Selamat Datang di Website Romo Selamat Suwito
Selamat Datang dan Selamat Menikmati Blog Ini

Ustadz Anis Matta bicara uang (3)

Rabu, 13 Maret 20130 komentar

Oleh : Ust. Anis Matta, Lc
PKS di masa yang akan dating tidak bisa mengendalikan kehidupan ini semuanya kalau hanya berkuasa di Negara tetapi tidak menguasai pasar. Tidak mungkin. Sekarang ini kita akan menemukan secara individu, banyak individu yang lebih kaya dari Negara. Oleh karena itu gabungan dari beberapa individu justru dapat dengan mudah mengintervensi Negara dan memiskinkan Negara. Kalau kita hanya masuk ke dewan, padahal dewan itu hanyalah bagian kecil dalam panggung Negara, masih ada eksekutif masih ada yudikatif. Kita hanya punya sedikit di dewan itu, dan di dewanitu masih sedikit pula. Kita lihat daerah kekuasaan kita, dakwah ini ke depan hanya bisa menekan, menguasai, mengendalikan situasi kalau kita punya orang yang terdistribusi secara merata, memimpin Negara, memimpin civil society, dan memimpin pasar. Baru kita akan digjaya sebagai sebuah gerakan dakwah.
Ketiga, bagaimana kita memulai membangun kehidupan financial kita.
Pertama, perbaiki ide kita tentang uang. Ide itu adalah wilayah kemungkinan, “space of possibility”. Semua yang menjadi mungkin dalam ide kita pasti akan menjadi mungkin dalam realita. Ide itu adalah tempat penciptaan pertama sedangkan realitas itu adalah tempat penciptaan kedua. Jadi tidak ada realitas yang terjadi dalam kehidupan ini tanpa sebelumnya tercipta pertama kali dalam ide- ide kita. Sebelum pesawat terbang itu di ciptakan yang pertama kali dahulu adalah ide bagaimana manusia dapat terbang seperti burung. Jadi begitu sesuatu jadi mungkin dalam ide kita, ia bisa menjadi mungkin dalam kenyataan.
Sekarang perbaikilah ide- ide kita tentang uang. Belajarlah utuk mempunyai mimpi besar tentang uang. Belajarlah untuk membuat daftar rencana, Insya Allah ketika saya meninggal nanti saya mewariskan sekian banyak uang. Buatlah step ide ini luas. Karena kalau space of possibility kita ini luas maka space of reality kita jadi luas. Kalau kita lihat mobil, belajarlah mempunyai selera yang bagus.
Supaya ide- ide ini tumbuh dengan baik kita perlu dari sekarang membaca sebuah buku tentang uang. Bacalah buku diantaranya The Millionaire Mind, ada dua buku yang ditulis oleh penulis yang sama karena ini adalah risetnya. Selanjutnya The Millionaire Dead. Ini adalah penelitian yang dilakukan terhadap cara berpikir orang- orang kaya yang ada di Amerika. Kemudian buku One Minute Millionaire (Bagaimana menjadi Milliuner dalam 1 menit) dan ini juga punya website, kita bisa masuk websitenya, mereka punya psikotest kalau kita ingin mengetahui apakah kita punya talenta jadi orang kaya atau tidak.
Alamat websitenya www.oneminutemillio naire.com . Buku yang ketiga adalah semua buku Robert T Kiyosaki. Yang ke-4 ini buku lama tapi termasuk buku- buku awal yang dibaca orang tentang uang yaitu buku yang ditulis oleh Napoleon Hill, Think and Grow Rich, Berfikir dan menjadi Kaya. Buku terakhir ini adalah buku yang sangat lama karena diterbitkan pada tahun 80-an dan ditulis tahun 70-an, tapi menurut saya rasa masih masih relevan untuk dibaca. Ini buku- buku dasar semuanya bagi pemula. Dan saya rasa penting juga untuk mendapatkan landasan syar’I yang bagus tentang hal ini apabila kita baca juga buku yang ditulis oleh syeikh Yusuf Qordlowi tentang nilai- nilai moral dalam ekonomi Islam.
Perbaiki dahulu ide kita tentang uang, perbaiki tsaqafah tentang uang dan mulailah mempunyai mimpi besar untuk menjadi orang kaya, supaya kita Insya Allah naik derajatnya dari amil zakat menjadi muzakki. Supaya kita datang kepada orang jangan lagi bawa proposal, itu yang benar. Sering- seringlah ke tempat- tempat mewah, jalan- jalan saja untuk memperbaiki selera.
Saya punya 1 halaqah yang terdiri dari anak- anak LIPIA. Mereka datangnya dari kampong, dari pesantren semuanya. Saya tahu mereka membawa background, di backmindnya itu ada psikologi orang kampung yang tidak pernah bermimpi menjadi orang kaya. Saya Tanya kamu nanti setelah selesai dari LIPIA mau kemana? Mereka bilang Insya Allah kita mau pulang ke kampung mengajar ma’had, mengajar bahasa Arab. Suatu hari saya ajak mereka, hari ini tidak liqa’, tetapi saya tunggu kalian di Hotel Mulia. Saya ada di suatu tempat dan mereka tidak melihat saya. Saya suruh mereka berdiri di lobby. Mereka datang pakai ransel karena mahasiswa datang pakai ransel, diperiksa lama oleh security, karena penampilannya sebagai orang miskin dicurigai membawa bom. Saya lihat dari atas. Itu masalah strata, kalau antum datang pakai jas dan dasitidak ada yang periksa antum di ditu, karena yang datang pakai ransel tampang kumuh.
Kemudian mereka bertanya dimana antum ustadz, saya bilang antum tunggu saja disitu. Saya dekat mereka tapi mereka tidak bisa melihat, saya hanya memperhatikan apa yang mereka lakukan. Kira- kira 2 jam mereka saya suruh di situ, mondar- mandir di lobby. Minggu depan saya Tanya apa yang antum lihat disana. Orang lalu lalang, jawab mereka.
Saya Tanya, pertama, apakah ada satu orang yang lalu lalang yang antum lihat yang mukanya jelek, dia bilang tidak ada. Semuanya ganteng- ganteng semuanya cantik- cantik. Jadi ada korelasi antara wajah dan kekayaan. Makin kaya seseorang makin baik wajahnya. Kedua, ada tidak yang memakai pakaian yang tidak rapi kecuali antum. Dia bilang tidak ada, semuanya rapi. Jadi dengan latihan seperti ini pikirannya sedikit mulai terbuka. Karena ia membawa bibit dalam pikirannya untuk menjadi orang miskin. Sekarang Alhamdulillah mereka bertiga sekarang ini sedang kuliah di UI ambil S2 Ekonomi Islam.
Ikhwah sekalian jadi kita perbaiki insting kita. Pertama kali kita perbaiki tsaqafah kita. Jadi hadirkan buku- buku itu kedalam rumah dan mulai dari sekarang anak- anak kita juga mulai di ajari tentang uang. Ikutilah kursus- kursus tentang entrepreneurship supaya kita dapat memperbaiki dulu citra kita tentang uang.
Kedua, menyiapkan diri untuk menjadi kaya. Orang- orang kaya yang bijak itu mempunyai nasehat yang bagus, mereka mengatakan “sebelum anda menjadi kaya latihanlah terlebih dahulu menjadi kaya”. Hiduplah dengan hidup gaya orang kaya. Orang kaya itu optimis. Bagi orang kaya biasanya tidak ada yang susah. Bagi mereka semuanya mungkin, karena itu mereka selalu optimis. Jadi yang harus dihilangkan dari kita adalah pesimis. Saya punya seorang teman sekarang jadi kaya, dia datang ke Jakarta hanya sebagai pelatih karate dan tidak ada duitnya, tapi supaya tidak ketahuan oleh istrinya bahwa dia tidak punya pekerjaan, setiap habis sholat subuh dia pergi lari olahraga, setelah itu dia memakai pakaian rapi lalu keluar rumah. Dia juga tidak tahu mau kemana yang penting keluar rumah. Istrinya tidak tahu kalau dia tidak punya pekerjaan. Nanti dijalan baru ditentukan siapa yang dia temui hari ini.
Langkah pertama perbaiki dahulu sirkulasi darah kita, olahraga dulu, supaya wajah segar makan yang banyak. Banyaklah makan yang enak, daging. Sering- seringlah makan yang enak.
Menurut Utsman bin Affan makanan paling enak itu adalah kambing muda. Setiap hari mereka makan kambing muda. Makan yang enak, olah raga yang bagus supaya wajah kita berseri. Syeikh Muhammad Al- Ghozali dalam kitab Jaddid Hayataka mengatakan kenapa orang-orang Barat itu pipinya merah, karena sirkulasi darahnya bagus, gizinya bagus. Sedangkan kita orang- orang Timur kalau ketemu itu auranya pesimis, tidak ada harapan. Biasakanlah kalau orang ketemu kita ada harapan yang terlihat, makanya kalau pilih warna baju pilihlah yang cerah- cerah.
Ibnu Taimiyah mengatakan ada hubungan antara madzhab dan batin kita, pakaian apa yang kita pakai itu mempengaruhi kondisi kejiwaan kita. Jangan pakai pakaian orang tua. Ada anak umur 25 tahun pakaiannya pakaian orang tua, bagaimana nanti kalau umurnya 50 tahun pakaiannya seperti apa. Tampillah sebagai anak muda.
Cukur rambut yang bagusbagus, cukur kumis yang rapi janggut dirapikan. Rapi, supaya kita kelihatan ada optimisme. Belajarlah sedikit latihan menatap supaya sorotan mata kita kuat, perlu sedikit latihan menatap. Misalnya di pagi hariatau sore hari menjelang matahari terbenam, antum tatap matahari dan tidak berkedip matanya. Kalau bisa antum bertahan 1 menit itu bagus. Latihan saja sendiri. Di dalam kamar ambil lilin, matikan lampu, antum tatap lilin dan matanya tidak berkedip dan tidak berarir. Nanti kalau sudah terbiasa pandangan matanya kuat. Jadi kalau olahraga teratur, sirkulasi udara bagus, pikiran jadi segar, tsaqafah kita bertambah mulai memakai pakaian yang cerah- cerah. Makanya Rasulullah itu senangnya memakai baju putih. Jangan pakai yang gelap- gelap atau warna yang tidak menunjukkan semangat hidup. Jangan juga berpenampilan seperti orang tua. Sekadar untuk menunjukkan kita ini kelompok orang- orang shaleh kita pakai baju taqwa, itu pakaian orang Cina.
Pakailah baju yang segar agar dapat menunjukkan bahwa kita ada semangat. Walaupun anda sudah berumur pun tetap pakai pakaian yang muda, jangan berpenampilan tua. Artinya kita harus merendahkan diri, sebab uban tanpa diundang dia akan datang. Jadi tidak perlu menua- nuakan diri dengan sekadar tampil kelihatan dewasa, tua, bijak. Tampillah sebagai anak muda yang gesit dan optimis.
Ketiga, bergaullah dengan orang- orang kaya, perbanyak teman- teman antumdari kalangan tersebut. Ini tidak bertentangan dengan hadits yang mengatakan bahwa bab rezeki lihatlah kepada yang dibawah dan jangan lihat yang ada di atas. Antum tidak sedang tamak ke hartanya, tetapi antum sedang belajar kepada mereka. Dahulu saya suka ceramah di kalangan orang- orang kaya.
Waktu saya ceramah di rumahnya Abu Rizal Bakrie yang saat itu sedang berduit- duitnya, saya duduk dalam 1 karpet, ketika krismon pada waktu itu, sekretarisnya bilang pada waktu itu, tahu tidak bearapa harga karpet ini. Saya bilang saya tidak tahu, saya pikir sajadah biasa. Dia bilang karpet itu harganya 100 ribu Dollar. Karpet kecil harganya 1,6 M.
Waktu saya selesai ceramah dikasih amplop, amplopnya tipis. Saya bilang sama sekretarisnya. Ini amplop kembalikan kepada dia. Bilang sama beliau saya Cuma ingin berkawan dengan dia. Dia belajar agama sama saya, saya belajar dunia sama dia. Kalau saya terima ini, nanti saya dianggap ustadz dan dia tidak dengar kata- kata saya. Saya mau bersahabat dengan dia. Jangan kasih saya amplop lain kali. Supaya kita bergaul. Setiap kali saya datang ke kelompok yang pengusaha kaya itu saya selalu menolak, saya tidak terima ini saya ingin bergaul dengan bapak, saya ingin jadi teman.
Alhamdulillah dari situ saya banyak teman dari kelompok orang- orang kaya, dan kalau datang kita belajar, saya bertanya sama mereka kenapa begini, bagaimana caranya, bertanya kita belajar. Memang di jurusan saya dia belajar dari saya kalau ada yang perlu dido’akan panggil saya, bisa. Tapi kan saya tidak punya ilmu bikin duit sebelumnya, saya perlu belajar dari orang yang ahli. Jadi dalam bab itu saya murid, dalam bab saya dia murid.
Jangan karena kita sering ceramah, terus semua orang kita anggap murid dalam segala aspek. Saya bergaul dengan orang- orang kaya dan saya belajar dengan mereka. Saya belajar bagaimana caranya bikin duit, bagaimana caranya bikin perusahaan sama- sama dan saya tidak malu. Bergaul dengan mereka itu dari sekarang. Jangan tamak pada hartanya tetapi ambil ilmunya. Jangan minder bergaul dengan orang kaya seperti itu.
Awal lahirnya reformasi, setelah kalah dalam pemilu 1999, kita Poros Tengah kumpul di rumahnya Fuad Bawazir. Semua orang diam, ada Amin Rais, Yusril, semuanya diam karena malu. Karenanya kita semua kalah, tadinya sombong semua. Pak Amin Rais mengatakan sebelum Pemilu “Nanti Golkar kita lipat- lipat, kita tekuk- tekuk, kita kuburkan dimasa lalu”. Tidak tahunya Golkar masih di nomor 2. Partainya Pak Amin rendah perolehan suaranya. Suara umat Islam rendah. Jadi berkumpullah orang- orang kalah ini semua dalam 2 hari.
Waktu itu Pak Amin sedang dikejar- kejar terus oleh Dubes Amerika untuk membuat pernyataan bahwa pemenang pemilu legislative yang paling layak jadi Presiden, tapi Pak Amin menghindar. Jadi saya datang ke rumah Pak Fuad Bawazier. Saya bilang Pak Fuad, saya ini bukan orang politik, saya ini ustadz. Yang saya pelajari dalam syariat kita ini kalau kita sedang kalah seperti ini jalan keluarnya adalah i’tikaf, kita belajar banyak istighfar, tilawah dan seterusnya. Jauhi dulu wartawan, mungkin dosa- dosa kita banyak sehingga kita kalah. Dia bilang bener juga ya. Cuma kalau kita i’tikaf di Indonesia tetap saja diketahui wartawan.

Kalau begitu kita umrah. Antum ikut ya dari PKS umrah. 4 orang dari PAN, dari PKS sekitar 3 orang. 4 orang ini naik bisnis first class, sedang kita dikasih ekonomi. Yang beli tiket dia soalnya. Mau diprotes bagaimana. Kita Cuma dihargai begini, terima apa adanya dahulu. Tapi waktu itu dengan lugu datang menghadap Pak Fuad. Saya bilang Pak Fuad berapa harga tiket first class. Dia bilang pokoknya 2 kali lipat harga ekonomi. Jadi kalau tiket ekonomi pada waktu itu 1000 Dollar harga first class itu sekitar 2000 Dollar. Kenapa kita sama- sama di kelas ekonomi saja, dan selisihnya kita infaqkan untuk orang miskin. Ini kan masyarakat kita lagi susah. Dia ketawa dia bilang ya akhi, nanti ana infaq lagi insya Allah untuk orang faqir, tapi ana tolong dong di first class tidak mungkin ana turun di kelas bawah.
Kita tidak tahu apa nilai yang berkembang pada orang kaya, kenyamanan itu adalah nilai pada mereka. Mereka menghemat energi, tenaga. Dan, angka besar pada kita itu angka kecil bagi mereka. Uang 1 Milyar 2 Milyar itu uang jajan. Kalau kita, belum tentu punya tabungan sampai mati seperti itu. Itu masalah cita rasa. Cita rasa pada orang kaya itu berbeda. Ini yang kita pelajari, yang dianggap besar oleh mereka adalah ini. Dengan begitu kita menjiplak sedikit emosinya. Karena dalam pergaulan itu, kalau kita bergaul dengan seseorang itu, kalau bukan api dia parfum. Kalau dia parfum dia menyebarkan wangi, kalau dia api menyebarkan panas. Orang jahat itu api, kalau antum dekat-dekat akan menyebarkan panas. Orang baik itu parfum, kalau antum dekat-dekat setidak-tidaknya bau badan kita tertutupi oleh parfum tersebut. Jadi ikut- ikut karena kita perbaiki selera. Jadi kalau antum punya waktu kosong jalan- jalanlah ke mall, lihat-lihat orang kaya tidak usah belanja, lihat-lihat saja dulu, memperbaiki selera.
Datanglah ke showroom mobil, datang ke pameran mobil. Lihat- lihat pegang- pegang. Rajinlah berdo’a. Bergaullah dengan orang kaya. Selain itu, rajinlah berinfaq walaupun kita miskin. Gunanya apa? Supaya antum tetap menganggap uang itu kecil dan supaya tidak ada angka besar dalam fikiran kita.
Misalnya kita punya 10 juta, infaqkan. Supaya antum meneguhkan, mesti ada yang lebih besar dari ini. Jadi angka it uterus bertambah di kepala kita, walaupun dalam kenyataannya belum. Tetapi dengan berinfaq seperti itu, kita memperbaiki cita rasa kita tentang angka. Bukan sekedar dapat pahala tetapi efek tarbawinya bagi kita akan bertambah terus.
Kita belum pernah merasakan bagaimana menginfaqkan mobil, sekali waktu kita berusaha untuk menginfaqkan mobil. Begitu antum punya uang sedikit terus berinfaq, terus seperti itu kita latih sampai menjaga jarak. Kita membuat sirkulasi jadi bagus.
Kelima adalah mulailah melakukan bisnis real. Terjun ke dalam bisnis secara langsung. Karena Rasulullah SAW mengatakan 9 per 10 rezeki itu ada dalam hal perdagangan.
Saya juga ingin menasehati ikhwah- ikhwah yang sudah jadi anggota DPR dan DPRD, jangan mengandalkan mata pencaharian dari gaji DPR dan DPRD. Itu bahaya. Sebab belum tentu kader-kader di Riau ini nanti masih menginginkan Pak Khairul untuk periode selanjutnya.
Belum tentu juga juga jama’ah menunjuk kita lagi sebagai anggota dewan, padahal gaya hidup sudah berubah. Anak-anak kita kalau kenalan dengan orang, bapak saya anggota dewan padahal itu hanya sirkulasi. Jadi setiap kali kita mendapatkan pendapatan dari gaji karena pekerjaan seperti ini, kita harus hati- hati itu bahaya. Jadi pendapatan paling bagus itu tetap dari bisnis. Oleh karena itu, mulai sekarang itu belajarlah terjun ke dunia bisnis.
Jatuh bangun waktu bisnis tidak ada masalah, terus saja belajar. Tidak ada juga orang langsung jadi kaya. Yang antum perlu terus berbisnis. Begitu juga dengan para ustadz, teruslah bisnis. Begitu juga dengan seluruh pengurus DPW-DPD dan seterusnya. Teruslah berbusnis. Lakukan bisnis sendiri sekecil- kecilnya. Tidak boleh tidak. Itulah sumber rezeki yang sebenarnya. Kalau antum mau kaya sumbernya adalah dagang. Rezeki itu datangnya dari 20 pintu, 19 pintu datangnya dari pedagang dan hanya 1 pintu untuk yang bekerja dengan keterampilan tangannya, yaitu professional.
Misalnya akuntan itu kan professional, pekerja pintar, tapi kalau sumber rezekinya satu makanya uangnya terbatas. DPR juga begitu sumbernya satu, yakni gaji bulanan itu hanya 5 tahun. Itu pun kalau tidak di PAW sebelumnya. Jadi kalau saya ketemu dengan ikhwah dari dewan, hati-hati jangan sampai mengandalkan mata pencaharian dari situ. Selain itu potongan dari DPP, DPW, DPD juga besar. Untuk ma’isyah sendiri kita harus cari sumber lain.
Waktu kita terjun ke bisnis, kita pasti gagal. Gagal pertama, gagal kedua, gagal ketiga, gagal keempat tapi teruslah jangan pernah putus asa. Saya punya patner bisnis. Dia mulai bisnis umur 16 tahun, semuajenis pekerjaan sudah dia lakukan. Pada suatu waktu dia mempunyai 38 perusahaan tapi dari 38 perusahaan ini hanya 6 yang menghasilkan uang. Kita lihat berapa ruginya. Jadi seringkali kita salah pandang terhadp orang kaya. Kita piker tangan dingin semua yang disentuh jadi uang. Ternyata tidak juga.
Jadi hal- hal seperti itu harus kita hadapi secara wajar jangan shock kalau rugi. Jangan berfikir dengan berdagang antum akan cepat kaya, yang menentukan antum cepat berhasil dalam dagang itu adalah secepat apa antum belajar. Cara belajar itu ada dua: baca buku atau sekolah atau bergaul dengan orang- orang sukses, nanti kalau sudah baca buku sudah bergaul dengan orang sukses masih gagal juga. Teruslah berdagang, teruslah bergaul, teruslah seperti itu karena setiap orang tidak tahu kapan saatnya dia ketemu dengan momentum lompatannya.
[Sumber : Buku ke-3, Dari Qiyadah Untuk Para Kader, Sekretariat Jenderal Bidang Arsip dan Sejarah DPP PKS]

Silahkan share artikel ini : :
 
Web ini dikembangkan oleh PUSAT MULTIMEDIA
Template Created by Creating Website Modify by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger