apa yang Anda rasakan? Pernahkah Anda berdoa? Apa yang Anda dapatkan? Nah, bila selama ini dalam dzikir dan ibadah kita maupun aktifitas kita belum mendapatkan apa-apa secara ruhaniyah, saatnya kita dahsyatkan diri untuk mendapatkan energi lebih. Siapkan dirimu, bersiap siagalah!
Lalu kapan dan bagaimana kita menzerokan diri dengan dzikrullah?
Dzikir itu sepanjang waktu, seluas hamparan bumi Allah, kecuali ditempat-tempat terlarang saja. Untuk menggali energi dahsyat dzikir dapat dipahami dengan cerdas, jadikan full dzikir untuk memandu fikir, memadukan ayat kauniyah semesta dengan ayat qauliyah dalam kitab-Nya untuk mendekatkan kepadanya. Semakin dekat dengan sumber energi, tentu semakin dahsyat hidup kita, semakin mudah pengabulan doanya, semakin mantap langkahnya, dan dan terhindar dari musuh-musuhnya.
Zerokan diri dengan Trilogi Tarbiyah

“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul diantara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”
(QS. Al Jumu’ah: 2)
Zerokan diri dengan Dzikrul Maut
Ingat Mati Hidup Berarti
Rasulullah saw bersabda, “Banyaklah mengingat penghancur kelezatan dunia yakni kematian.”
(HR. Tirmidzi)

Kita itu zero, kita tak punya apa-apa, karena kita semua milik Allah, maka dahsyatkan diri, fokuskan orientasi, bangun visi, miliki misi, bentuk persepsi hanya kepada Allah.

Zero berarti kembali ke titik nol. Kita dari Allah “inna lillaah” maka mati kembali kepada Allah “ilaihi rooji’uun” juga harus “lillah” untuk Allah. Apabila kita telah fokus “lillah” justru apa yang kita kerjakan, lakukan, amalkan, investasikan, akan menjadi milik kita, karena Allah lah yang mengganti keikhlasan, “lillah” kita dengan jannah. Inilah transaksi zero to hero.
Adapun kematian dapat dilihat pada tiga ciri:
Mati itu haq dan pasti. Bagaimana cara kita mati?
Mati itu ghaib. Mengapa takut mati tapi tidak mempersiapkan diri?
Mati itu tiba-tiba. Apalagi yang ditunggu-tunggu dan mengapa amal ditunda-tunda?
Innaa lillahi wa inna ilaihi rooji’un
Silahkan share artikel ini : :
 
Web ini dikembangkan oleh PUSAT MULTIMEDIA
Template Created by Creating Website Modify by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger