Selamat Datang di Website Romo Selamat Suwito
Selamat Datang dan Selamat Menikmati Blog Ini

KELUARGA

Minggu, 11 Januari 20090 komentar

Berempatilah Pada Anak
Tgl. publikasi: 23/7/2001 18:16 WIB
eramuslim - "Jangan sekali-kali memaksa anak harus mengikuti kemauan kita. Belajarlah berempati menyelami alam pikiran anak-anak dan kemauannya."

Itulah nasihat bijak yang selalu diingatkan oleh para pendidik sejati.

Alasannya sederhana, karena anak memiliki dunia dan "parameter moral" sendiri yang tentunya sangat berbeda dengan dunia dan parameter moral orang dewasa. Dan memang untuk keduanya tak boleh dan tak bisa digunakan parameter yang sama.

Pada hakikatnya anak tak pernah sengaja melakukan kesalahan. Jadi seyogyanya, anak tak boleh dianggap salah oleh orang tua. Karena memang, apa yang dianggap kesalahan oleh orang dewasa, tidak serta merta bisa diterapkan pada pada anak. Anak usia 2-4 tahun yang naik ke atas meja makan misalnya, jangan dulu dianggap kesalahan. Bagi anak tingkah laku ini barangkali justru merupakan ekspresi kesenangannya yang bersifat spontan dan wajar.

Tentu saja anak akan dianggap melakukan kesalahan berat bila tindakan di atas, ditakar dengan parameter moral orang dewasa. Dan sekali anak dimarahi dan diperlakukan secara kasar, itu akan menjadi preseden buruk bagi pandangan jiwa anak dalam memahami lingkungan sosialnya.

Karena itu sekali lagi, belajarlah berempati dengan dunia dan alam pikiran anak-anak kita. Ada beberapa kiat dalam menerapkan empati pada anak.

1. Terjemahkan empati dengan teladan Ketika anda menjumpai atau mengetahui persoalan orang lain, jangan tunda memperlihatkan rasa empati anda, apakah itu berupa perasaan suka maupun duka. Terutama ketika kejadian ini berlangsung di depan anak-anak. Awalilah rasa empati dengan beberapa pertanyaan misalnya, misalnya; "Ya Allah, gimana keadaannya? Sakit ya?" - "Mari nak, ibu bantu angkat".
2. Hindari oleh kita tingkah laku negatif yang pernah dilakukan anak Perlakuan ini untuk mendidik anak, bahwa sesuatu perbuatan yang keliru tidak boleh diulangi lagi. Misalnya ketika seorang anak meletakkan sepatu bukan pada tempatnya. Atau ketika seorang anak meninggalkan pakaian kotor dan handuk basah di kamar tidur.

3. Ajari anak menyadari dampak tingkah lakunya yang keliru pada orang lain Jangan biarkan anak ketika dia melakukan tingkah laku negatif, misalnya mencubit temannya. Ajarkan padanya, bagaimana sakitnya jika diri kita dicubit orang lain. Ini artinya anak diberikan hukuman yang mendidik. Tapi tidak perlu dengan kasar, sebaliknya pengajaran itu dilaksanakan dengan penuh kelembutan. Misalnya dengan kata-kata "Ayo nak, tidak boleh mencubit. Biar sini mama cubit rasanya sakit enggak?".

4. Manfaatkan waktu menonton tivi dan kegiatan sosial lainnya dengan anak untuk melatih empati Ketika ada adegan film yang mempertunjukkan perbuatan negatif, katakanlah bahwa hal itu tidak baik dan menyakitkan hati. Misalnya, kata-kata hinaan atau umpatan yang kasar.
Bawalah anak sekali-kali untuk mengenal kehidupan sosial masyarakat yang secara ekonomi tidak menguntungkan. Lalu latih mereka untuk memberikan santunan langsung kepada anak-anak sebayanya.

5. Berikan penghargaan sewajarnya pada prestasi anak Anak pasti butuh perhatian. Perhatian dalam bentuk apapun akan memotivasi anak untuk meningkatkan prestasinya dalam hal kebaikan. Salah satu bentuk perhatian yang baik adalah, memberi hadiah yang wajar pada anak-anak yang memiliki prestasi positif.
Misalnya memberi hadiah kue atau mainan misalnya, bagi anak yang sholat subuhnya tidak pernah telat berturut-turut dalam seminggu. Hadiah bisa berupa dengan mengajaknya jalan-jalan dan makan di suatu tempat.
Silahkan share artikel ini : :
 
Web ini dikembangkan oleh PUSAT MULTIMEDIA
Template Created by Creating Website Modify by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger