Selamat Datang di Website Romo Selamat Suwito
Selamat Datang dan Selamat Menikmati Blog Ini

Muhammad Al-Fatih ( Usia 24 Tahun Taklukkan Konstantinopel )

Sabtu, 04 Mei 20130 komentar




Muhammad Al-Fatih ( Usia 24 Tahun Taklukkan Konstantinopel)

“Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin, dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan,” demikian hadist riwayat Ahmad bin Hanbal Al-Musnad merekam sabda yang diucapkan Rasulullah SAW pada abad ke-7, ketika penduduk kawasan jazirah Arab belum seluruhnya memeluk Islam.

Pada usia 12 tahun, Al-Fatih magang jadi kepala daerah. Usia 21 tahun dilantik jadi gubernur. Dan pada usia 24 tahun Al-Fatih menaklukkan Konstantinopel!

Dibuka dengan hadist itu, film Fetih 1453 menghadirkan kisah nyata ratusan tahun silam, ketika benteng Konstantinopel yang selama ratusan tahun tak bisa ditembus, dalam tempo 54 hari berhasil dijebol pasukan Kesultanan Utsmani yang dipimpin Sultan Muhammad II atau Sultan Mehmed II. Dan seperti sabda Rasulullah SAW delapan abad silam, pada hari Selasa 20 Jamadil Awal 857 H atau 29 Mei 1453 itu Konstantinopel jatuh ke tangan Islam, ditaklukkan Sultan Mehmed II yang baru berusia 24 tahun!

Karya sineas Turki yang disutradarai Faruk Aksoy itu diproduksi sejak September 2009 hingga Januari 2011 dan konon menelan biaya US$17 juta, sekitar Rp160 miliar. Pada Februari 2012 lalu, Fetih 1453 diputar serentak di Mesir, Turki, Uni Emirat Arab, Kazakstan, Ajerbaizan, Inggris, Amerika Serikat, Perancis, Jerman, Georgia, Macedonia, dan Rusia. Sayang, sampai hari ini Fetih 1453 belum masuk Indonesia.

Anak Manja
Siapakah panglima perang yang pada usia 24 tahun mashyur disebut Muhammad Al-Fatih alias Muhammad Sang Penakluk itu?

Putra ketiga Sultan Murab II, khalifah kerajaan Turki Utsmani, itu lahir 20 April 1429 M atau 28 Rajab 833 H. Semasa kecil ia dikenal sebagai anak manja dan tidak disiapkan sebagai putra mahkota. Tapi, setelah kedua kakak lelakinya meninggal di usia muda, sang ayah mendatangkan Syeikh Ahmad bin Ismail Al-Kurani, seorang Ulama Kurdi, sebagai guru Muhammad. Selain itu Muhammad juga harus belajar keras pada Syeikh Khairuddin, Syeikh Sirajudin Al-Habi dan ulama terkemuka lainnya.

Pada usia 12 tahun, Muhammad magang jadi kepala daerah. Usia 21 tahun dilantik jadi gubernur ibu kota. Di usia 23 tahun Muhammad dinobatkan sebagai pemimpin Kesultanan Utsmani dan mulai berancang-ancang menggempur Konstantinopel.

Muhammad memang sungguh-sungguh berhasrat menaklukkan Konstantinopel, meskipun selama 700 tahun sudah banyak panglima dan mujahid yang gagal meraih kemenangan. Juru tulis Rasulullah SAW, Muawiyah ibn Abu Sufyan, pada 668 M, adalah orang yang pertama kali menggempur Konstantinopel. Tapi, Muawiyah gagal menembus pertahanan Konstantinopel yang tersohor tangguh—bahkan membuat Abu Ayyub Al-Anshari, seorang sahabat Rasulullah SAW, syahid di ujung pedang tentara Konstantinopel.

Di zaman Umayyah, Abbasiyah hingga masa Harun al-Rasyid, usaha menggempur Konstantinopel tetap gagal. Sultan Murad II, ayah Muhammad, yang beberapa kali menyerbu Konstantinopel juga selalu kalah. Namun, ketika Sultan Murad II menyerahkan tampuk kepemimpinan pada Muhammad, keruntuhan Konstantinopel ibarat tinggal menghitung hari.

Pemimpin Muda Usia
Setelah naik tahta bergelar Sultan Muhammad II atau Sultan Mehmed II, pemimpin muda itu mendaulat sejumlah ulama cendekia dan ahli perang, antara lain Syeikh Semsettin, sebagai guru, pendamping dan penasihat. Dengan perencanaan yang cermat dan strategi yang matang, Sultan muda usia itu merancang serangan dan memimpin 250 ribu tentara Kesultanan Utsmani. Dan seperti yang telah diceritakan di awal tulisan ini, dalam tempo 54 hari anak muda berusia 24 tahun itu mampu menaklukkan Konstantinopel.

Oleh Al-Fatih, Sang Penakluk, nama Konstantinopel diganti Istanbul (kini lazim disebut Istambul) dan dijadikan ibu kota Kesultanan Utsmani. Setelah memerintah selama 30 tahun, pada 3 Mei 1481 M pemimpin yang dicintai rakyatnya dan umat Islam di penjuru dunia itu wafat dalam usia 49 tahun. Rakyat Utsmani dan umat Islam mengenang Al-Fatih sebagai panglima perang tangguh dan pemberani, juga pemimpin yang murah hati, amanah, adil, bijaksana serta tak pernah meninggalkan shalat rowatib dan shalat tahajjud.

Dalam usia sangat muda, 12 tahun, Al-Fatih sudah dipercaya magang kepala daerah, diberi kesempatan belajar jadi pemimpin. Tak heran jika pada usia 24 tahun Al-Fatih mampu melakukan hal yang tidak pernah berhasil dilakukan oleh para pemimpin lainnya, yakni: mewujudkan kebenaran sabda Rasulullah SAW bahwa Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam.

Riwayat Al-Fatih, setidaknya memberikan pemahaman bahwa usia muda bukanlah alasan bagi seseorang untuk dianggap tidak layak tampil sebagai pemimpin. Dengan belajar pada pengalaman sang ayah, dengan berguru pada para ulama, dengan bimbingan kaum cerdik cendekia, anak muda usia 24 seperti Al-Fatih terbukti mampu melakukan hal-hal yang tidak sanggup dikerjakan oleh mereka yang usianya terpaut jauh di atasnya. Suka tidak suka, begitulah faktanya.
Silahkan share artikel ini : :
 
Web ini dikembangkan oleh PUSAT MULTIMEDIA
Template Created by Creating Website Modify by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger