Selamat Datang di Website Romo Selamat Suwito
Selamat Datang dan Selamat Menikmati Blog Ini

Tembang Jiwa Pejuang Palestina

Minggu, 10 Maret 20130 komentar

Wahai bangsa-bangsa Timur. Waktunya membalas para perampas. Bertahanlah dengan kesulitan. Berjiwalah gagah berani. Kalian telah lama tidur. Musuh terus siap siaga.

Apakah kalian mau terima nasib? Di tenda-tenda kesengsaraan. Mereka memisahkan kita di tenda-tenda pengasingan. Mereka menggiring kita ke penjara-penjara menyengsarakan.


Rim Banna namanya. Ia bercelana Jeans, berjaket kulit, berambut pendek, dan bersyal ala kafiyeh almarhum Presiden Palestina Yasir Arafat. Ia maju ke depan panggung. Menyapa ribuan hadirin. “Saya berharap nyanyianku akan bisa membangkitkan semua bangsa yang tertindas untuk bangkit, utamanya bangsaku, Palestina. Bangkit menuju kebebasan, kemerdekaan, dan kemuliaan,” ujar perempuan 46 tahun itu disambut tepuk tangan meriah.
Ia lalu menyanyikan “Ya Syu'ub al-Syarq” (Wahai Bangsa-Bangsa Timur) dengan irama mars yang diikuti tepuk tangan teratur. Akan datang suatu malam. Cahayanya sangat menyejukkan. Untuk perjuangan kita yang abadi. Kita melangkah menuju kebebasan. Di depan hidung para perampas. Ayo bangsa-bangsa Timur.
Rim Banna menyanyikan lagu perjuangan itu di lapangan terbuka di Tunis, Tunisia, pada pertengahan tahun lalu. Ribuan orang menghadirinya, laki-laki perempuan. Dari anak-anak sampai orang tua. Ia ingin mengingatkan kepada bangsa-banga di seluruh dunia tentang perlawanan para pejuang Palestina melawan penjajahan Zionis Israel.

Selain Tunisia, ia juga diundang konser ke Beirut, Damaskus, Gaza, Tepi Barat, Kairo, Milan (Italia), Paris, Oslo (Norwegia), Madrid, London, Moskow, dan kota-kota besar lainnya. Ia pun tampil di banyak acara radio dan televisi. Rim Banna bukan sekadar bernyanyi (komersial), tapi juga berkisah tentang sukacita, cinta, dan penderitaan bangsa Palestina.

“Inilah kisahku. Kisah bangsa Palestina. Kisah cinta seorang istri yang suaminya dipenjara. Kisah orang tua yang ditinggal mati anak-anaknya. Kisah anak-anak Palestina yang dipisahkan dari saudara-saudara dan keluarganya...” senandung Rim Banna dalam tembang “Ahki Lil'alam” (Aku Kisahkan kepada Dunia).

Sudah puluhan lagu ia ciptakan. Lagu tersebut tentang apa saja. Bisa soal cinta, kesedihan, perjuangan, dan sukacita. Hatinya tersayat manakala melihat anak perempuan delapan tahun ditembak mati militer Israel di depan matanya.

Ketika Sarah. Ketika ia melangkahkan kakinya di bumi Palestina. Ketika ketawanya memenuhi langit Palestina. Tiba-tiba ia dikagetkan oleh tembakan sniper. Di kepala kecil Sarah. Sarah oh Sarah. Andaikan aku bisa membuka matamu untuk melihat pembunuhmu. Sarah oh Sarah. Kenapa kamu dan bukan nama lain.

Rim Banna juga menangis ketika menyaksikan Faris Auda, anak laki-laki 12 tahun, mati syahid lantaran ingin melindungi sekelompok perempuan yang akan ditembak tentara Israel. “Harumnya roti dan susu menjadi saksi dan akan membawamu ke pelukan ibumu,” terdengar suara Banna sangat pedih dalam lagu “Faris Auda”.

Selanjutnya, dengarkanlah jeritan hati Rim Banna ketika menyaksikan Madinatul Quds (Yerusalem) dihancurkan oleh Zionis Israel dalam tembangnya “Surkhoh minal Quds” yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi “A Time to Cry”.

Al-Quds. Mereka hancurkan di depan mata dunia. Rumah-rumah (Palestina) mereka rusak dan mereka bakar di siang bolong. Penghuninya mereka usir dengan tembakan senjata. Yang tersisa kini tinggal puing bebatuan.

Al-Quds. Rumah-rumah dan jalan-jalan. Mereka rusak dan mereka ambil mimpi setiap penghuninya. Mereka datangkan penghuni baru yang sangat asing. Mereka ubah wajah setiap sudut kota. Yang tinggal di penduduk kota (Palestina) kini hanya cerita dan kenangan. Tempat-tempat suci mereka hancurkan di depan dunia yang hanya diam menyaksikan.


Rim Banna lahir pada 8 Desember 1966 di An-Nasirah (Nazareth). Ia juga dibesarkan dan menetap di kota kuno tempat kelahiran Nabi Isa AS itu. Kini An-Nasirah merupakan kota Arab terbesar di Madinatul Quds yang diduduki Israel. Sejak usia 10 tahun ia sudah menyukai musik. Ia kemudian memperdalam bakatnya di Higher Music Conservatory di Moskow.

Rim Banna mulai dikenal ketika ia menggubah dan merekam tembang tradisional rakyat Palestina yang hampir punah ke dalam kemasan musik modern. Ia kemudian juga menulis lirik lagunya sendiri yang terinspirasi oleh perlawanan dan penderitaan orang-orang Palestina. Pun, mengenai harapan dan mimpi-mimpi mereka.

Dalam albumnya “Maraya Ar-Ruh” (Cermin Jiwaku), misalnya, ia bercerita tentang pengalaman hidupnya, tentang cobaan dan kesengsaraan orang-orang di sekitarnya. Tentang cerita pengantar tidur anak-anak yang ditinggal mati orang tua dan saudara-saudaranya. Mengenai pemuda yang syahid ditembak mati tentara Israel. Tentang cinta yang agung pemuda-pemudi pejuang Palestina.

Rim Banna mulai dikenal di Eropa ketika ia bekerja sama dengan pemusik Norwegia, Kari Bremenes. Yang terakhir ini memberi sentuhan musik pop Barat dalam melodi dan lirik Arab Banna. Sejak itu, lagu-lagu Banna mulai bisa diterima masyarakat Barat. Bersama dengan Bremenes, Banna kemudian melakukan banyak tur di negara-negara Eropa. Apalagi, ia juga bekerja sama dengan sejumlah pemusik Eropa lain. Selain itu, album-albumnya juga banyak diproduksi di Eropa.

Bagi Banna musik hanyalah alat penyampai. Dengan musik ia berkisah mengenai nasib bangsa Palestina ke dunia. Menurut Hamid Dabashi, profesor studi Iran dan komparatif literatur di Colombia University, AS, kepedulian masyarakat dunia terhadap persoalan bangsa Palestina tak bisa dilepaskan dari peran besar Rim Banna.

Bahkan, Dabashi juga menyejajarkan Rim Banna dengan penyanyi legendaris Ummi Kultsum di Mesir, Edith Piaf di Prancis, Joan Baez di AS, dan Marcedes Sosa di Argentina. Tembang-tembang mereka sungguh menginspirasi bangsanya. Ya, perjuangan memang tidak selamanya dengan senjata. Tembang Rim Banna telah menjadi jiwa perjuangan bangsanya

Silahkan share artikel ini : :
 
Web ini dikembangkan oleh PUSAT MULTIMEDIA
Template Created by Creating Website Modify by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger