Selamat Datang di Website Romo Selamat Suwito
Selamat Datang dan Selamat Menikmati Blog Ini

DINAMIKA KELOMPOK

Rabu, 27 Maret 20130 komentar















DINAMIKA KELOMPOK










Pengertian Dinamika Kelompok


Dinamika kelompok berasal dari kata dinamika dan kelompok. Dinamika berati interaksi atau interdependensi antara kelompok satu dengan yang lain, sedangkan Kelompok adalah kumpulan individu yang saling berinteraksi dan mempunyai tujuan bersama.


Maka Dinamika Kelompok merupakan suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih individu yang memiliki hubungan psikologis secara jelas antara anggota satu dengan yang lain dan berlangsung dalam situasi yang dialami.


Fungsi Dinamika Kelompok


Dinamika kelompok merupakan kebutuhan bagi setiap individu yang hidup dalam sebuah kelompok. Fungsi dari dinamika kelompok itu antara lain:


Membentuk kerjasama saling menguntungkan dalam mengatasi persoalan hidup. (Bagaimanapun manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.)


Memudahkan segala pekerjaan.


(Banyak pekerjaan yang tidak dapat dilaksanakan tanpa bantuan orang lain)


Mengatasi pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah dan mengurangi beban pekerjaan yang terlalu besar sehingga seleseai lebih cepat, efektif dan efesian.


(pekerjaan besar dibagi-bagi sesuai bagian kelompoknya masing-masing / sesuai keahlian)


Menciptakan iklim demokratis dalam kehidupan masyarakat


(setiap individu bisa memberikan masukan dan berinteraksi dan memiliki peran yang sama dalam masyarakat)


Jenis Kelompok Sosial


Kelompok sosial adalah kesatuan sosial yang terdiri dari dua atau lebih individu yang mengadakan interaksi sosial agara ada pembagian tugas, struktur dan norma yang ada.


Berdasarkan pengertian tersebut kelompok sosial dapat dibagi menjadi beberapa, antara lain:


Kelompok Primer


Merupakan kelompok yang didalamnya terjadi interaksi sosial yang anggotanya saling mengenal dekat dan berhubungan erat dalam kehidupan.


Sedangkan menurut Goerge Homan kelompok primer merupakan sejumlah orang yang terdiri dari beberapa orang yang acapkali berkomunikasi dengan lainnya sehingga setiap orang mampu berkomunikasi secara langsung (bertatap muka) tanpa melalui perantara.


Misalnya: keluarga, RT, kawan sepermainan, kelompok agama, dan lain-lain.


Kelompok Sekunder


Jika interaksi sosial terjadi secara tidak langsung, berjauhan, dan sifatnya kurang kekeluargaan. Hubungan yang terjadi biasanya bersifat lebih objektiv.


Misalnya: partai politik, perhimpunan serikat kerja dan lain-lain.


Kelompok Formal


Pada kelompok ini ditandai dengan adanya peraturan atau Anggaran Dasar (AD), Anggaran Rumah Tangga (ART) yang ada. Anggotanya diangkat oleh organisasi.


Contoh dari kelompok ini adalah semua perkumpulan yang memiliki AD/ART.


Kelompok Informal


Merupakan suatu kelompok yang tumbuh dari proses interaksi, daya tarik, dan kebutuhan-kebutuhan seseorang. Keanggotan kelompok biasanya tidak teratur dan keanggotaan ditentukan oleh daya tarik bersama dari individu dan kelompok Kelompok ini terjadi pembagian tugas yang jelas tapi bersifat informal dan hanya berdasarkan kekeluargaan dan simpati


Misalnya: kelompok arisan, ........................................


Ciri Kelompok Sosial


Suatu kelompok bisa dinamakan kelompok sosial bila memiliki ciri-ciri sebagai berikut:


Memiliki motive yang sama antara individu satu dengan yang lain.


(menyebabkan interkasi/kerjasama untuk mencapai tujuan yang sama)


Terdapat akibat-akibat interaksi yang berlainan antara individu satu dengan yang lain


(Akibat yang ditimbulkan tergantung rasa dan kecakapan individu yang terlibat)


Adanya penugasan dan pembentukan struktur atau organisasi kelompok yang jelas dan terdiri dari peranan serta kedudukan masing-masing


Adanya peneguhan norma pedoman tingkah laku anggota kelompok yang mengatur interaksi dalam kegiatan anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama.


Pembentukan Kelompok


Pembentukan kelompok dapat diawali dengan adanya persepsi, perasaan atau motivasi, dan tujuan yang sama dalam memanuhi kebutuhannya. Seperti yang terlihat dalam bagan berikut ini:






































































































Gambar .1


Proses Terjadinya Kelompok


(sumber: Solita cit Hidayat, 2004)






Penjelasan dari bagan diatas:


Pembentukan kelompok diawali dengan adanya perasaan atau persepsi yang sama dalam memenuhi kebutuhan. Setelah itu akan timbul motivasi untuk memenuhinya, sehingga ditentukanlah tujuan yang sama dan akhirnya interaksi yang terjadi akan membentuk sebuah kelompok.


Pembentukan kelompok dilakukan dengan menentukan kedudukan masing-masing anggota (siapa yang menjadi ketua atau anggota). Interaksi yang terjadi suatu saat akan memunculkan perbedaan antara individu satu dengan lainnya sehingga timbul perpecahan (konflik). Perpecahan yang terjadi bisanya bersifat sementara karena kesadaran arti pentingnya kelompok tersebut, sehingga anggota kelompok berusaha menyesuaikan diri demi kepentingan bersama. Akhirnya setelah terjadi penyesuaian, perubahan dalam kelompok mudah terjadi.














Langkah proses pembentukan Tim diawali dengan pembentukan kelompok, dalam proses selanjutnya didasarkan adanya hal-hal berikut:


Persepsi


Pembagian kelompok didasarkan pada tingkat kemampuan intelegensi yang dilihat dari pencapaian akademis. Misalnya terdapat satu atau lebih punya kemampuan intelektual, atau yang lain memiliki kemampuan bahasa yang lebih baik. Dengan demikian diharapkan anggota yang memiliki kelebihan tertentu bisa menginduksi anggota lainnya.


Motivasi


Pembagian kekuatan yang berimbang akan memotivasi anggota kelompok untuk berkompetisi secara sehat dalam mencapai tujuan kelompok. Perbedaan kemampuan yang ada pada setiap kelompok juga akan memicu kompetisi internal secara sehat. Dengan demikian dapat memicu anggota lain melalui transfer ilmu pengetahuan agar bisa memotivasi diri unuk maju.


Tujuan


Terbentuknya kelompok karena memiliki tujuan untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas kelompok atau individu.


Organisasi


Pengorganisasian dilakukan untuk mempermudah koordinasi dan proses kegiatan kelompok. Dengan demikian masalah kelompok dapat diselesaikan secara lebih efesien dan efektif.


Independensi


Kebebasan merupakan hal penting dalam dinamika kelompok. Kebebasan disini merupakan kebebasan setiap anggota untuk menyampaikan ide, pendapat, serta ekspresi selama kegiatan. Namun demikian kebebasan tetap berada dalam tata aturan yang disepakati kelompok.


Interaksi


Interaksi merupakan syarat utama dalam dinamika kelompok, karena dengan interaksi akan ada proses transfer ilmu dapat berjalan secara horizontal yang didasarkan atas kebutuhan akan informasi tentang pengetahuan tersebut.


Pertumbuhan dan Perkembangan Kelompok


Indikator yang dijadikan pedoman untuk mengukur tingkat perkembangan kelompok adalah sebagai berikut:


Adaptasi


Proses adaptasi berjalan dengan baik bila:


Setiap individu terbuka untuk memberi dan menerima informasi yang baru


Setiap kelompok selalu terbuka untuk menerima peran baru sesuai dengan dinamika kelompok tersebut.


Setiap anggota memiliki kelenturan untuk menerima ide, pandangan, norma dan kepercayaan anggota lain tanpa merasa integritasnya terganggu.


Pencapaian tujuan


Dalam hal ini setiap anggota mampu untuk:


menunda kepuasan dan melepaskan ikatan dalam rangka mencapai tujuan bersama


membina dan memperluas pola


terlibat secara emosional untuk mengungkapkan pengalaman, pengetahuan dan kemampuannya.


Selain hal diatas, perkembangan kelompok dapat ditunjang oleh bagaimana komunikasi yang terjadi dalam kelompok. Dengan demikian perkembangan kelompok dapat dibagi menjadi tiga tahap, antara lain


Tahap pra afiliasi


Merupakan tahap permulaan, diawali dengan adanya perkenalan semua individu akan saling mengenal satu sama lain. Kemudian hubungan berkembang menjadi kelompok yang sangat akrab dengan saling mengenal sifat dan nilai masing-masing anggota.


Tahap fungsional


Ditandai dengan adanya perasaan senang antara satu dengan yang lain, tercipta homogenitas, kecocokan, dan kekompakan dalam kelompok. Pada akhirnya akan terjadi pembagian dalam menjalankan fungsi kelompok.


Tahap disolusi


Tahap ini terjadi apabila keanggotaan kelopok sudah mempunyai rasa tidak membutuhkan lagi dalam kelompok. Tidak ada kekompakan maupun keharmonisan yang akhirnya diikuti dengan pembubaran kelompok.


Keunggulan dan Kelemahan dalam Kelompok


Dalam proses dinamika kelompok terdapat faktor yang menghambat maupun memperlancar proses tersebut yang dapat berupa kelebihan maupun kekurangan dalam kelompok tersebut.


Kelebihan Kelompok


Keterbukaan antar anggota kelompok untuk memberi dan menerima informasi & pendapat anggota yang lain.


Kemauan anggota kelompok untuk mendahulukan kepentingan kelompoknya dengan menekan kepentingan pribadi demi tercapainya tujuan kelompok


Kemampuan secara emosional dalam mengungkapkan kaidah dan norma yang telah disepakati kelompok.






















Kekurangan Kelompok


Kelemahan pada kelompok bisa disebabkan karena waktu penugasan, tempat atau jarak anggota kelompok yang berjauhan yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas pertemuan.


Pentingnya Dinamika Kelompok dalam Perawatan


Profesi Keperawatan merupakan bagian dari profesi kesehatan yang anggotanya terdiri atas perawat dalam satu ikatan profesi yang memiliki tujuan dan kepentingan yang sama dalam bidang keperawatan


Profesi keperawatan terbentuk dari adanya suatu kelompok-kelompok perawat yang memiliki tradisi, norma, prosedur dan aktivitas yang sama.


Setiap anggota saling tergantung satu dengan yang lain karena saling membutuhkan bantuan.


Setiap anggota profesi memiliki ciri-ciri yang berbeda dan dapat dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu:


Anggota Psikologis


Secara psikologis memiliki minat untuk berpartisifasi dalam kelompok norma


Anggota Marginal


Kelompok menerima baik keanggotaannya tetapi bersikap menjauh atau tidak ingin terlalu terlibat dalam kelompoknya.


Anggota Pemberontak


Anggota kelompok yang bersikap menentang dan tidak bersedia menerima norma yang ada.


Teknik pembentukan kelompok.


Secara definitif, kelompok adalah dua orang atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama, saling berinteraksi, saling adanya ketergantungan dalam mencapai tujuan bersama, adanya rasa kebersamaan dan memiliki, mempunyai norma-norma dan nilai-nilai tertentu. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa sejak dari awal kehidupannya, manusia telah membentuk kelompok yang kemudian menjadi dasar bagi kehidupan keluarga, perlindungan, pemerintahan, kerja dan lain-lain.


Secara umum ada 3 (tiga) hal yang menunjukkan efektif atau tidaknya suatu kelompok, yaitu kemampuan kelompok tersebut dalam mencapai tujuannya seoptimal mungkin, kemampuan kelompok dalam mempertahankan kelompoknya agar tetap serasi, selaras dan seimbang dan yang ketiga adalah kemampuan kelompok untuk berkembang dan berubah sehingga dapat terus meningkatkan kinerjanya. Kelompok yang berhasil akan mempunyai kualitas dan pola interaksi antar anggota yang terintegrasi dengan ketiga kegiatan ini. Tentu dalam hal ini, diharapkan anggota kelompok benar-benar memahami apa yang dimaksud dengan kelompok yang efektif dan kontribusi apa yang perlu diberikan agar kelompoknya dapat menjadi kelompok yang efektif.










Ada beberapa hal pokok yang perlu diperhatikan dalam upaya pembentukan kelompok/tim, yaitu :


1. Adanya ketergantungan yang sifatnya positif (positive interdependency).


2. Keandalan individu (individual accountability).


3. lnteraksi langsung (face-to-face interaction).


4. Ketrampilan kerjasama (collaborative skills).


5. Proses kelompok (group processing).


Ketergantungan positif (positive interdependency).


Yang dimaksud dengan ketergantungan positif adalah suatu keadaan dimana setiap orang dalam kelompok saling membutuhkan dan merasa bahwa berhasil atau tidaknya suatu pekerjaan merupakan hasil bersama dan tanggung jawab bersama. Ketergantungan positif dapat dilihat dari persepsi positif terhadap setiap anggota kelompok. Selain itu semua anggota selalu berusaha agar keuntungan atau keberhasilan yang diperoleh dapat dinikmati oleh seluruh anggota kelompok. Kelompok yang mempunyai ketergantungan positif yang tinggi akan mempunyai keterikatan atau kohesi antar anggota yang tinggi pula.


Beberapa kondisi yang membantu pewujudan dari ketergantungan positif ini antara lain adalah :


􀂾 Adanya tujuan yang ingin dicapai bersama dan pencapaian tujuan ini benar-benar


􀂾 membutuhkan kerjasama yang tinggi.


􀂾 Adanya imbalan (reward) yang sama bagi setiap anggota kelompok. Dalam hal ini semua mendapat perlakuan yang sama tanpa ada pengecualian.


􀂾 Adanya peran dan tanggung jawab yang komplimenter dan saling berhubungan.


􀂾 Adanya ketergantungan tugas, dimana pekerjaan satu kelompok baru dapat dikerjakan bila kelompok lain telah menyelesaikan bagiannya.


􀂾 Adanya ketergantungan informasi, dimana setiap anggota kelompok hanya mempunyai sebagian dari informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Contohnya, tim ahli dalam suatu proyek.






Keandalan individu (individual accountability).


Keandalan individu dapat dilihat dari penampilan/performance seseorang. Dalam upaya pembentukan tim hal ini sangat penting guna mengetahui:


©2004 Digitized by USU digital library 2􀂾 kemampuan masing-masing anggota, sehingga dapat diidentifikasi yang mana perlu peningkatan.






􀂾 sejauh mana kontribusi yang telah diberikan oleh seseorang pada kelompok, apakah kontribusi tersebut sudah sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan padanya.






Pengenalan terhadap kemampuan dan kontribusi anggota kelompok ini sangat penting karena :


􀂾 memungkinkan setiap orang dalam kelompok mengetahui kontribusi masing-masing dalam kelompok.


􀂾 memungkinkan saling tolong menolong dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok.


􀂾 dapat lebih memperjelas fungsi dan tanggung jawab masing-masing anggota kelompok.


Walaupun kerja kelompok/tim ini sangat diperlukan dalam rangka pencapaian tujuan atau keberhasilan, namun bila tidak dikendalikan secara benar akan menimbulkan suatu kondisi sebaliknya. Keadaan ini disebut dengan "social loafing", yaitu suatu keadaan dimana kualitas kerja tim lebih rendah bila dibandingkan dengan kerja individu, sehingga hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan yang diharapkan. Kondisi yang dapat menimbulkan keadaan ini antara lain karena kurang jelasnya identifikasi kontribusi dari setiap orang, kurangnya keterikatan/kohesi diantara anggota kelompok, kurangnya tanggung jawab terhadap hasil akhir dari tugas yang diberikan. Apabila semua faktor-faktor ini cukup jelas dimana semua orang mengerti akan tugas masing-masing, menyadari akan tanggung jawab masing-masing terhadap hasil akhir serta adanya keterikatan kelompok yang cukup erat maka kemungkinan terjadinya keadaan social loafing dapat dihindari, setidak-tidaknya dikurangi.






lnteraksi langsung (face-to-face interaction)


lnteraksi secara langsung merupakan salah satu faktor yang mempunyai pengaruh besar dalam mengupayakan pengembangan kelompok/tim yang efektif. Dengan adanya interaksi langsung atau face-to-face interaction ini maka iklim kerja akan menjadi lebih baik dan sebagai dampaknya akan meningkatkan produktifitas, moral an efektifitas kerja kelompok karena komunikasi antar kelompok lebih terbuka. Agar interaksi langsung ini dapat terwujud maka dianjurkan jumlah anggota dalam kelompok tidak terlalu besar


Ketrampilan kerjasama (collaborative skills).


Kelompok tidak akan mungkin dapat berfungsi secara efektif tanpa mempunyai ketrampilan untuk bekerja sama. Ketrampilan kerjasama ini perlu dimiliki oleh anggota kelompok. Mengapa? Karena banyak orang tidak menyadari bahwa sebenarnya dalam melaksanakan tugasnya, individu tersebut merupakan bagian dari kelompok/tim. Berbagai studi mengenai pentingnya kerjasama dalam kelompok menunjukkan bahwa dengan mengumpulkan orang yang tidak mempunyai ketrampilan untuk bekerja sama walaupun mereka ini mungkin cukup ahli dalam bidangnya ternyata dalam menyelesaikan tugas kelompoknya banyak menemui kesulitan.


Proses kelompok (group processing).


Proses kelompok juga merupakan hal yang penting diketahui dalam usaha pencapaian hasil kerja kelompok yang optimal. Ada beberapa keuntungan yang diperoleh dengan mempelajari proses-proses yang terjadi dalam kelompok, antara lain dapat diketahui sudah sejauh mana kelompok ini berfungsi, alternatif-alternatif strategi yang dapat diambil dalam upaya perbaikan kerja kelompok.


©2004 Digitized by USU digital library 3










Konflik dalam kelompok.


Sepanjang individu berinteraksi dengan individu lain, konflik tidak mungkin terhindarkan. Konflik dapat terjadi dalam menentukan suatu tujuan atau dalam menentukan metode yang akan diambil untuk mencapai tujuan. Misalnya, suatu kelompok yang terdiri dari 6 (enam) orang diberi uang Rp. 10.000.000,- yang harus dihabiskan dalam waktu 2 (dua) minggu. Dua orang dari kelompok ingin untuk menyumbangkan semua uang tersebut pada sebuah panti asuhan, dua orang lainnya ingin agar uang tersebut dipakai untuk berlibur, sementara dua orang lagi menginginkan uang tersebut digunakan untuk membantu keluarganya meneruskan sekolah. Apa yang terjadi dalam kelompok ini? Jelas, kelompok ini berada dalam keadaan konflik, dimana mereka harus membuat keputusan yaitu "bagaimana uang tersebut digunakan" sementara anggota kelompok mempunyai keinginan yang berbeda-beda.


Konflik dapat terjadi bila perhatian utama anggota kelompok diarahkan pada diri sendiri. Dalam hal ini perspektif mereka menjadi sempit dan orientasi mereka hanya pada jangka waktu pendek saja. Oleh Sherif dan sherif (1953) dikatakan bahwa konflik ini dapat diatasi bila anggota kelompok mati memperluas persepsi mereka agar lebih diarahkan pada apa yang disebutnya sebagai "tujuan super ordinat". Tujuan super ordinat adalah tujuan yang sangat penting bagi semua orang dalam kelompok, tetapi tidak dapat dicapai hanya dengan bekerja sendiri. Dengan perkataan lain, kebutuhan kelompok akan terpenuhi selama semua orang yang terlibat dalam kelompok tersebut ikut bekerja.


Secara umum, faktor-faktor yang dapat merupakan sumber konflik antara lain adalah :


􀂾 perbedaan-perbedaan keinginan, nilai, tujuan


􀂾 adanya keterbatasan akan sumber tertentu seperti kekuasaan, kedudukan, waktu, popularitas, uang dan lain-lain


􀂾 persaingan (rivalry)


Konflik tidak selamanya memberikan dampak yang jelek pada kelompok ataupun organisasi. Di dalam organisasi yang sehat justru konflik dianjurkan, hal ini sering dikenal dengan istilah kontroversi. Berbagai studi dalam bidang ilmu perilaku oranisasi yang menunjukkan bahwa adu argumentasi, ketidaksetujuan, debat, ide-ide atau informasi yang bermacam-macam ternyata sangat penting dalam meningkatkan kreatifitas dan kualitas kelompok. Keuntungan yang diperoleh dengan adanya konflik antara lain adalah anggota kelompok akan lebih terstimulasi atau terangsang untuk berpikir atau berbuat sehingga mengakibatkan kelompok menjadi lebih dinamis dan berkembang karena setiap orang mempunyai kesempatan untuk menuangkan ide-ide atau buah pikirannya secara lebih terbuka. Namun, untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam artian produktif konstruktif, konflik harus dikendalikan secara positif.


Kerugian yang ditimbulkan oleh konflik biasanya disebabkan karena konflik tersebut biarkan berjalan dalam waktu yang lama dan berkepanjangan atau dibiarkan menjadi semakin meruncing tanpa ada penyelesaian. Tentu hal ini dapat merusak iklim kerja dan pada akhirnya akan berpengaruh pada kinerja kelompok.


Pada dasarnya konflik yang terjadi dapat dikategorikan dalam dua bentuk yaitu konflik antar individu (interpersonal conflict) dan konflik antar kelompok (intergroup onflict). Diantara kedua bentuk ini, konflik antar individu merupakan permasalahan yang cukup serius karena keadaan ini dapat mempengaruhi emosi individu secara mendalam dan bila keadaan ini tidak dikendalikan secara tepat maka cepat atau lambat dapat merusak iklim kerja baik dalam kelompok maupun organisasi.


Bila seseorang berada dalam keadaan konflik ada dua hal yang mempengaruhi cara yang ditempuh untuk mengatasinya yaitu 1) memperhatikan tujuan personal dan 2) keinginan untuk tetap mempertahankan hubungan baik dengan anggota kelompok. Dengan mempertimbangkan kedua aspek ini, dalam penyelesaian konflik dikenal beberapa kemungkinan strategi yang ditempuh





©2004 Digitized by USU digital library 4


seperti menghindar dari konflik (avoiding), melunakkan suasana (smoothing), memaksa dengan menggunakan kekuasaan (forcing) dan konfrontasi (confrontation). Tergantung dan strategi atau pendekatan yang dilakukan kemungkinan hasil dan penyelesaian konflik dapat berupa kalah-kalah (Jose-lose), kalah-menang (lose-win)/menang-kalah (win-lose) dan menang-menang (win-win). Tentu dan kemungkinan-kemungkinan ini yang paling ideal adalah penyelesaian yang dapat menghasilkan kondisi "menang-menang (win-win)".


Strategi dan hasil yang mungkin dapat diperoleh dalam mengatasi konflik dapat kita lihat sebagai berikut :


Strategi yang dipilih: Kemungkinan hasil yang diperoleh:


- menghindari persoalan (avoiding) - kalah-kalah (lose-lose)


- melunakkan suasana (smoothing) - kalah-menang (lose-win)


- menggunakan kekerasan (forcing) - menang-kalah (win-lose)


- konfrontasi (controntation) - menang-menang (win-win)


Walaupun kesemua cara atau strategi ini cukup efektif, namun yang paling ideal adalah pendekatan dengan cara konfrontasi. Alasannya adalah karena dengan strategi konfrontasi semua persoalan yang diduga menjadi penyebab timbulnya konflik akan terungkap sehingga kedua belah pihak akan dapat melihat kembali dan mempelajari secara matang dan untuk selanjutnya diambil penyelesaian yang matang dan rasionil. Berbagai studi mengenai manajemen konflik menunjukkan bahwa penyelesaian konflik melalui pendekatan konfrontasi memberi kepuasan bagi kedua belah pihak dan dirasa cukup konstruktif.


Secara umum, berbagai prosedur dapat dilalui dalam upaya menyelesaikan konflik antara lain secara hukum, penggunaan pihak ketiga, dengan kekerasan, serta negosiasi atau perundingan. Dan kesemua prosedur ini yang efektif adalah melalui negosiasi atau perundingan. Negosiasi sebenarnya merupakan suatu proses penyelesaian dengan cara mendapatkan suatu kesepakatan. Kelompok social


adalah kumpulan orang yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling berinteraksi. Kelompok diciptakan oleh anggota masyarakat. Kelompok juga dapat mempengaruhi perilaku para anggotanya.


Macam kelompok sosial


Menurut Robert Bierstedt, kelompok memiliki banyak jenis dan dibedakan berdasarkan ada tidaknya organisasi, hubungan sosial antara kelompok, dan kesadaran jenis. Bierstedt kemudian membagi kelompok menjadi empat macam:


Kelompok statis, yaitu kelompok yang bukan organisasi, tidak memiliki hubungan sosial dan kesadaran jenis di antaranya. Contoh: Kelompok penduduk usia 10-15 tahun di sebuah kecamatan.


Kelompok kemasyarakatan, yaitu kelompk yang memiliki persamaan tetapi tidak mempunyai organisasi dan hubungan sosial di antara anggotanya.


Kelompok sosial, yaitu kelompok yang anggotanya memiliki kesadaran jenis dan berhubungan satu dengan yang lainnya, tetapi tidak terukat dalam ikatan organisasi. Contoh: Kelompok pertemuan, kerabat.


Kelompok asosiasi, yaitu kelompok yang anggotanya mempunyai kesadaran jenis dan ada persamaan kepentingan pribadi maupun kepentingan bersama. Dalam asosiasi, para anggotanya melakukan hubungan sosial, kontak dan komunikasi, serta memiliki ikatan organisasi formal. Contoh: Negara, sekolah.


Faktor pembentuk


Bergabung dengan sebuah kelompok merupakan sesuatu yang murni dari diri sendiri atau juga secara kebetulan. Misalnya, seseorang terlahir dalam keluarga tertentu. Namun, ada juga yang merupakan sebuah pilihan. Dua faktor utama yang tampaknya mengarahkan pilihan tersebut adalah kedekatan dan kesamaan.


Kedekatan


Pengaruh tingkat kedekatan, atau kedekatan geografis, terhadap keterlibatan seseorang dalam sebuah kelompok tidak bisa diukur. Kita membentuk kelompok bermain dengan orang-orang di sekitar kita. Kita bergabung dengan kelompok kegiatan sosial lokal. Kelompok tersusun atas individu-individu yang saling berinteraksi. Semakin dekat jarak geografis antara dua orang, semakin mungkin mereka saling melihat, berbicara, dan bersosialisasi. Singkatnya, kedekatan fisik meningkatkan peluang interaksi dan bentuk kegiatan bersama yang memungkinkan terbentuknya kelompok sosial. Jadi, kedekatan menumbuhkan interaksi, yang memainkan peranan penting terhadap terbentuknya kelompok pertemanan.


Kesamaan


Pembentukan kelompok sosial tidak hanya tergantung pada kedekatan fisik, tetapi juga kesamaan di antara anggota-anggotanya. Sudah menjadi kebiasaan, orang leih suka berhubungan dengan orang yang memiliki kesamaan dengan dirinya. Kesamaan yang dimaksud adalah kesamaan minat, kepercayaan, nilai, usia, tingkat intelejensi, atau karakter-karakter personal lain. Kesamaan juga merupakan faktor utama dalam memilih calon pasangan untuk membentuk kelompok sosial yang disebut keluarga.


Pembentukan norma kelompok


Perilaku kelompok, sebagaimana semua perilaku sosial, sangat dipengaruhi oleh norma-norma yang berlaku dalam kelompok itu. Sebagaimana dalam dunia sosial pada umumnya, kegiatan dalam kelompok tidak muncul secara acak. Setiap kelompok memiliki suatu pandangan tentang perilaku mana yang dianggap pantas untuk dijalankan para anggotanya, dan norma-norma ini mengarahkan interaksi kelompok.


Norma muncul melalui proses interaksi yang perlahan-lahan di antara anggota kelompok. Pada saat seseorang berprilaku tertentu pihak lain menilai kepantasasn atau ketidakpantasan perilaku tersebut, atau menyarankan perilaku alternatif (langsung atau tidak langsung). Norma terbetnuk dari proses akumulatif interaksi kelompok. Jadi, ketika seseorang masuk ke dalam sebuah kelompok, perlahan-lahan akan terbentuk norma, yaitu norma kelompok.
















DAFTAR PUSTAKA






Koentjaraningrat, Ciri-ciri dari Kehidupan Masyarakat Pedesaan di Indonesia, _________, Jakarta






Sajogyo & Pudjiwati Sajogyo, Sosiologi Pedesaan, 1985, Gadjah Mada University Press, Bogor.






Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, 1982, CV. Rajawali, Jakarta.






Soelaiman Joesoef, Drs., & Slamet Iman Santoso, Drs., Materi Pokok Dinamika Kelompok, 1986, Penerbit Karunika, Universitas Terbuka, Jakarta.






Soelaiman Joesoef, Drs. Dan Slamet Santoso, Drs., Dinamika Kelompok, 1983, Surabaya.






Hidayat, AAA. 2004. Pengantar Konsep Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.






Silahkan share artikel ini : :
 
Web ini dikembangkan oleh PUSAT MULTIMEDIA
Template Created by Creating Website Modify by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger